12. Pengakuan (1)

1.3K 53 4
                                    

"Biarin gue gelap gulita. Lo harus seterang purnama."

Bintang Mumtaz Danurwendha

°

°

°

-21 Oktober 2020-

02.30 PM

"Udah beres?" Tanya Mumtaz kepada ketiga sahabatnya.

"Aman, Bro." Jawab Kenneth semangat. Pria itu mengusap keringat yang mengalir kecil di pelipisnya.

"Nggak sabar ketemu istri lo, siapa tau mau oleng ke gue." Celetuk Revan sembari meminum soda.

"Cantik apa nggak, sih, istri lo, Taz? Penasaran gue." Ujar Gentha menatap sahabatnya santai.

Mumtaz hanya merespon dengan mengedikkan kedua bahunya acuh tak acuh.

"Udah pernah 'itu' belum, Taz?" Tanya Gentha dengan smirk khas dirinya.

Mumtaz menaikkan satu alisnya tak mengerti.

"Pasti udah, sih. Secara, kan, Mumtaz hyper sex." Sahut Revan sembari tertawa, disusul Gentha dan Kenneth.

"Gue cium aja masih takut, apalagi sex." Ujar Mumtaz mulai fokus dengan iPad-nya.

"WHAT THE FUCK?!" Kaget Revan. Secara ia kenal betul bagaimana seorang Mumtaz itu.

"Kenapa nggak lo paksa aja? Oh gue tau, pasti istri lo jelek ya?" Ledek Gentha.

Mumtaz tersenyum kecil. "Justru karena istri gue istimewa, memaksa akan merusak semuanya."

****

-08.00 PM-

"Jawab pertanyaan Angel! Kita mau ke mana?" Tanyanya cemberut. Tangan kecilnya mencekal lengan kiri suaminya yang hendak menggenggam tangan mungilnya.

"Nurut aja bisa?" Jawab Mumtaz merasa jengah.

"Angel udah tanya berkali-kali, tapi Kakak nggak mau jawab. Makanya dijawab, biar Angel nurut." Sahut Angel panjang lebar.

"Oke, nggak jadi aja kalo gitu." Mumtaz melempar kunci mobilnya ke sofa.

Angel membulatkan matanya terkejut sekaligus takut. Tangannya memeluk erat lengan besar milik suaminya. "I-iya. A-angel nurut."

Mumtaz tersenyum kecil melihatnya. "Males." Pria itu menarik lengannya dari pelukan Angel. Kakinya melangkah masuk ke dalam kamar.

"Hiks, Angel minta maaf." Angel mengejar langkah lebar suaminya.

"Kakak, ihh!" Tubuhnya berada di ambang pintu seolah mencegat suaminya untuk masuk.

"Maaf..." Angel memeluk erat tubuh besar itu, menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya.

"Angel harus lakuin apa biar Kakak nggak marah lagi?" Lirihnya lugu.

Mumtaz tersenyum tipis, sebuah ide licik terlintas di otaknya. "Cium gue."

Angel membulatkan matanya. Cium? Kenapa harus cium? Kenapa semuanya harus diselesaikan dengan ciuman?

Angel melepaskan pelukannya, gadis itu menahan nafasnya dan mulai menghembuskannya pelan.

MUMTAZ DANURWENDHA | NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang