Be a better man

953 235 49
                                    

Hari Minggu ini Hans mengajak Hana menemui keluarganya yang memang sudah jadi agenda rutin untuk makan siang atau makan malam bersama setiap kali Hans pulang.

Hana membekali diri dengan membawa brownies coklat keju sebagai buah tangan yang diterima dengan hati senang oleh Adelani yang kebetulan ada di rumah.

"Mi, Hans boros banget, deh... Padahal, kan, dia gak perlu beliin aku juga. Omelin, Mi!" Hana mengadukan gelang pemberian Hans ke Umi-nya.

"Cakep, Na. Cocok sama kamu... Punya Umi juga bagus. Makasih, ya, Bang."

"Ahhhh, Umiiii... Bukannya negor si Abang, malah dibelain." Hana merajuk sementara Hans memeletkan lidah, meledek Hana karena merasa menang.

"Emang, tuh, Mi. Dikasih hadiah malah ngeluh terus. Susah kalau mau ngasih dia macem-macem. Mau kubeliin baju, nolak! Jaket, nolak! Dikasih bunga juga gak mau!Yang gak Hana tolak, tuh, cuma kalau dikasih makanan doang!"

"Ya mending makanan, bikin kenyang...." balas Hana.

"Hadiah buat aku mana, Bang?" todong Adelani yang langsung menengadahkan tangan ke Abangnya.

"Kamu? Gak usah!" ucap Hans sambil melengos pergi ke meja makan.

Adelani melotot. "Kak Hana, Abang jahat banget sama aku. Ngambek, kak! Jangan mau bikinin masakan lagi. Putusin aja kalau perlu!"

"Heh! Sembarangan aja! Dapetinnya susah, Dek! Butuh waktu nyaris satu windu tauk!" omel Hans yang sekarang mencubit kedua pipi adiknya gemas.

Adelani yang akhirnya bisa meloloskan diri, balas memukuli Abangnya. "Tau gitu, mending tolak terus sampe satu abad berlalu, Kak! Biarin aja Abang merana."

"Yah, maaf, deh, Dek... Harusnya kutunda sampai satu dasawarsa ya. Eh, malah keburu luluh duluan...." jawab Hana sambil ikutan tertawa melihat tingkah konyol abang-adik itu yang masih belum berhenti berkelahi juga.

Umi-nya Hans hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah anak-anaknya. "Udah berantemnya! Udah pada gede juga! Masih aja kayak anak TK! Ayo makan dulu!"

Saat mereka semua sudah duduk di meja makan, Hana meraih tasnya, mengeluarkan benda titipan Hans dan menyerahkannya ke Adelani. "Nih, dari Abangnya. Gak lupa, kok, dia...."

Adelani membuka kotak perhiasan yang diserahkan Hana dengan antusias dan berteriak girang saat melihat sepasang giwang di sana. "Ih, cantik banget!! Makasih, Abang! Dah, jangan diputusin, Kak! Langsung nikah aja!"

"Gak gitu juga konsepnya, Dek!!!" seru Hana panik.

"Na, kapan Abi boleh ke rumah Hana?" tanya Abi lagi membuat Hana semakin panik sementara Hans hanya bisa tertawa geli melihat wajah panik kekasihnya.

"Astaga, Abiiii! Aku nyaris jantungan ditanya begitu... Ya walau kalau jantungan di sini, sih, kayaknya aman ya... Bisa langsung dapet pertolongan pertama," jawab Hana meracau tak jelas saking paniknya.

"Ini Abi beneran nanya, lho, Na...." jawab Abi-nya Hans dengan raut wajah serius.

"Aduh, Abi. Kalau mau dateng main ke rumah kapan aja boleh, kok... Tapi, kalau ada maksud lain.... Hmm... Aduhhh... Ngggg...."

"Bi... Bi... Anak gadis orang panik, Bi...." ucap Hans yang sudah bisa meredakan tawanya.

"Ya Abi pikir, kan, kalian udah kenal lama, pacarannya juga udah lumayan lama, deh, daripada pacar kamu yang dulu-dulu...."

"Last sentense gak usah dibahas, Bi!" potong Hans langsung.

"Ya kalian nunggu apa lagi memangnya? Seenggaknya ditandain dulu, Hans, supaya resmi," jelas Abi-nya.

Ha-Ha The Alternate Universe (a very long journey)Where stories live. Discover now