BAB 31 : Malam Pertama

589 39 0
                                    

WARNING 21+! NSFW!

Dalam beberapa waktu yang cukup lama, Rhaella masih mempermainkan bagian inti Rullin di dalam mulutnya. Lidah Rhaella menari di sekitar benda tegang itu, menjadi pengantar Rullin menuju kenikmatan.

Permainan wanita itu tidak buruk, malah terbilang lihai. Dia mampu memainkan lidah dan bibirnya secara terampil, Rhaella juga memastikan tidak menggigit Rullin di antara permainan lidahnya.

Pada titik tertentu, Rullin mulai bertanya-tanya darimana Rhaella mempelajari hal seperti ini. Mungkinkah dia belajar bersama pria lain hingga mampu seterampil ini. Sayangnya, Rullin tidak berani bertanya karena takut membuat suasana hatinya menjadi buruk.

Tidak perduli darimana Rhaella mempelajarinya, yang penting wanita itu kini menggunakan keterampilannya untuk memuaskan Rullin.

Tak lama kemudian, Rhaella mendengar napas Rullin semakin memburu, bahkan tangan Rullin tanpa sadar ikut menggerakan kepala Rhaella. Tangan Rullin memaksa Rhaella menelan bagian intinya semakin dalam, membuat Rhaella kesulitan bernapas dan merasa akan tersedak apabila Rullin tidak segera melepaskannya.

Ketika Rhaella merasa bibirnya sudah kebas, cairan kental yang panas ditembakkan ke dalam mulutnya, membuat Rhaella membelalakkan matanya karena dalam seperkian detik tidak mampu memasok udara ke tenggorokannya.

Tatkala cairan hangat itu memasuki kerongkongannya, Rhaella tidak bisa menahan diri untuk tidak tersedak. Dia buru-buru melepaskan bagian inti Rullin dari dalam mulutnya dan batuk beberapa kali.

Rullin akhirnya ikut berlutut di hadapan Rhaella, tampak khawatir saat wanita itu tak kunjung berhenti batuk. “Jangan ditelan.”

Tak disangka, Rhaella malah menutup mulutnya rapat-rapat dan menelan cairan itu hingga tak bersisa. Perilaku Rhaella yang seperti itu sontak membuat Rullin merasa terkejut dan sempat membeku selama beberapa detik.

“Kamu … kamu menelannya?”

Rhaella tersenyum, kemudian memperlihatkan isi mulutnya yang sudah kosong. “Aku menelannya.”

Rullin tercengang. Seumur hidupnya menjadi pria, Rullin tidak pernah bertemu dengan wanita yang sangat tidak tahu malu seperti Rhaella. Bahkan wanita itu dengan bangganya memperlihatkan bibirnya yang mengkilat setelah menelan cairan milik Rullin.

“Bagaimana rasanya? Menyenangkan? Kau mau lagi?” Rhaella memberi pertanyaan bertubi-tubi, merasa penasaran dengan reaksi Rullin yang sudah mengalami pelepasan.

Saat Rhaella menatap Rullin, dia merasa pria ini menjadi lebih diam dari biasanya. Sikap itu membuat Rhaella bangga karena berpikir dia mampu menaklukan Rullin di atas ranjang.

Siapa yang menyangka bila menaklukkan kaisar itu mudah?

Akan tetapi, tatkala guntur saling bersahut-sahutan di langit, Rhaella melihat kedua mata Rullin ditutupi oleh kilat merah yang tampk mengerikan, seolah-olah Rhaella baru saja menyaksikan momen di mana Rullin sudah melepaskan pertahanan terakhirnya.

“Rull—”

Rhaella bahkan belum menyelesaikan panggilannya saat Rullin tiba-tiba bangkit dan melempar tubuh tanpa busana Rhaella ke atas ranjang. Wanita itu terkejut, tiba-tiba merasa panik ketika Rullin meletakkan kedua tangannya di samping kepala Rhaella, sehingga wanita itu tidak bisa melarikan diri.

Hanya dalam waktu singkat, posisi mereka berubah. Rhaella yang kerap memamerkan sikap dominannya berubah ciut di bawah tubuh Rullin.

Rullin menampakkan wajah yang dipenuhi senyuman ke hadapan Rhaella, kemudian berkata dengan suara rendah. “Rhaella, kamu mau bermain serius?”

My Fallen KingWhere stories live. Discover now