"15"

951 80 1
                                    

Bell tanda kepulangan Siswa berbunyi. Menandakan bahwa waktu belajar mereka telah usai. "Zel tugas kelompok mau dikerjain dimana?" tanya Arsen peminta pendapat.

Zieldra mengangkat kedua bahunya, "Terserah gue mah ngikut. Dirumah kalian ayok. Dirumag gue juga ayok" celetuk Zieldra santai sambil memasukkan buku-bukunya kedalam tas hitam miliknya.

"Dirumah lo aja dah Zel," ujar Atta mulai memberikan pendapatnya.

"Yaudah ayok. Mau nunggu apa lagi?"

Mereka bertiga secara serentak berjalan meninggalkan ruang kelas menuju rumah Zieldra. Dapat dilihat beberapa murid-murid yang masih lalu lalang di sekitar koridor.

Sesampainya ditempat parkir, tanpa menunggu waktu lama mereka menaiki kendaraannya masing-masing. Zieldra dan Arsen yang membawa motor. Sedangkan Atta mengendarai mobilnya.

Setelah 20 menit berlalu, dan disinilah mereka sekarang. Tepatnya di kamar Zieldra. Lengkap dengan buku yang berserakan dimana-mana dan sebuah laptop yang tengah menyala.

"Lo ngetik Sen, biar gue sama Zieldra yang nyari materinya." printah Atta, yang diangguki oleh Arsen tanpa banyak tanya.

Setelah 3 jam mereka berpusing-pusing ria, akhirnya tugas yang guru Biologi kasih selesai juga. "Flasdisknya jangan lupa lo bawa besok Zel," kata Atta mengingatkan.

Zieldra mengacungkan ibu jarinya.

"Eh Zel, Tante Kara kemana? Tumben nggak nemuin kita." celetuk Arsen sambil menatap kearah pintu kamar Zieldra yang memang terbuka.

Bukannya menjawab pertanyaan Arsen, Ziel justru memejamkan matanya sekilas, dan menghela nafas kasar. "Zel, are you okay?" Atta yang sepertinya peka dengan perubahan raut wajah Ziel sontak bertanya.

"Nyokap udah 10 hari ini nggak keluar kamar Ta, semenjak Gabby meninggal gue bener-bener ngerasa kehilangan kehangatan rumah ini."

"Bokap juga lebih banyak ngabisin waktu di kantornya,"

"Nyokap gue kurus banget sekarang, kaya orang depresi gue lihatnya. Gue bingung harus ngelakuin apa buat balikin keluarga gue kaya semula."

"Ternyata kepergian Gaby, berpengaruh sebesar ini buat gue dan kedua orang tua gue. Andai waktu itu lo nggak nyadarin gue Ta, mungkin gue masih ada di fase yang sama kaya Nyokap dan Bokap."

Mendengar hal tersebut, Atta dan Arsen saling melempar pandangan satu sama lain. Jujur mereka kira keluarga Atta sudah mulai bisa menjalani kehidupannya seperti semula. Nyatanya perasaan kehilangan masih sekuat itu melekat didiri kelurga sahabatnya.

"Boleh gue nyoba ngobrol sama Nyokap lo Zel?" izin Atta yang merasa prihatin dengan nasib sahabatnya.

Ziel menganggukkan kepalanya, "Makasih Ta, lo bisa ke kamar Mama aja sekarang."

"Kamar paling ujung," lanjutnya memberi tau letak kamar orang tuanya.

Setelah mendapat persetujuan dari sahabatnya, Atta bangkit dari duduknya, melangkahkan kaki meninggalkan kamar Zieldra menuju kamar orang tua Ziel.

Dan disinilah Atta sekarang berada, di depan kamar Kara.

Tok.....Tok.....Tok

Atta mengetuk pintu 3 kali, "Assalamualaikum Tante, ini Atta. Boleh Atta masuk?" tantanya dari balik pintu.

"Iya" hanya itu kalimat yang dapat Atta dengar,  Atta tersenyum tipis dirinya merasa bersyukur Kara masih mengijinkan dia masuk. Tanpa membuang waktu, Atta membuka handle pintu.

CKLEKKKK....

Dapat Atta lihat seorang wanita yang tengah terduduk di ujung kasur dengan tangannya yang menggenggam erat sebuah dress cantik selutut, berbahan satin bridal dan tille berwarna Pink mix abu.

Atarangi. {Selesai}Where stories live. Discover now