5. Pertemuan Pertama

1.6K 48 10
                                    

"Maaf, aku bukan perempuan rendah yang bisa kamu rayu dengan kata-kata manis kamu."

Angeline Queenza

°

°

°

"Pagi, Sayang." Sapa Mahendra kepada putrinya yang sudah memakai baju seragam SMA Angkasa.

"Pagi juga, Ayah." Angel mencium pipi ayahnya, kemudian ia duduk di kursi samping ayahnya.

"Itu tempat gue." Sengit Usman saat tiba di meja makan.

Angel mengernyitkan dahinya, kemudian mendongak menatap abangnya. "Selama ini tuh, Angel yang duduk sini."

"Ah, iya, ralat! Selama Abang di Tokyo." Jawab Angel enteng.

Usman menggertakkan giginya kesal. "Serah lo."

Usman menarik kursi yang berada di samping kursi yang diduduki adiknya. Kemudian, ia duduk di kursi itu dan menatap sang adik nyalang.

"Sini, Angel ambilin." Angel berdiri dan membalikkan piring di hadapan sang Abang, menaruh nasi dan menuangkan beberapa centong sup ayam diatasnya.

"Ini, udah, Abang."

"Jangan marah, ya. Nanti dan seterusnya, abang duduk sini." Kata Angel menepuk pelan pipi kiri abangnya.

Usman hanya tersenyum tipis. "Hm."

"Kaki lo udah nggak sakit?" Tanya Usman disela makannya.

Angel yang masih makan roti dengan selai strawberry itu mengangguk. "Iya, Abang. Udah nggak sakit."

Usman tersenyum hangat melihat adiknya yang sedang semangat memakan roti.

"Sayang, bunda mau tanya. Bagaimana keputusan kamu, Nak?" Tanya Mutia lembut.

Seketika wajah ceria yang terpatri di wajah mungil itu, hilang entah kemana. Yang ada hanya kemurungan.

"Angel menerima, Bunda. Toh, ini keputusan ayah sama bunda. Nggak mungkin salah." Jawab Angel tersenyum kecut dan kembali memakan rotinya.

"Oh, iya. Angel berangkat dulu ke sekolah, ya. Pak Adi udah nunggu pasti." Angel meminum susunya, setelah itu mengelap bibir serta kedua tangannya menggunakan tisu. Kemudian berdiri dan menggendong tas berwarna biru muda miliknya.

"Tunggu." Usman menahan lengan adiknya, ia berdiri dari duduknya.

"Kenapa, Abang?" Tanya Angel bingung.

"Poni kamu, agak berantakan." Usman membenahi poni rambut serta bandana berwarna pink adiknya sejenak.

"Sudah. Ayo berangkat."

"Berangkatnya sama abang." Kata Usman tersenyum.

Angel melebarkan matanya senang sembari tersenyum sumringah. "Wah, ayo, Bang!"

"Ayah, Bunda, Usman pamit, ya. Assalamualaikum."

"Assalamualaikum, Ayah, Bunda."

Usman dan Angel menyalimi kedua tangan orang tuanya. Kemudian mereka berjalan beriringan keluar rumah.

****

"Mumtaz, jangan lupa ke SMA Angkasa hari ini." Kata Arthan di sela makannya.

Mumtaz menganggukkan kepalanya tenang.

"Kak, Papa lagi ngomong sama lo." Usik Ana jahil, padahal ia tahu betul kalau kakaknya tidak suka suara disaat makan.

MUMTAZ DANURWENDHA | NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang