BAB 69 : Kisah Masa Lalu Nino

82 14 0
                                    

Nino membulatkan matanya dan hampir terpeleset jatuh ke danau akibat terkejut dengan kehadiran Rullin. “Kau … apa yang kau lakukan di sini?! Horus juga di sini?”

“Tidak, Horus kupinta pergi kembali ke Hutan Lanthe.”

“Lalu kenapa kau tidak ikut pergi? Selain itu, bagaimana kau ….”

Nino menggantung ucapannya sejenak, lalu berkata, “Bagaimana kau tahu aku yang melakukannya?”

Rullin mengambil selembar kertas surat kabar dari sakunya, kemudian melambai-lambaikannya di hadapan Nino. “Surat kabar hanya bilang kalau tubuh keluarga Baron Weaver diikat ke bola besi. Tapi kau tadi bisa tahu jika kaki mereka yang diikat ke bola besi.”

Nino meringis sejenak saat mendengar itu. “Kau dan Yang Mulia memang mirip. Sama-sama selalu memperhatikan detail kecil.”

“Apa Rhaella tahu tentang perbuatanmu?”

“Yang Mulia tahu, dia tahu semua tentangku, tentang masa laluku, segalanya,” balas Nino sambil menggendikan bahunya.

Rullin memegang bahu Nino. “Apa yang terjadi? Kau mau membicarakannya? Mungkin itu bisa mengeluarkan amarahmu.”

Rullin hanya tidak mau Nino terbawa emosi dan menghancurkan rencana mereka. Oleh karena itu, Rullin tadi memutuskan untuk mengikuti Nino supaya bisa mencegahnya apabila berbuat sesuatu yang tidak diinginkan.

Nino menghela napas dengan berat, seakan ada beban yang besar yang memenuhi hatinya. Ia lantas duduk di tepi danau, memandang permukaan airnya yang terlihat tenang.

Rullin akhirnya turut duduk di sebelah Nino dan ikut memandang danau bersama pria itu.

Ada keheningan beberapa menit, sebelum Nino mau membuka suaranya. “Ceritaku mungkin akan panjang.”

Rullin, “Aku punya banyak waktu.”

Setelah Rullin bersedia mendengarkan ceritanya, Nino akhirnya mulai bercerita.

“Namaku dulu bukan Nino Azkar, tetapi Feodor Orlov.”

Feodor Orlov atau Nino dilahirkan di sebuah keluarga petani yang sudah turun-temurun tinggal di Desa Archon dan bekerja di ladang milik keluarga Baron Weaver.

Karena seluruh tanah di Desa Archon adalah milik Baron Weaver, maka setiap penduduk yang tinggal di desa wajib membayar pajak yang cukup tinggi. Apabila tidak mampu membayar, maka mereka harus bekerja di ladang atau peternakan Baron Weaver.

Sebagian penduduk di Desa Archon tidak mempunyai cukup uang untuk membayar pajak, dan mereka terlalu miskin untuk membeli rumah lagi di luar desa. Sehingga sebagian penduduk itu bekerja untuk Baron Weaver dengan bayaran kecil, meski mereka dituntut harus bekerja sangat keras.

“Keluargaku adalah salah satu keluarga yang tidak mampu. Jadi, ayah dan ibuku bekerja di ladang Baron Weaver.”

“Setiap musim panen, mereka harus memenuhi target panen yang ditentukan Baron Weaver. Kalau seandainya tidak dapat memenuhi target, maka itu dihitung sebagai utang.”

Selama bertahun-tahun, keluarga Nino mampu mengurus ladang dengan baik, karena keluarga mereka memang memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang bercocok tanam.

Sampai suatu ketika, suatu kesialan menimpa mereka.

“Mungkin usiaku baru 5 tahun saat badai besar melanda Negara Derron. Hujan deras tak kunjung berhenti selama tiga hari dan airnya mulai memenuhi ladang sehingga tanaman yang sudah ditanam oleh para petani langsung hancur dalam hitungan hari.”

Sialnya, sehari usai badai adalah hari penyerahan panen. Sehingga para petani tidak bisa memenuhi target dan berakhir mempunyai utang yang sangat tinggi.

My Fallen KingWhere stories live. Discover now