22. Mimpi atau Pertanda?

109 4 0
                                    

"Gue laki-laki berlumur dosa, tetapi mendapat perempuan sempurna seperti dia. Tuhan sungguh baik."

Bintang Mumtaz Danurwendha

°

°

°

"A-Abang? Kenapa Abang ngelakuin ini semua? Abang sadar ngelakuin ini semua?" Angeline menatap kakak laki-lakinya itu kecewa, matanya yang sembab terus menyorot dengan perasaan kacau.

Usman tersenyum miring. "Gue sadar ngelakuin ini."

"Lepasin Kak Mumtaz, dia suami aku! Abang kenapa jadi gini, hiks."

"Suami lo?" Usman mulai menatap Mumtaz yang tengah terikat di sebuah kursi tua, pria itu menatap Usman dengan pasrah, seolah tahu apa yang akan Usman lakukan setelah ini.

"Abang udah nyakitin suami aku, Abang sadar nggak, sih, kalau itu salah? Abang jahat! Lepasin Kak Mumtaz, dia baru aja sembuh dari demam, Bang! Lepasin cepetan, hiks!" Angeline memukul dada bidang kakaknya itu dengan kepalan kecil jemari tangannya, hatinya begitu sakit melihat keadaan sang suami yang lemah. Wajah dan tubuh pria itu babak belur dan tampak kesakitan.

"Jangan pernah bilang kalau dia suami lo, gue jijik." Usman mencengkeram erat dagu adik perempuannya itu.

"A-abang, sakit..." Angeline semakin sakit dibuatnya, air matanya keluar semakin deras dan membentuk sungai kecil di pipinya.

"LEPASIN ANGEL. JANGAN KASAR KE DIA, BAJINGAN!" Mumtaz menatap Usman dengan sorot matanya yang tajam.

Usman terkekeh, ia melepaskan cengkeramannya pada dagu Angeline. Pria itu berjalan menghampiri Mumtaz.

Bugh.

"Sok pahlawan."

Mumtaz memejamkan matanya, rasa sakit kembali menjalar bagaikan setrum di tubuhnya.

"ABANG, CUKUP!"

Angeline berjalan menghampiri suami, namun,

"Stop atau gue bunuh Mumtaz di depan lo."

Angeline menghentikan langkahnya. "Abang... Abang kenapa? Jelasin..." Perempuan itu semakin menangis tergugu, ada apa sebenarnya?

"Mahendra Zayn dibunuh oleh Mumtaz Danurwendha."

Hening. Tidak ada suara apapun yang terdengar setelah Usman melontarkan kalimatnya.

"Kalau ngomong yang jelas, nggak lucu candaannya." Tanggap Angeline menatap kakak laki-lakinya itu tajam.

Usman terkekeh cukup keras. "Tanya aja sama suami lo."

Angel mulai mendekati suaminya, dia berlutut di depan pria itu. Matanya menatap hangat wajah lebam sang suami, tangannya bergerak menyentuh dagu suaminya dan mengangkat wajah yang tertunduk itu.

Mumtaz menahan rasa perih tatkala tangan istrinya menyentuh wajahnya. Hatinya lebih hancur saat ini. Matanya tak kuasa menatap mata istrinya yang penuh dengan kepercayaan untuknya.

"Kak, yang dibilang sama Abang itu nggak bener, kan? Mana mungkin Kakak ngelakuin itu? Kenal sama kakek aja... Pasti enggak, kan, Kak?" Tanya Angeline beruntun dengan hati yang selalu percaya kepada suaminya itu.

Mumtaz hanya diam. Lidahnya terasa kelu untuk menjawab.

"Kakak? Kakak dengar yang Angel bilang, kan?" Kepercayaan yang ada di hati Angel mulai goyah, rasa cemas mulai menggerogoti hatinya.

MUMTAZ DANURWENDHA | NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang