13. Ryandra Aroganel

1.2K 44 0
                                    

"Merindukannya? Sangat."

Bintang Mumtaz Danurwendha

"Dia begitu cantik, melebihi purnama."

Ryandra Aroganel

°

°

°

Mumtaz menatap mata istrinya yang terpejam damai. Senyum kecil mulai tersungging di bibir tebalnya. "Terima kasih, Tuhan..." Mumtaz mengusap pelan pipi istrinya dengan hangat. Entah perasaan apa yang tengah hidup dalam hatinya untuk gadis yang berstatus istrinya itu.

"Kamu terlalu sempurna untuk aku, Angeline. Kamu terlalu terang untuk aku yang gelap. Kamu terlalu.... Terlalu segalanya untuk aku yang tidak ada apa-apanya."

"Aku akan berusaha... Mungkin, jika aku sanggup mengatakannya... Agar kamu tahu segalanya tentangku dan tidak dari orang lain, Angel."

"Terima kasih atas hadirmu di duniaku, Angeline..." Mumtaz mencium kening istrinya cukup lama.

Tiba-tiba terlintas di pikirannya bahwa ia baru menemukan jejak Ryan, belum menangkap pria bejat itu. Bejat...? Mungkin, Mumtaz juga pantas untuk mendapatkan kata itu.

Dan juga... Beberapa musuhnya yang ingin mencelakai Angel.

"Tidak akan ada yang berani menyakitimu selagi aku hidup, Angel."

****

-06.30 AM-

"Angel masuk dulu ya, Kak. Bye." Angel mencium sekilas pipi suaminya dan beranjak untuk keluar dari mobil.

"Nanti yang jemput Zechal, bukan gue." Pesan Mumtaz sebelum gadisnya keluar mobil.

Angel mengurungkan niatnya untuk turun, matanya menatap sang suami yang tengah menatapnya juga.

"Zechal?" Beonya menyebut ulang nama yang tadi disebutkan oleh sang suami.

"Sekretaris kepercayaan gue." Papar Mumtaz menjelaskan.

"Kakak mau ke mana? Kenapa bukan Kakak yang jemput Angel? Kenapa harus Ze—"

"Hari ini gue mau ke Medan, Angel." Potong Mumtaz tenang.

"M-medan? Nggak boleh. Kenapa nggak bilang ke Angel dulu?" Angel menatap suaminya serius kali ini, bahkan pintu mobil kembali ia tutup.

"Masuk ke sekolah dulu, Angeline. Nanti gue jelasin lewat telfon." Kata Mumtaz, pria itu cukup khawatir kalau gadis kecilnya terlambat dan berujung dihukum.

"Angel tidak mau sekolah. Angel mau sama Kakak!" Katanya dengan air mata yang mengalir kecil di pipinya. Jemari tangannya ia tautkan takut.

"Angeline..." Mumtaz menyebut nama istrinya dengan hangat, berharap gadis itu tidak mengeluarkan sifat keras kepala untuk saat ini.

"Angel tidak mau!" Sentaknya cepat.

Mumtaz terkesiap, cukup kaget.

"Masuk sekolah, Angeline. Hilangkan sifat keras kepalamu itu untuk saat ini." Ujar Mumtaz tegas.

Angel mengusap pipinya yang basah dengan kasar. Tangannya bergerak membuka pintu mobil dan beranjak dari sana, kakinya melangkah ke untuk memasuki area sekolah.

MUMTAZ DANURWENDHA | NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang