BAB 11 : Menginap di Hutan

341 40 0
                                    

Meski benci mengakui kelemahannya, Rhaella harus sadar kalau tubuhnya tidak sekuat dahulu untuk melakukan perjalanan jauh dalam waktu yang panjang. Sebab itu, di tengah perjalanan, mereka harus berhenti dan membuat tenda sementara kala matahari mulai tenggelam.

Tatkala semua orang tengah sibuk mempersiapkan kebutuhan tempat tidur dan makanan Rhaella, wanita itu hanya duduk di atas batu sambil memakan camilan yang dibawa oleh Dasha.

“Yang Mulia, apakah dua selimut sudah cukup untuk menghangatkan tubuhmu?” tanya Dasha.

Rhaella, “Satu saja juga cukup.”

“Lupakan, saya tidak akan bertanya kepada Anda lagi,” Dasha menambahkan, “saya akan menaruh tiga selimut di dalam tenda Anda.”

Dasha selalu bertingkah seperti itu, melebihkan kebutuhan Rhaella untuk memastikan wanita itu benar-benar merasa nyaman. Rhaella selalu menghargai perhatiannya, tetapi wanita itu juga tidak senang terus-menerus dipandang lemah seperti itu.

“Seseorang yang biasa tidur di jalanan berbatu saat perang, kini perlu membangun tenda di tengah hutan?” tanya Rullin, terdengar seperti ejekan.

Rhaella turut membalas dengan ejekan, “Apa salahnya? Kau iri karena harus tidur di luar malam ini bersama para pelayan dan prajurit? Yang Mulia Kaisar, kamu boleh bergabung denganku malam ini jika kau mau.”

Rullin berdecak, kemudian berjalan pergi menuju tumpukan kayu bakar, membantu para prajurit untuk menyalakan api.

Setelah percakapan yang mereka lakukan minggu lalu, kini Rullin lebih tenang saat sedang bersama Rhaella. Mungkin perlahan-lahan Rullin sudah bisa mempercayai Rhaella, sehingga tingkat kewaspadaannya menurun.

Begitu matahari sepenuhnya tenggelam, suhu di dalam hutan turun dengan sangat drastis. Seandainya saja mereka tidak menyalakan api unggun, mungkin mereka semua sudah membeku.

Di antara semua orang yang ada di hutan, Rhaella adalah orang yang paling tidak bisa terkena dingin. Kutukan iblis sudah membuat sistem pertahan tubuhnya menurun, sehingga  tubuhnya tidak mampu menghangatkan diri sendiri.

Pada akhirnya, tiga selimut yang dipersiapkan oleh Dasha tidak cukup untuk menghalau dingin yang ada disekelilingnya.

“Yang Mulia, apa Anda membutuhkan selimut lagi?” tanya Dasha dari luar tenda.

Gigi Rhaella menggelatup saat dia menggigil, uap dingin keluar dari mulutnya saat dia berbicara. “Selimut tidak bisa menghalau dingin. Apa kau membawa tungku pemanas kecil?”

“Saya membawanya, tetapi saya takut tungku api bisa membakar tenda jika saya menaruhnya di dalam.”

Tenda yang ditempati Rhaella merupakan tenda kecil untuk satu orang. Bila Dasha meletakkan banyak tungku pemanas di dalamnya, maka api bisa membakar tenda.

“Baiklah, aku akan duduk di samping api unggun saja untuk sementara,” kata Rhaella seraya keluar dari tenda sambil membawa selimutnya.

“Yang Mulia! Jika Anda keluar, tubuh Anda malah akan semakin dingin!”

“Duduk di depan api unggun akan lebih baik daripada terus berdiam diri di dalam tenda,” ujar Rullin tiba-tiba.

Rhaella mengangguk, lalu meyakinkan Dasha. “Benar, api unggunnya juga sudah mulai besar. Setelah merasa lebih baik, aku akan masuk lagi.”

Dasha menghela napas sebelum membalas, “Baiklah, tapi Anda harus langsung bilang ke saya bila membutuhkan tambahan selimut.”

Rhaella hanya tersenyum sebagai balasan, lalu duduk di samping Rullin yang tengah membolik-balik kayu bakar menggunakan batang kayu.

My Fallen KingKde žijí příběhy. Začni objevovat