BAB 37 : Pemeriksaan Rullin

241 35 1
                                    

“Duduklah terlebih dahulu sehingga kita bisa membicarakan situasi di sini dengan tenang,” pinta Rhaella seraya menunjuk kursi di hadapannya.

Di bawah tatapan Rullin memaksa mereka untuk tenang, Nikolai akhirnya menuruti permintaan Rhaella untuk duduk. Begitupun dengan Sonya yang kini tidak berani menatap mata Rhaella secara langsung.

Ketika mereka berempat sudah duduk, Rhaella menyunggingkan senyum manisnya dan menuangkan teh hangat untuk mereka. “Tuan Petrov, Nona Forger, sekali lagi aku minta maaf karena sempat bertindak kasar kepada kalian.”

Baik Nikolai atau Sonya tidak membalas ucapan Rhaella, mungkin masih belum percaya sepenuhnya terhadap kata-kata manis yang dilontarkan oleh wanita itu.

Rullin yang tidak mau suasana di antara mereka semakin buruk akhirnya memutuskan untuk memperbaiki citra Rhaella. “Kalian tidak perlu waspada, Rhaella adalah orang yang sudah menyelamatkan nyawaku di Milana. Tanpa Rhaella, aku pasti tidak akan mampu memanggil kalian kemari.”

Nikolai terkejut. “Jadi pengumuman tentang pencarian tabib di seluruh Benua Etheria adalah rencana Anda, Yang Mulia?”

Rullin, “Ya, karena aku tahu kamu pasti berhasil menyelamatkan diri, Nikolai. Sebab itu, aku ingin memancingmu kemari.”

Nikolai mencengkram tangannya sendiri saat dia berkata, “Saya seharusnya tetap tinggal di ibukota saat peperangan berlangsung, dengan begitu ….”

Nikolai tidak melanjutkan ucapannya, karena dia juga merasa harapannya merupakan hal yang tidak pasti. Jika saja Rullin tidak meminta Nikolai meninggalkan Alcander sebelum prajurit Milana datang, dia mungkin juga akan mati di ibukota.

“Walau kamu tetap tinggal, tidak banyak yang bisa kamu lakukan, Nikolai. Selain itu, aku memintamu kabur karena aku tidak mau menyia-nyiakan kemampuan seorang tabib yang kompeten. Dan pada akhirnya, keputusanku tidak salah karena kini kamu bisa membantuku lagi.”

Nikolai, “Selama berbulan-bulan terus berkelana, saya juga banyak mempelajari ilmu medis, sehingga saya berharap bisa menyembuhkan Yang Mulia lebih cepat.”

Rullin tersenyum. “Aku percaya kepadamu, Nikolai.”

Kemudian Rullin menoleh untuk menatap Sonya. “Sesungguhnya, orang yang tak kusangka akan datang adalah kamu, Sonya. Ketika aku dengar dari Yeva tentang kematian keluargaku, kupikir kamu juga terbunuh.”

Sonya seketika turun dari kursi dan berlutut di hadapan Rullin. “Maafkan saya, Yang Mulia.”

Rullin menundukkan kepalanya, menatap Sonya dengan ekspresi heran. “Untuk apa kamu meminta maaf?”

Tangan Sonya bergetar, punggungnya kian turun sehingga kini dia bersujud di hadapan Rullin. Air mata turut menuruni pipi Sonya tatkala dia mengingat pelariannya bersama kedua adik perempuan dan ibu Rullin.

“Maaf karena tidak mampu menjaga keluarga Yang Mulia dan malah melarikan diri saat binatang iblis menyerang kami di hutan.”

Kedua mata Rullin menggelap saat mendengar penuturan Sonya. “Sungguh ada binatang iblis?”

“Ya, Yang Mulia. Di tengah perjalanan, kami dihadang oleh beruang iblis.”

Saat Rhaella mengarahkan pandangannya kepada Rullin, dia melihat ekspresi wajah Rullin masih tenang seperti biasanya. Namun, bila Rhaella memperhatikan lebih dekat, maka dia mampu melihat tangan Rullin yang gemetar.

Selama ini, Rullin sangat jarang mengutarakan perasaan yang dia pendam kepada Rhaella. Sehingga Rhaella tidak mampu mengetahui isi hati Rullin secara jelas.

Akan tetapi, Rhaella diam-diam tahu bahwa Rullin sesungguhnya masih bersikap tenang karena berpikir Yeva berdusta tentang kematian keluarganya. Rullin berharap bahwa Yeva hanya ingin menakut-nakutinya dengan berkata kedua adik dan ibunya telah mati dicabik-cabik oleh binatang iblis saat mereka melarikan diri.

My Fallen KingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora