Yang terindah

913 214 29
                                    

Bukan Hana tidak menyadari kalau diamnya Hans sepanjang perjalanan pulang yang memakan waktu satu jam lebih adalah bom waktu yang akan meledak sewaktu-waktu.

Benar saja, baru saja mereka menutup pintu, Hans sudah mendesis penuh kemarahan menanyakan kewarasannya.

"What was that for, Na? Have you lost your mind?"

Hana mengernyit tak terima. "Nope, I'm perfectly fine...."

"Kamu minta bertemu Tristan lagi? What for?" sembur Hans marah.

"Karena aku memang harus menemui dia. Ada banyak hal yang harus kami bicarakan, Hans...."

Dibilang seperti itu membuat Hans semakin berang, mulutnya membulat tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Whattt???? Are you fuckin' kidding me? Untuk apa, Na? Mau memberi dia harapan lagi? Is this just a game to you? Oh, aku lupa... Kamu kan memang paling ahli dalam hal ini."

"Hey!!! Maksud kamu apa?" Balas Hana berang, dia kehilangan kendali mendengar tuduhan tak berdasar dari Hans.

"He's still into you!!" teriak Hans meluapkan seluruh emosinya. Dan dia tahu dia benar. Dari cara Tristan menatap kekasihnya, dia yakin kalau mantan kekasih Hana itu belum melupakannya sama sekali.

"So what??? Kenapa harus aku yang bertanggung jawab atas perasaan Tristan?" balas Hana dengan pekikan yang sama nyaringnya.

Mata Hans menyipit menatap tajam Hana. "You'd knew...." desisnya tak terima. "Dan kamu malah meminta untuk terus bertemu dia...."

Hans mengusap wajahnya kasar, memandang Hana dengan tatapan gusar. "Kamu sangat menyukai hal ini ya, Na...." ucapnya dengan nada dingin. "Memberi harapan ke orang-orang yang mencintai kamu... Membuat mereka berpikir kalau ada kesempatan untuk bisa jadi satu-satunya orang yang kamu cinta?"

Wajah Hana merah padam, tangannya bergetar menahan emosi yang memuncak. "Itu yang sebetulnya ada di pikiran kamu tentang aku, Hans?" desis Hana yang suaranya bergetar karena menahan air mata kemarahan agar tidak keluar.

"I've been in that situation for years... FOR YEARS, NA!!" teriak Hans.

Tak terasa air mata Hana mengalir turun di pipinya. "I'm sorry for what you've been through, Hans... I really am. Dan aku meminta maaf kalau ternyata sampai detik ini kamu masih merasakan hal yang sama...." ucap Hana lirih.

Mereka sama-sama hanya bisa saling menatap dalam diam. Sampai akhirnya Hans mengambil Cireng dalam pelukannya dan memasukkannya ke pet carrier. Bergumam pelan kalau hari ini adalah jadwalnya dia merawat kucing mereka.

Hans berbalik pergi tanpa lambaian tangan dan kecupan mesra dari Hana yang biasa. Hana hanya mengantarkan dia ke mobilnya dalam diam, mengawasinya menjauh sampai mobil Hans tidak ada dalam jarak pandangnya. Ketika dia berbalik menutup pintu, Hana tak kuasa lagi menahan tangis. Dia terduduk lesu, bersender pasrah di pintu dan menangis tersedu-sedu.

--------------

Hana membolak-balik buku menu, memikirkan makanan apa yang cocok untuk dirinya yang sedang bad mood. Yang jelas dia tahu dia harus makan three full course meal agar setidaknya suasana hatinya bisa sedikit membaik.

Saat sedang asyik memikirkan apakah dia perlu memesan parfait juga setelah choco lava-nya datang, tiba-tiba ada suara berat yang menegurnya. "Am I late?"

Hana mendongak dan melihat Tristan yang berdiri dengan senyum lebar di wajahnya. Terlihat tampan dengan jeans dan T-shirt putih dibalik kemeja warna biru muda yang lengannya digulung sampai sebatas siku.

Ha-Ha The Alternate Universe (a very long journey)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant