[45]

407 32 13
                                    

Sudah dua tahun lamanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah dua tahun lamanya. Dia tidak berhubungan dengan laki-laki yang ia kagumi. Sekarang, umurnya sudah menginjak 18 tahun dan sudah mempunyai pekerjaan.

Dia bekerja menjadi kasir di sebuah restoran. Restoran milik kakaknya Nila. Ah, mungkin Nila merasa tidak enak dengannya. Karena dia dikeluarkan dari sekolah karena menyelamatkannya. Makannya dia meminta agar kakaknya bisa menerimanya kerja di restoran miliknya.

"Maaf Pak, saya telat."

Nafasnya tersengal-sengal saat dia harus berlari dari parkiran menuju ke restoran yang sudah dibuka itu. Jam menunjukkan pukul delapan pagi. Itu artinya dia terlambat selama tiga puluh menit.

"Sudah tiga kali kamu seperti ini. Lain kali saya mau kamu lebih disiplin lagi untuk kedepannya."

Pria jangkung yang sudah berumur dua puluh tahunan lebih itu menatapnya dengan tajam dan sinis. Sungguh, bosnya itu sangat menyeramkan. Berbanding jauh dengan adiknya yang ramah.

"Baik Pak, terimakasih."

"Saya izin permisi dulu Pak! Assalamualaikum."

Seren sedikit membungkukkan kepalanya dan berlalu pergi saat sudah menerima jawaban dari Pak Anggara.

Pak Anggara memang tampan, gagah, tegas dan mandiri. Banyak sekali wanita yang menyukainya. Termasuk karyawannya sendiri. Tidak jauh berbeda dengan sifat adiknya, dia  selalu mengingatkan sholat ke karyawannya.

Namun, yang dia tidak suka dari pria itu adalah sifat juteknya. Apa mungkin itu memang bawaan lahir tapi dia sungguh menakutkan saat menunjukkan wajah juteknya.

"Eh kalian nyadar gak sih, Pak Anggara bulan-bulan ini rajin banget datang ke kafe, biasanya cuman pas ada waktu luang aja."

Samar-samar Seren mendengar percakapan karyawan yang sedang sibuk membersihkan meja-meja. Seren berusaha tidak peduli. Toh, ngapain juga dia memikirkan Pak Anggara. Mendingan juga mikirin Wafa.

Ngomong-ngomong soal Wafa. Dia sama sekali sudah tidak pernah berhubungan lagi dengannya. Entah gimana keadaannya dan kabarnya dia tidak tahu. Dia hilang kabar.

Padahal, dia sangat menantikan kabar darinya. Cukup mengatakan kata bahwa dirinya baik-baik saja sudah amat cukup. Dia tidak bisa menyalahkannya. Mungkin jaringan disana berbeda dengan jaringan Indonesia jadinya dia sulit untuk mengabari.

Rasanya dia ingin berteriak sekencang-kencangnya saat itu juga. Biar semuanya tau kalo dirinya merindukan laki-laki itu.

"Seren."

Ada yang memegang pundaknya. Gadis itu sontak berbalik badan melihat siapa itu.

"Iya Wafa?" tanya Seren gagal fokus. suara berat itu hampir mirip suara Wafa.

Pak Anggara menaikkan alisnya bingung. "Wafa? Siapa Wafa?"

Gadis itu melotot saat tersadar bahwa itu adalah Pak Anggara. Dia membodohi dirinya sendiri yang saat ini hilang fokus.

Alwafa [END]Where stories live. Discover now