All I ask of you

1.1K 235 49
                                    

Hana menempel erat dalam pelukan Hans dan merasa keheranan saat suaminya tiba-tiba tertawa kecil tanpa ada alasan yang jelas.

Melihat pandangan bertanya Hana, Hans mencoba menjelaskan walau sepertinya dia butuh waktu lama untuk menyusun kata-kata dalam benaknya agar Hana mengerti.

"Jadi ya, Istri... Dulu, tuh, Umi pernah ngasih tau aku. Kayaknya bagian dari sex education versi beliau. Bang, sex itu overrated... Gak sama kayak film-film porno yang mungkin Abang tonton. Aslinya gak seheboh itu, kok. Biasa aja... Banyak yang jauh lebih penting dalam jalin hubungan sama perempuan. Nyambung diajak ngobrol, asyik diajak tuker pikiran, bla bla bla.. intinya Umi ngasih tau untuk lebih mentingin kualitas hubungan dan jauh dari sex bebas yang beresiko tinggi. Trus, kalimat penutup Umi... bener, lho, Bang... Yang berisik-berisik kayak di film itu akting doang biar ditontonnya makin seru!"

Hans tertawa lagi, menatap Hana sambil mengusap pelan punggung telanjangnya. "But now I think that's a lie.... Kalau Umi denger kita tadi... dia harus cari bahan sex edukasi yang baru, deh," ucap Hans sambil mengedipkan mata.

Beberapa detik Hana baru menyadari maksud dari ucapan Hans. Wajah Hana seketika itu juga memerah. "Kamu, ihhhh... Aku jadi malu, kan...." Hana merajuk, memukuli dada Hans.

"Hey, ini bukan komplain, lho... Aku suka, kok, dengernya. Bikin makin semangat!" goda Hans lagi sementara Hana memilih menyembunyikan wajah di dadanya sambil berpikir dalam hati. Masa iya dia seberisik itu?

"Na... Cinta... Kok, malah jadi diem aja?"

"Auk, ah!" Hana merajuk, berbalik memunggungi Hans.

Dapat dia rasakan Hans berusaha menahan tawa saat pria itu mencium leher dan bahunya sementara tangannya melingkar erat di tubuhnya. "It was the best experience I've ever had... Bahkan jauh lebih baik dari yang suka kita lakuin di rumah." Kalimat tambahan dari Hans berbuah cubitan maut di lengannya.

"I have no complain at all, Istri.... Kamu sendiri gimana?" tanya Hans sambil mencium bahu Hana lagi.

"Ya kalau aku ada komplain, mungkin aku gak akan seberisik tadi, Hans!" seru Hana sewot, berbalik menghadap Hans dan mencubit ujung hidungnya.

Hans tertawa, mengecup bibir Hana sekali. "Sakit gak?"

"Lumayan sakit awalnya, tapi gapapa, kok," aku Hana jujur. Saat berusaha menerobos masuk memang rasanya sangat menyakitkan sampai terdengar bunyi seperti robekan kertas dan Hans bisa masuk sepenuhnya. Butuh penyesuaian beberapa saat sampai akhirnya dia terbiasa dengan gerakan naik-turun teratur Hans dan turut menikmatinya juga.

"Kira-kira kalau kita ulang sekarang, masih sakit gak?" goda Hans dengan seringai jahil di wajahnya.

"Gak tau... Kan belum dicoba...." tantang Hana.

"Hmmm... Untung acara resepsi kita malem. We still got plenty of time sampai pagi nanti," balas Hans segera sambil berguling di atas Hana dan mulai menciumnya di tempat mana pun yang bisa dijangkau sampai Hana menjerit kegelian.

"Gak sampai pagi juga, Suami!! Aku masih butuh kakiku besok!"

--------------

Setidaknya, sex di malam pertama mereka sebagai suami-istri tidak berlangsung sampai pagi walau setelah sarapan tadi, Hans kembali menggoda Hana dengan mengajak quicky sebelum mereka disibukkan dengan persiapan untuk resepsi yang akan berlangsung di malam hari.

"Capek banget kelihatannya, Na?" goda Ratna  saat menemani Hana spa.

Hana mengangkat tangan, berlagak mengibarkan bendera. "Ampun, lah, sama, Hans! Kayak gak ada hari lain gitu, Rat!"

Ha-Ha The Alternate Universe (a very long journey)Where stories live. Discover now