Try me!

1K 237 20
                                    

Pria itu kembali.

Sesuai perkiraan dan harapan Hana, Tristan memang kembali. Datang menemui mereka semua, bersikap biasa seakan absennya dia selama lima tahun tidak memberi dampak apa-apa.

Yang paling menyebalkan bagi Hans, kepergiannya Tristan seakan tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap Hana. Hana memaafkannya dan masih tetap mencintainya. Terlihat jelas dari cara Hana memandang pria itu. Matanya menunjukan cinta dan juga kagum.

Tiba-tiba saja Hans mendapat kabar kalau Hana setuju berangkat ke Jepang menemui Tristan yang menantinya di sana. Entah untuk apa. Padahal selama lima tahun ke belakang, komunikasi mereka hanya berupa paket yang dikirimkan tiap Hana ulang tahun saja.

Hans sengaja menghindari Hana di minggu-minggu saat Tristan kembali sampai saat ini. Tidak ada lagi Hans yang menjemput Hana sepulang bekerja dan mengajaknya nonton midnite atau sekadar hunting restoran baru seperti kebiasaan mereka selama ini. Saat Tristan kembali, posisi itu sudah tergantikan olehnya.

Menurut Bayu, ketika di sini, setiap hari Tristan akan mengantar dan menjemput Hana ke kantor sampai waktu keberangkatan pria itu lagi ke Tokyo. Hans maklum, itu pasti upaya Tristan untuk mengejar ketertinggalannya atas hubungan mereka. Namun, jangan harap Hans bisa bersuka-cita untuknya.

Hans menguap lebar, mengambil tisu untuk membuang ingus. Sudah dua hari terakhir dia terkena flu berat yang membuatnya kesal. Padahal minggu depan dia ada dinas luar yang mengharuskan dia menyelam ke selat sunda untuk mengecek pipa-pipa bawah laut.

Teleponnya tiba-tiba berdering. Ternyata panggilan dari Hana.

"Hans, aku yang naik atau kamu yang turun ke dapur?" tanya Hana saat Hans baru saja berkata, "Ya...." dengan suara bindeng.

Hans tertegun. Kenapa Hana bisa berada di rumahnya sekarang?

"Naik aja, Na," putus Hans yang masih merasa terlalu malas untuk turun dari kasurnya. Setidaknya tadi pagi dia sudah mandi sebelum tumbang ke kasur lagi.

"Oke, sepuluh menit lagi, deh. Tunggu ya...." Hana langsung memutuskan panggilan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Hans.

Belum sampai sepuluh menit, Hana sudah mengetuk pelan pintu kamar Hans.

"Masuk, Na...." ucap Hans setelah menyeka ingusnya lagi. Hidungnya pasti sekarang memerah seperti badut.

Pelan, Hana masuk membawa nampan berisi makanan di atasnya. "Ku tanya ke Mbak, katanya kamu belum makan dari pagi. Gimana, sih?? Emangnya gak minum obat? Gimana mau cepet sembuh kalau gak mau makan?" omel Hana panjang-lebar.

"Mulutku pait banget rasanya... Gak enak makan," keluh Hans saat Hana menaruh nampan yang dia bawa ke atas nakas.

Hana diam saja, mengambil mangkuk yang tampaknya berisi cream kaldu kental, mengambil sesendok dan meniup-niup sejenak kemudian menyorongkannya ke mulut Hans. "Makan!" ucapnya tegas sementara mata bulatnya melotot mengancam.

Hans menurut, menyesap supnya. "Enak," pujinya tulus.

Hana tersenyum ceria. "Ya iya, lah, enak. Kan aku yang buat!" Dia menyendok supnya lagi. "Makan sendiri atau kusuapin?" tanya Hana.

"Suapinnnn...." rengek Hans.

Hana tertawa, mengacak puncak
kepala Hans gemas. "Manja!!" keluhnya, namun diteruskan saja pekerjaannya menyuapi Hans sampai isi supnya tandas.

"Kenapa gak bilang dari kemarin-kemarin kalau kamu sakit?" omel Hana lagi yang sekarang beralih menyuapi Hans buah.

"Kamu tau dari mana?" tanya Hans tak menjawab pertanyaan Hana.

Ha-Ha The Alternate Universe (a very long journey)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang