BAB 44 : Mencuri Senjata

178 32 0
                                    

Di hadapan semua orang, Yeva memerintahkan para prajurit untuk membawa Rhaella ke ruang tidur yang ada di istana. Namun, ternyata Rhaella malah digiring menuju penjara bawah tanah. Hal itu menandakan bahwa Yeva sudah mempersiapkan penangkapan Rhaella sebelumnya.

“Masuklah ke dalam sel, Yang Mulia Kaisar akan menemui Anda jika pesta sudah selesai.”

Dua orang prajurit memaksa Rhaella untuk masuk ke dalam sel penjara. Wanita itu bahkan hampir saja jatuh bila dia tidak mempunyai keseimbangan yang baik.

Rhaella menoleh dengan tatapan marah. “Suatu saat kalian akan menyesal karena sudah berbuat kasar kepadaku.”

Salah satu prajurit tertawa. “Yang Mulia, Anda bahkan sudah tidak memiliki otoritas di negara ini, jadi mengapa saya harus takut?”

Prajurit yang lain menambahkan, “Bahkan gelar yang melekat di nama Anda hanyalah sebuah pajangan yang tak berarti.”

Brak!

Rhaella menggebrak jeruji besi di hadapannya, kedua mata wanita itu memicing tajam sehingga membuat kedua prajurit itu merinding. “Roda kehidupan terus berputar, bisa saja di masa depan posisiku dan Yeva akan berubah.”

Kedua prajurit itu mundur beberapa langkah untuk menjauh dari sel penjara. Mereka lantas berbisik satu sama lain. “Sepertinya dia memang sudah gila.”

“Berputar dia bilang? Mana mungkin orang yang sudah serendah itu bisa menjadi kaisar di masa depan.”

Karena tidak ingin berurusan dengan Rhaella lagi, mereka berdua bergegas meninggalkan Rhaella di penjara bawah tanah.

Begitu mereka menjauh, raut wajah Rhaella yang tadinya dipenuhi oleh emosi perlahan-lahan berubah datar seperti biasa, kemudian dia menyisir helaian rambutnya yang beratakan ke belakang, sembari menghela napas lega.

“Marah ternyata sangat melelahkan,” bisik Rhaella.

Sebelum Rhaella datang ke istana, dia sudah menduga kalau Yeva akan mempermalukan Rhaella sampai ke tingkat ekstrim. Kedua saudara itu sama-sama memiliki sifat dramatis, sehingga Rhaella selalu mampu menebak keinginan Yeva seolah dia sedang membaca buku.

Oleh sebab itu, Rhaella sempat meminta Nikolai untuk membuatkan obat yang mampu menetralkan racun, sehingga dia tidak akan bisa dipengaruhi oleh racun atau obat yang djberilan oleh Yeva. Meski begitu, tetap saja Rhaella harus berpura-pura supaya Yeva menganggap obat yang dia berikan benar-benar mempengaruhi Rhaella.

Beruntung Yeva hanya memberikan obat perusak hati, jika saja Yeva menuangkan racun ke minumannya, mungkin dia harus pura-pura mati untuk meyakinkan Yeva.

Dan Rhaella juga sesungguhnya senang meminum obat perusak hati, karena akhirnya dia mampu melampiaskan amarahnya kepada Yeva Rhoxolany, walau dia harus mendekam di penjara bawah tanah sebagai balasan.

Akan tetapi, masuk penjara bawah tanah memang sudah direncanakan oleh Rhaella, sebab dia ingin mengambil sebuah barang yang disimpan di ruang bawah tanah.

Senjata suci milik Rullin, Solaris.

Sejak Rullin dibawa ke Milana, senjata suci itu sudah mendekam di gudang senjata bawah tanah. Selama ini, Rhaella tidak bisa mengambilnya karena mustahil bagi Rhaella untuk tiba-tiba masuk penjara bawah tanah tanpa dicurigai oleh Yeva dan prajurit istana.

Sehingga satu-satunya cara untuk mengambil senjata itu tanpa dicurigai adalah dengan masuk ke penjara bawah tanah atas perintah Yeva. Rhaella bahkan sudah menyiapkan replika dari Solaris supaya tidak ada yang tahu kalau senjata itu sudah dicuri.

Rhaella melakukan semua itu supaya Rullin bisa memaksimalkan kekuatannya.

