Object of my desire

1K 239 18
                                    

Hans memerhatikan nomor yang dipasang di pintu, memastikan ruangan untuk ujian penempatan Bahasa Inggrisnya. Teman sekelasnya yang awalnya mengajak dia untuk les malah belum kelihatan juga batang hidungnya sampai sekarang. 'Dasar orang-orangan sawah!' gerutu Hans dalam hati.

Akhirnya Hans menemukan kelasnya, namun karena dia datang terlalu awal, ruangannya masih sepi dan Hans lebih memilih menunggu sambil berdiri di sudut dekat tangga sambil membaca komik yang dia bawa.

Tak berapa lama, orang-orang lain mulai bermunculan kecuali si bebegig sawah yang masih juga tidak terlihat.

Saat Hans sedang asyik membaca komik, tiba-tiba saja perhatiannya terpecah ke dua orang yang sedang bicara, namun dengan nada seperti bertengkar.

"Kan, gue tadi udah bilang kalau tempatnya di atas, Ayam Kate!" gerutu pria jangkung dengan hidung mancung dan rahang yang tegas ke wanita yang masih tertinggal beberapa anak tangga di bawahnya.

"Apa loe, Tiang panjat pinang! Kan gak ada salahnya mastiin satu-satu dulu. Buru-buru amat, sih! Dasar perwakilan Flora dan Fauna!"

Mendengar ocehan mereka yang teramat lucu membuat Hans tak sadar memerhatikan mereka.

Saat wanita itu menjejak lantai yang sama dengan Hans, diam-diam Hans mendengkus tertawa. Pantas saja dia tadi diledek, ayam kate.

Perawakannya mungil yang Hans yakini kurang dari 155cm. Kulitnya putih bersih, wajahnya imut-imut dengan mata bulat besar dan rambut ikal agak coklat yang mengingatkan Hans akan salah satu karakter di komik Candy-Candy, namun secara keseluruhan dia manis sekali.

"Bukan itu kelasnya, Marmut Afrika!" omel pria 'Tiang panjat pinang' sambil menarik ransel yang dikenakan si 'Ayam kate', mengarahkannya ke kelas sebelahnya. "Bener-bener ya, Na! Gue diemin bentar aja loe udah nyasar. Apa perlu gue suruh masuk TK lagi buat belajar baca!"

"Apa, sih, Kuda nil Zimbabwe? Kan gue cuma ngelongok doang!" seru si 'Ayam' misuh-misuh.

"Loe di sini." Pria Tiang menunjuk kelas di depan 'Ayam atau Marmut.' "Gue di kelas sebelah. Tungguin gue kalau udah kelar. Ntar loe nyasar lagi kalau gak bareng gue!"

"Halah, bilang aja loe mau nebeng ongkos, Bay!" ledek si Ayam.

"Kok, tau? Tumben Hana pinter," balas pria itu.

Hans tersenyum lagi, berkata dalam hati, 'Oh, namanya Hana.'

Baru saja Hana hendak masuk ke kelas, kali ini rambutnya yang ditarik, membuat dia mengomel lagi. "Bayu! Kalau rambut gue sampe rontok loe bayarin gue ke salon selama setahun ya!"

"Minjem pensil...." jawab Bayu cuek saja.

Hana menatap Bayu dengan pandangan bengis ala tokoh antagonis sinetron, namun membuka ranselnya, mengambil tempat pensil.

"Penghapusnya juga, Na!" tambah Bayu lagi.

"Sekalian aja loe ngerampok toko buku, Bay!" omel Hana yang sekarang menyerahkan penghapus ke Bayu yang tangannya sudah mengadah ke arahnya.

Saat Hana mengeluarkan pensil, tiba-tiba saja pensilnya jatuh dan menggelinding ke dekat kaki Hans. Hana mengejar pensilnya, membungkuk hendak mengambil bersamaan dengan Hans yang juga sudah membungkuk meraih pensil itu dalam genggamannya.

Tersenyum, Hans menyerahkan pensil itu ke tangan Hana yang tampak agak bengong memerhatikan wajahnya.

"Makasih ya...." ucap Hana sambil tersenyum manis yang membuat Hans menyadari kalau ada lesung pipi di pipi sebelah kanan Hana yang membuat dia terlihat semakin imut-imut.

Ketika Hana kembali ke tempat Bayu sambil menyerahkan pensil, Bayu menegurnya. "Kenapa loe cengar-cengir?" tanya Bayu keheranan.

Hana menyenderkan kepala ke lengan Bayu, mencoba berbisik sambil menahan tawa. "Cakep bangetttt!!" Namun, sayangnya masih bisa terdengar jelas di telinga Hans.

Ha-Ha The Alternate Universe (a very long journey)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt