9. Awal Baru

1.8K 49 2
                                    

"Aku percaya, Allah menjadikan dirimu sebagai jodohku. Selamanya."

Angeline Queenza

"Gue laki-laki berlumur dosa, tetapi mendapat perempuan sempurna seperti dia. Tuhan sungguh baik."

Bintang Mumtaz Danurwendha

°

°

°

"Kak, bangun.." Angel berusaha membangunkan suaminya dengan mengetuk pintu besar berwarna hitam itu beberapa kali.

Tok! Tok!

"Kak Mumtaz..." Angel menghela nafasnya pelan, sebentar lagi jam enam pagi. Lebih baik ia turun untuk melanjutkan memasak.

Ceklek!

"Kak?" Panggil Angel semangat.

Mumtaz mengerutkan keningnya. "Ngapain di depan kamar gue?"

Senyum manis yang sempat terpatri di bibir mungil itu perlahan mulai luntur. "Emm, nggak kok. Semalam kok nggak tidur bareng Angel?"

Tawa remeh mulai keluar dari mulut Mumtaz. "Dengerin gue. Ini kamar gue dan itu kamar lo, paham?" Mumtaz menunjuk kedua pintu kamar itu bergantian.

"Lo nggak boleh ikut campur dalam urusan ataupun hidup gue, lo nggak boleh nyentuh barang gue. Masuk kamar gue juga nggak boleh."

"Begitu sebaliknya, gue nggak akan ikut campur dalam urusan hidup lo. Karena pernikahan ini, cuma buat nyenengin keluarga gue dan keluarga lo. Paham?" Tajam Mumtaz menunjuk wajah gadis di hadapannya.

"Setidaknya izinin Angel buat cuci baju, nyetrika baju, bersihin apartemen, masakin buat Kakak—"

"Oke, nggak masalah. Tapi, lo nggak berhak ngatur gue. Mau gue pulang malam, bahkan nggak pulang sekali pun. Karena diantara kita nggak-ada-apapun. Paham?" Potong Mumtaz tajam sembari mendekatkan wajahnya dengan wajah gadis itu yang tegang.

Angel mengangguk. "Iya."

"Kak, Angel udah masak. Sarapan yuk." Ajak Angel berusaha mencairkan ketegangan yang ia rasakan.

"Duluan aja, gue mau ambil berkas."

Angel mengangguk senang. "Iya."

Angel berjalan menuruni tangga sedikit cepat, keburu suaminya selesai mengambil berkas.

****

"Lo nggak makan nasi?" Tanya Mumtaz datar.

"Enggak, Kak." Jawab Angel singkat. Ia masih sibuk dengan roti selai strawberry di tangannya.

"Berangkat naik apa?" Tanya Mumtaz basa-basi.

"Emm... Angel bisa naik taksi online atau angkutan—"

"Bareng gue." Potong Mumtaz dingin.

Angel menatap ragu pria di sampingnya yang tengah meminum air putih di gelas yang pria itu pegang. "Ngapain lihat? Buruan siap-siap." Kata Mumtaz sinis.

Angel menundukkan kepalanya. Bulir demi bulir air mata mulai mengalir membasahi pipinya. Apa perkataan dan nada bicara pria itu tidak bisa dikontrol sedikit.

MUMTAZ DANURWENDHA | NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang