First Anniversary

Start from the beginning
                                    

"Pacar!! Kamu ada di mana?" tanya Hana yang napasnya terdengar memburu. Sepertinya dia baru berlari sampai ke mall.

Hans menjelaskan kalau dia sekarang ada di depan toko pakaian yang dia tahu Hana hapal posisinya.

Hans memerhatikan satu titik secara seksama sampai dia melihat Hana yang wajahnya memerah dan rambutnya agak acak-acakan nyaris berlari ke arahnya.

"Maap lama!" serbu Hana yang langsung menyerahkan tasnya ke Hans. "Aku kebelet pipis dari tadi. Titip!!!" Lalu dia bergegas pergi ke arah toilet meninggalkan Hans dengan tas tangan besar miliknya. Separuh jalan, Hana kembali lagi, merebut tasnya sendiri, mengaduk-aduk isinya sampai dia menemukan pouch kecil yang dia butuhkan, kemudian tanpa berbasa-basi lagi, dia kembali melesat pergi.

Hans tertawa kecil, menggelengkan kepala, namun tidak merasa heran dengan sikap Hana yang seperti itu adanya.

Setelah Hana akhirnya tiba, pikiran Hans hanya terfokus pada kekasihnya sampai dia tidak menyadari kalau dari tadi Dewi masih ada di sebelahnya sampai Dewi kembali bersuara. "Hana gak berubah ya... Tetep rame...."

Hans mengangguk membenarkan. "Yah, namanya juga kelinci energizer. Tombol on and off-nya udah rusak dari lahir."

Dewi tertawa mendengar celetuk Hans, kembali mengobrol soal reuni yang tidak sempat dihadiri Hans sampai akhirnya Hana kembali dari toilet.

"Lho, aku gak sadar kalau ada... Errr...." Otak Hana berputar keras mencoba mengingat-ingat salah satu nama dari barisan mantan Hans yang pernah dikenalkan sebelumnya.

"Dewi...." bisik Hans memberi petunjuk.

"Iya... Dewi... Apa kabar?" tanya Hana antusias sambil mengulurkan tangan yang disambut biasa saja oleh yang bersangkutan.

"Gak sengaja ketemu Hans pas belanja tadi," jelas Dewi sambil mengacungkan tas belanjanya.

Mata Hana mendelik memerhatikan tentengan yang dibawa Hans. "Tas segede gitu gak mungkin isinya sempak doang!" tuding Hana menatap lurus ke mata Hans yang hanya bisa nyengir salah tingkah.

Tangan Hans terulur merapikan rambut ikal Hana, menyelipkannya ke belakang telinga. "Sekalian beli kemeja juga tadi... Kemeja putihku udah buluk, Na...."

Mata Hana semakin menyipit. "Alasan aja! Kamu, kan, biasa pake seragam!"

"Ya, kan, ada masanya pake kemeja biasa, Cintakuuuu... Gak setiap hari pakai seragam juga," ucap Hans membela diri.

Hana memutar kedua bola matanya, mundur selangkah dari Hans. "Ratna tadi telepon, bilang mereka lagi muter-muter cari parkiran. Penuh banget... Aku ke dalem dulu ya...." Dia menunjuk ke arah toko pakaian. "Ada yang mau aku beli. Tunggu sebentar ya...." Hana mengangguk sekilas ke arah Dewi sebelum dia bergegas pergi.

Sepeninggal Hana, Dewi menatap tajam ke arah Hans yang tersenyum tipis, menjawab semua kecurigaan Dewi. "Yah... Aku sama Hana sekarang. Udah lumayan lama juga... Sebetulnya minggu ini anniversary pertama kami, walau aku gak yakin dia ingat ya...."

"Ahhhh... akhirnya ya...." gumam Dewi. "Walau aku gak nyangka juga...."

"Err, sorry??" tanya Hans penasaran.

Tersenyum, Dewi menatap Hans dengan tatapan hangat. "Well, dari dulu aku selalu tahu kalau dia istimewa banget di hati kamu, tapi, aku gak pernah lihat Hana menunjukkan ketertarikan yang sama ke kamu. So...." Dewi mengangkat bahu.

Tertawa kecil, Hans menyahut. "Upayaku untuk nge-brainwash dia supaya nerima aku selama bertahun-tahun terakhir ini akhirnya membuahkan hasil, Wi."

Ha-Ha The Alternate Universe (a very long journey)Where stories live. Discover now