Live forever in me

999 249 61
                                    

Hana duduk di sofa depan TV sambil mengelus-elus Cireng yang manja sementara Hans mondar-mandir merapikan barang belanjaan. Mereka baru saja pulang dari belanja bulanan. Selepas memberi makan Cireng dan mengganti pasirnya, Hana yang kakinya kelewat pegal setelah berenang lama di Atlantis memutuskan untuk duduk-duduk santai dan membiarkan Hans mengurus semuanya sendiri.

"Kamu ngeliatin tangan kamu terus, kan, aku jadi GR," ledek Hans saat menghampiri Hana dan duduk di sebelahnya.

Tanpa Hana sadari, dari tadi dia memang tak bosan-bosan memandangi cincin tunangannya yang sederhana, namun juga sangat cantik. Sepertinya Hans benar-benar memerhatikan dirinya saat membelikannya cincin itu. Two tone ring, rose gold dan white gold yang berpadu menarik dan sangat cocok dengan kepribadiannya yang aktif.

 Two tone ring, rose gold dan white gold yang berpadu menarik dan sangat cocok dengan kepribadiannya yang aktif

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Cantik banget, Calon suami...." Hana memamerkan cincinnya dengan bangga. Menumpukan kakinya di atas paha Hans.

Tersenyum lebar, Hans mengusap cincin yang terpasang di jari Hana. "Baguslah kalau kamu suka. Dompetku juga kayaknya lagi bersuka cita lepas dari si cincin. Ninggalin lekuk di dompet, lho, Na saking kelamaannya aku simpen di sana."

Tertawa kecil, Hana mencubit pipi Hans gemas. "Siapa suruh belinya buru-buru banget! Baru pacaran sebulan udah cari cincin aja!"

"Gak sengaja nyari, kok... Pas aku lagi lewat kebetulan liat etalase dan lihat cincin itu, aku langsung inget kamu. Kayaknya akan cocok banget di jari kamu, jadi, lah, aku beli," jawab Hans.

Hana bergidik. "Belanja impulsifnya ngeri ya... Diamond!"

"Kan yang kubeli cuma satu, Na... Bukan impulsif, dong. Kalau borong berlian, mah, besoknya aku gak makan!" ujar Hans membela diri.

Tertawa, Hana mengalungkan tangannya di leher Hans. "Suka! Makasih, Hans."

"Aku juga suka," ucap Hans yang tangannya sudah melingkari pinggang Hana. "Terlihat cocok banget di jari kamu and I'm a step closer to my dream when you're completely mine," tambahnya sambil mencondongkan tubuh dan mencium Hana mesra.

Tangan Hana mencengkram rambut Hans, terhanyut dengan ciuman Hans yang intens, namun sangat disukai olehnya. Lidah mereka saling membelit sementara Hans merapatkan tubuh sampai tiada jarak lagi di antara mereka.

Terengah, tangan Hans menelusuri pipi Hana, keningnya menempel ketat di kening Hana, bertanya dengan napas yang terasa berat. "Kamar?"

Hana cepat mengangguk dan Hans tak menyia-nyiakan waktu dengan bergegas membopong Hana ke kamarnya, membanting pintu menutup sambil meneruskan ciuman yang tadi sempat terjeda.

-----------

Hans memeluk Hana erat, sesekali mencium keningnya masih dengan pakaian lengkap di tempat tidur. Make out adalah hal yang biasa untuk mereka dan Hans masih memegang teguh prinsip Hana untuk tidak melakukan penetrasi langsung. Anggap saja Hana ingin menyimpan hal itu sebagai hak istimewa suaminya walau sebetulnya mereka tahu kalau sex bisa dilakukan dengan banyak cara meskipun tanpa penetrasi. Itu sebabnya bukan hanya Hans yang bisa berlutut untuknya. Hana pun beberapa kali melakukan hal yang sama untuk memuaskan kekasihnya.

Ha-Ha The Alternate Universe (a very long journey)Where stories live. Discover now