OS | 27

109K 16.5K 7.4K
                                    

✨سْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

سْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

"Memberi maaf bukan karena mereka pantas dimaafkan, tapi karena kita pantas mendapatkan kedamaian. Memaafkan adalah cara balas dendam termanis."

—Ashraf Ibrahim Al-Hariz—




*****




Suara pintu kamar yang terbuka terdengar sedikit jelas di ditengah-tengah sepinya malam. Sebenarnya malam belum terlalu larut, namun entah mengapa malam ini yang baru menunjukkan pukul 18.30 sudah sepi saja.

Satu pemandangan yang Ibra lihat ketika baru memasuki kamarnya ialah, istrinya yang tengah terlelap meringkuk di atas ranjang dengan Sugar Candy yang menemani di sampingnya.

Ibra menghela nafas panjang. Jangan kalian kira Ibra tidak khawatir ketika mendengar kabar bahwa istrinya dieksekusi di tengah-tengah lapangan karena tuduhan pencurian uang. Panik, khawatir, terlihat jelas di wajah Ibra ketika laki-laki itu masih di Kudus tadi. Bahkan jadwal kepulangannya dari Kudus yang seharusnya ba'da Maghrib, dimajukan menjadi ba'da ashar.

Dihampirinya Shireen yang masih terlelap di atas kasur, lagi-lagi helaan nafas panjang keluar dari mulut Ibra ketika melihat wajah istrinya yang terlihat sembab dan sedikit pucat. Ia duduk di tepi ranjang memperhatikan wajah Shireen selama beberapa detik, sambil mengusap pipi serta rambut istrinya dengan lembut, lalu menaikkan selimut hingga bahu Shireen.

Betapa terkejutnya Ibra ketika tatapannya tertuju pada telapak tangan Shireen yang membiru dan mulai membengkak baik tangan kanan maupun tangan kirinya, "Astaghfirullah hal adzim." lirih Ibra.

Sebuah erangan keluar dari bibir mungil Shireen ketika Ibra menyentuh tangannya. Apa begitu sakit hingga Shireen yang sedang terlelap pun dapat mengerang kesakitan walaupun Ibra menyentuhnya sedikit?

Perlahan tapi pasti, mata Shireen terbuka sedikit dan pandangan pertama yang ia lihat adalah suaminya. Langsung saja Shireen bangun dan memeluk Ibra dengan rasa takut yang masih menyelubungi hatinya.

"Mas Ibra!"

Isakkan kecil terdengar di telinga Ibra ketika Shireen memeluknya erat dengan bahu yang bergetar. Tangannya terulur menyentuh punggung Shireen dan mengusapnya lembut. Membiarkan istrinya tersebut untuk menumpahkan tangisannya.

"A-aku nggak nyuri, Mas. Aku bukan pe-pencuri...." lirih Shireen terbata disela-sela tangisannya.

Laki-laki itu mengangguk sambil terus mengusap-usap punggung Shireen yang terlihat bergetar hebat. Ibra dapat merasakan ketakutan yang istrinya rasakan, cara Shireen memekuknya dengan cukup erat seperti mencari perlindungan, tangisan serta isakkan yang terdengar seperti orang ketakutan, dapat Ibra rasakan semuanya.

Our Secret [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang