No one can replace you

951 210 27
                                    

Hana membongkar isi lemari meja belajarnya, mengeluarkan barang-barang yang dirasa tidak diperlukan lagi. Tangannya menyentuh kotak penyimpanan kecil dengan kunci yang tergeletak di ujung.

Perlahan, ditariknya kotak tersebut, meniup debu tipis di atasnya. Hana ingat di mana dia menaruh kuncinya. Dia beranjak ke lemari pakaian, membuka pintu dan mengambil kunci di laci lemarinya.

Dia mengambil tisu basah, mengelap kotak penyimpanan sampai bersih baru kemudian dia membukanya.

Hana tersenyum tipis melihat isi di dalamnya. Buku harian Tristan, gelang pandora yang dia lepas saat mulai berpacaran dengan Hans, surat, kartu ucapan, dan juga beberapa potongan tiket bekas menonton.

Hana meraih tiket yang masih utuh, tiket yang tidak sempat Tristan pakai. Mendadak saja ingatannya berkelana ke masa lalu.

"Sendirian aja, Na? Tristan mana?" tegur Hans saat menghampiri Hana yang sedang menikmati triple chocolate donut dan kalau diintip sekilas, Hans tahu kalau Hana juga memesan ice chocolate sebagai teman donatnya.

"Titan masih les. Ntar nyusul, kok. Kamu sendiri kenapa sendirian juga? Pacar mana?" balas Hana.

"Batal ikut, katanya gak enak badan," jawab Hans yang menarik bangku di hadapan Hana untuk duduk kemudian meraih tisu di nampan dan mengusap pelan sudut bibir Hana. "Makan, kok, kayak anak TK! Belepotan!"

Hana tertawa, mengambil tisu dari tangan Hans dan mengelap mulutnya sendiri. "Susah tau makan triple choco yang rapi...." ucapnya membela diri.

"Masaaa?? Aku tiap makan rapi, kok, gak belepotan kayak kamu," ledek Hans sebelum dia beranjak ke kasir dan kemudian kembali dengan jus jeruk dan juga donat keju.

Hari ini mereka janjian triple date menonton film bersama yang tumben sekali Tristan bersedia untuk ikut. Hana sampai berkali-kali memastikan ke pacarnya, takut kesediaannya ikut pergi hanya khayalan semata.

"Lah, kenapa jadi loe berdua yang pacaran? Pacar asli kalian ke mana?" seru Bayu heboh saat dia baru tiba bersama Ratna.

"Jam berapa sekarang, Hans?" tanya Hana cuek saja tak menanggapi.

Hans melirik jam tangannya. "11.37," jawabnya.

"Bentar lagi juga Titan dateng. Tungguin aja... Tapi, pacarnya Hans gak dateng," jelas Hana.

Bayu menyeringai meledek. "Putus lagi loe? Yang sekarang namanya siapa? Gue lupa. Salma bukan?"

Hans menonjok bahu Bayu. "Yang dulu namanya Salwa bukan Salma, sekarang Okta! Dan gue belom putus ya... Dia cuma gak bisa ikut aja," serunya sewot.

Ratna dan Hana terkikik, namun menolak untuk berkomentar.

"Eh, kamu gimana, Na? Udah nelpon Taufan? Udah clear, kan, masalahnya?" tanya Ratna tiba-tiba.

"Ngapain loe perlu nelepon si Taufan segala? Ada perlu apaan?" tanya Bayu penasaran.

Hana dan Ratna saling melirik kemudian mereka berdua sama-sama tertawa. "Kamu belum cerita ke Bayu, toh? Kudu cerita gak, Rat?" tanya Hana.

"Ya kan kamu gak bilang aku boleh cerita apa enggak. Ya udah, aku diem aja. Tapi, cerita coba. Lucu soalnya...." jawab Ratna sambil menahan tawa.

Hana menatap Bayu dan Hans yang tampak penasaran. "Tapi loe gak boleh bahas lagi ke Taufan ya... Gue ngamuk kalau loe bahas!" ancam Hana.

"Iya, enggak! Kenapa, sih?" jawab Bayu cepat.

"Jadi, kan, ya... Kemarin, tuh, gue pergi berdua Taufan ke tukang fotokopian yang rada jauh dari sekolah. Belanja bahan-bahan buat perlengkapan mading gitu. Pas nyampe ruang mading tau-tau si Taufan ngomong... Gue, tuh, suka lho tiap jalan sama loe, Na. Loe mau gak jalan sama gue?"

Ha-Ha The Alternate Universe (a very long journey)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang