BAB 50 : Menemani Orang Sakit

219 39 0
                                    

“Rullin, kamu terlihat buruk sekali.”

Itu adalah ucapan pertama yang keluar dari mulut Rhaella begitu dia melihat jarum-jarum terpasang di seluruh tubuh Rullin.

“Karena Yang Mulia Putri sudah datang, maka saya dan Sonya akan berjaga di ruangan sebelah. Apabila ada sesuatu yang salah, Yang Mulia bisa memanggil kami,” kata Nikolai.

Rullin menggerakkan bola matanya ke arah Nikolai, kemudian membalas, “Terima kasih, Nikolai.”

Nikolai mengangguk. “Bertahanlah, Yang Mulia.”

Nikolai dan Sonya lantas membereskan kotak obat yang mereka bawa, lalu melangkah pergi ke luar ruangan. Begitu pintu tertutup, Rhaella langsung menarik kursi dan duduk di sebelah Rullin, wanita itu menyunggingkan senyuman manis dan memperhatikan Rullin dari atas hingga bawah.

“Sonya bilang kamu memanggilku karena tidak mau kesepian. Rullin, apa kamu terlalu mencintaiku sampai-sampai tidak mau berpisah meski hanya beberapa jam?”

Karena Rullin sedang menahan rasa sakit di tubuhnya yang terus menjalar, dia jadi kehilangan minat untuk berdebat, sehingga lebih memilih berkata jujur.

“Ya, aku mencintaimu.”

Pengakuan Rullin sontak membuat wajah Rhaella memerah, dia tidak menyangka bila Rullin akan meladeni godaannya. Rhaella yang tidak ingin terlihat malu-malu di hadapan Rullin bergegas beranjak ke rak buku, kemudian mengambil beberapa buku secara acak sebelum kembali duduk di samping Rullin.

“Baiklah, Rullin. Karena kamu tidak bisa melakukan apapun, bagaimana bila hari ini aku membacakanmu buku?” Rhaella melihat-lihat buku yang dia bawa dan baru sadar bila kebanyakan dari buku itu adalah buku politik yang sering dia baca.

“Hmm … kurasa kamu membutuhkan banyak pelajaran politik jika ingin membangun negaramu lagi di masa depan.” Rhaella lantas memperlihatkan sampul-sampul buku itu ke depan mata Rullin. “Mana yang ingin kamu baca? Ada beberapa buku yang juga berasal dari benua lain, seperti Revolusi Kerajaan Socrates yang terjadi lima ratus tahun yang lalu. Mau baca itu?”

Rullin, “Buku manapun tidak masalah.”

Rhaella tersenyum. “Baiklah, aku akan membacakannya untukmu.”

Setelah itu, hanya suara Rhaella yang disertai dengan sibakkan kertas saja yang terdengar di ruangan itu. Rullin tidak mengira bila suara Rhaella akan terdengar menenangkan tatkala dia tengah membaca buku.

Ketika Rullin melirik ke arah Rhaella, matanya terpaku kepada bibir merah wanita itu, tanpa sadar malah berangan-angan bagaimana rasanya apabila Rullin bisa melumat bibir Rhaella lagi. Sayangnya, Rullin sedang tidak berdaya sehingga dia tidak mungkin melakukan hal gila bersama Rhaella.

Tapi tidak apa-apa, Rullin bisa menunggu sampai ia dinyatakan sembuh.

Lagipula, staminanya akan meningkat setelah kekuatannya kembali, sehingga Rullin pasti mampu membuat Rhaella memohon ampun di atas ranjang.

“Bagaimana menurutmu? Apa ceritanya menarik?” tanya Rhaella di pertengahan buku. Pertanyaan dari wanita itu juga berhasil membuyarkan lamunan kotor yang sedang dilakukan oleh Rullin.

“Oh ya, lumayan. Kamu bisa meneruskannya.”

Meski sesungguhnya, Rullin juga tidak begitu memperhatikan isi buku yang dibacakan oleh Rhaella. Satu-satunya hal yang Rullin dengarkan hanyalah suara lembut Rhaella yang kadang kala akan dipenuhi semangat apabila sedang membacakan tentang pemberontakan negara.

“Suatu saat nanti, aku juga ingin pemberontakanku kepada kaisar Milana ditulis di buku sejarah. Lalu, aku akan membaca kehebatanku sendiri di buku,” kata Rhaella seraya tertawa.

My Fallen KingWhere stories live. Discover now