MUMTAZ DANURWENDHA | NEW VERSION

10. Tentang Istimewa

"Nggak tahu kapan tumbuhnya, tiba-tiba membuncah."

—Angeline Queenza

"We never guess about the next feeling."

—Bintang Mumtaz Danurwendha

°

°

°

"Ngel, temen gue suka sama lo." Ujar Mumtaz ditengah keheningan di dalam mobil.

"Kok bisa? Kenal Angel dari mana?" Tanya Angel tak mengerti.

"Dia ikut gue ke sekolah." Jawab Mumtaz.

Angel menautkan kedua alisnya tak mengerti. "Kapan, Kak?"

Mumtaz berdecak kesal. "Donasi."

"Oh waktu bayar donasi di sekolah. Angel nggak tau." Jawab Angel pelan.

Angel menggigit lidahnya dengan kuat, menahan rasa sesak yang melanda dadanya. "Terus, menurut Kak Mumtaz?"

Mumtaz tertawa remeh. "Gue?"

Angel mengangguk. "Iya."

"Biasa aja." Jawab Mumtaz.

Angel tersenyum kecil, ia mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela. Menahan buliran air mata yang hendak menerjang turun dari matanya.

"Angel boleh ngomong sesuatu nggak?" Tanya Angel hati-hati.

"Hm."

Angel menarik nafasnya pelan, kemudian menghembuskannya panjang. Mengumpulkan semua keberanian yang ia punya.

"Emm, Angel udah cinta sama Kak Mumtaz." Ujarnya pelan.

Mumtaz tersenyum sinis, entah mengapa ia merasa cukup bangga mendengarnya. "Bagus."

"Kak Mumtaz nggak marah?"

"Untuk?" Bukannya menjawab, pria itu malah bertanya balik.

"Emm, itu tadi..." Angel memilin jari-jari tangannya yang lentik.

"Biasa aja."

Angel mengangguk. "Ini pertama buat Angel tau, Kak..." Lirih gadis itu.

Mumtaz melirik sekilas perempuan itu. "Terus?"

Angel menggigit bibir bawahnya cukup kuat. Dadanya terasa sesak dikala mendengar respon sang suami. "Kakak nggak mau apresiasi gitu?"

Mumtaz tersenyum kecil. Cukup salut akan keberanian istrinya.

"Sempurna."

****

"Iya, Ana. Sebentar!" Angel mempercepat gerakannya memasukkan beberapa barang yang akan ia bawa ke dalam sling bag.

"Ayo, Kak! Ih, keburu novelnya diserbu." Sungut Ana badmood.

"Udah. Ayo, Ana." Ujar Angel sambil tersenyum menatap adik iparnya yang cemberut.