Akan tetapi, Rullin sama sekali tidak mengetahui rencana Rhaella, karena pria itu jelas akan melarang Rhaella melakukan hal beresiko hanya untuk mengambil senjatanya.

Sehingga Rhaella tidak punya pilihan, selain merencanakannya secara diam-diam.

“Prajurit! Lepaskan aku dari tempat ini!” Rhaella berteriak keras sampai suaranya menggema di ruang bawah tanah.

“Diam! Jangan membuat keributan!” balas prajurit yang berjaga.

Rhaella menempelkan wajahnya ke jeruji besi, kemudian berpura-pura marah, meski kenyataannya sedang menghitung jumlah prajurit yang berjaga.

Berdasarkan pengamatan Rhaella, hanya ada tiga prajurit yang berjaga di ruang bawah tanah. Mungkin karena tidak ada tahanan lain, selain Rhaella, sehingga tidak banyak yang berjaga.

Diam-diam Rhaella merogoh saku roknya, kemudian mengeluarkan tiga bola seukuran kelereng. Dia melihat-lihat situasi lebih dahulu, setelah memastikan para prajurit tidak sedang memperhatikan Rhaella, wanita itu segera melempar bola-bola itu ke dinding sehingga bola-bola itu hancur dan mengeluarkan asap tanpa warna.

Rhaella lekas menutup mulut dan hidungnya menggunakan sapu tangan, lalu menunggu asap itu dihirup oleh tiga orang prajurit.

“Kenapa tiba-tiba aku merasa ngantuk?” tanya seorang prajurin kepada rekannya.

“Hmm … aku juga lumayan ngantuk. Apa karena kita sudah terlalu lama berjaga ya?”

“Mungkin saja, apalagi tempat ini gelap, sehingga sangat sering membuat ngantuk.”

Setelah itu, tidak ada lagi suara yang terdengar. Ketika Rhaella memperhatikan mereka, dia melihat para prajurit itu sudah tertidur sambil berdiri, dan seorang prajurit tidur sembari duduk.

Racikan obat dari Nikolai memang sangat ampuh. Hanya dalam beberapa detik saja, efeknya sudah terlihat.

Tanpa ingin membuang waktu, Rhaella segera melepaskan jepit rambutnya kemudian mengotak-ngatik lubang gembok sampai akhirnya mampu membuka gembok selnya sendiri.

Dia lantas berjalan menuju gudang penyimpanan senjata yang letaknya berada di sudut ruang bawah tanah. Ketika sampai, Rhaella kembali membuka kunci menggunakan jepit rambut.

Begitu Rhaella membuka pintu, ia melihat terdapat ratusan senjata digantung dan beberapa diletakkan di etalase. Jenis senjata itu bermacam-macam, mulai dari pedang, cambuk, hingga busur panah. Senjata-senjata itu merupakan senjata yang diambil dari tahanan, kemudian dikoleksi sebagai simbolik atas kemenangan Milana.

Dari semua senjata itu, ada satu senjata yang menarik perhatian Rhaella. Senjata itu diletakkan di sebuah etalase kaca yang berada di tengah-tengah ruangan.

Senjata itu berupa pedang yang terlihat paling bersinar bila dibandingkan dengan senjata-senjata yang lain.

Bilah pedangnya berwarna kemerahan mengkilap, dan terdapat sebuah batu ruby yang tersemat di gagang pedangnya.

Tidak salah lagi, itu adalah Solaris, pedang suci milik Rullin Vedenin yang dikabarkan mampu membakar tubuh manusia hingga menjadi debu.

Rhaella buru-buru mengambil pedang replika yang dia sembunyikan dibalik gaunnya, kemudian menukar Solaris dengan replika.

Setelah mengambil senjata suci milik Rullin, Rhaella bergegas masuk kembali ke dalam penjara dan mengunci gemboknya lagi.

Dia tidak bisa kabur, karena rencananya akan berantakan apabila Yeva tahu Rhaella membantu seorang tahanan negara.

Rhaella tidak bisa membiarkan Yeva mengacau selama Rullin belum mendapatkan kekuatannya secara penuh.

Oleh karena itu, Rhaella harus menanggung hukuman yang akan Yeva berikan setelah pesta usai. Sebab hanya memenjarakan Rhaella pasti terdengar tidak menarik untuk Yeva, pria itu jelas sudah mempersiapkan hukuman lain untuk adiknya.

My Fallen KingWhere stories live. Discover now