BAB 56 : Hutan Lanthe

220 28 0
                                    

Semenjak Rhaella berkata ingin menikmati setiap momen bersama Rullin. Mereka jadi semakin dekat dan bahkan sulit untuk dipisahkan. Setiap kali malam menjelang, Rullin akan segera membawa Rhaella masuk ke dalam tenda dan melingkupi tenda mereka menggunakan perisai sihir.

Entah apa yang selalu mereka lakukan sepanjang malam, tetapi semua orang yang ada di sekitar pasangan itu yakin bila Rhaella mungkin akan hamil diperjalanan jika saja Rullin tidak meminum obat pencegah kehamilan dari Nikolai.

Tak cukup dengan bermesraan sepanjang malam, pasangan itu juga tidak bisa dipisahkan selama matahari masih ada di atas langit.

Bahkan Rhaella akan selalu menggelayuti lengan Rullin, seakan dia adalah seekor kera yang berayun di dahan pohon.

“Horus, sepertinya aku tidak sanggup terus pergi bersama mereka. Mereka terus saja memamerkan kemesraan di depan kita yang lajang!”

Horus terdiam sebentar, sebelum akhirnya membalas, “Aku tidak lajang.”

“Hah?! Coba ulangi,” Nino melongo kaget akibat mendengar ucapan Horus.

Horus memutar matanya karena melihat ekspresi berlebihan Nino. “Aku sudah menikah.”

“Sejak kapan?!”

“Sejak aku berusia 23 tahun.”

Nino menutup mulutnya menggunakan tangan, masih tidak bisa mempercayai perkataan Horus yang ia anggap tidak masuk akal.

Tanpa menunggu pertanyaan lanjutan dari Nino, Horus sudah menjelaskan. “Sebagai seorang keturunan dari ketua suku, aku akan dinikahkan dengan wanita terbaik yang ada di suku.”

“Pembohong! Kalau kau sudah menikah, kenapa aku tidak pernah melihat istrimu!”

“Karena aku tidak bisa membawanya ke Milana. Kalau kau segitu tidak percayanya, kau bisa melihat istriku saat di Hutan Lanthe. Mereka sedang singgah di sana setelah menyerahkan tanaman yang dipinta Yang Mulia.”

Nino tidak menjawab lagi, perlahan-lahan dia menjauhkan kudanya dari Horus. Di dalam hati, Nino diam-diam berharap Horus hanya sedang berkhayal karena sangat ingin menikah.

Pria itu lantas mendekatkan kudanya ke samping kuda Rullin, kemudian berbisik kepada Rhaella. “Yang Mulia, sepertinya Horus gila karena selalu melihat Anda bermesraan. Dia tadi bilang sudah menikah!”

Nino berharap Rhaella akan menampakkan wajah kaget sepertinya, tetapi Rhaella malah menanggapi dengan tenang, malah cenderung acuh.

“Oh, kau baru tahu? Dia memang sudah menikah, aku bahkan sempat bertemu dengan istrinya saat aku menaklukan suku barbar.”

Cukup.

Nino tidak sanggup untuk mendengar perkataan Rhaella lagi. Sekarang, dia semakin terpuruk karena menjadi satu-satunya orang yang tidak memiliki kekasih di antara mereka bertiga.

Rhaella hanya tertawa sebagai tanggapan, sementara Rullin tidak terlalu memperdulikan sikap dramatis Nino.

Kedua manik amber Rullin tiba-tiba menangkap bayangan pohon-pohon besar dari kejauhan, pertanda bila mereka sudah semakin dekat dengan Hutan Lanthe yang dikenal mempunyai banyak pohon raksasa.

“Rhaella, sepertinya kita hampir sampai,” bisik Rullin kepada Rhaella.

Rhaella menghembuskan napas lega karena akhirnya bisa mencapai tujuan setelah berhari-hari menempuh perjalanan yang panjang.

Rullin lekas berseru kepada yang lainnya. “Persiapkan diri kalian! Kita sudah berhasil mendekati Hutan Lanthe!”

Kuda-kuda yang mereka kendarai lantas melaju lebih cepat karena ingin buru-buru sampai di tujuan.

My Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang