16. Pengakuan (2)

1.3K 46 1
                                    

"Jika kamu mengetahui semuanya, pasti kamu merasa jijik karena pernah dan tengah mencintaiku."

Bintang Mumtaz Danurwendha

°

°

°

"Kakak harusnya nggak ngelakuin itu..." Lirih Angel dengan kepalanya yang tertunduk dengan air mata yang setia mengalir dari mata cantiknya.

"Gue punya kuasa." Jawab Mumtaz tenang.

"T-tapi... Kasihan mereka... Udah di penghujung masa SMA, tapi—"

"LO NGGAK TAHU SEBERAPA TAKUTNYA GUE WAKTU ITU! DAN SEKARANG, DENGAN GAMPANGNYA LO NGOMONG GINI, ANGELINE." Sentak Mumtaz dengan nada suaranya yang tinggi.

"T-tapi nggak seharusnya kakak ngeluarin mereka dari—"

"MASIH UNTUNG GUE NGGAK MEMBUNUH MEREKA, ANGELINE!"

Angel terdiam, kepalanya tertunduk dalam, gigi-giginya saling menggertak dengan perasaan takut. Aura mencekam mendominasi tubuh suaminya.

"M-maaf, aku nggak—"

"Maaf lo bilang?"

"Terserah. Lakuin yang menurut lo bener." Mumtaz mengambil kunci motor dan jaket kulit hitam miliknya.

"K-kakak!" Angeline menggerakkan kakinya untuk berlari ketika menatap sang suami yang tengah berjalan dengan langkah lebar untuk keluar dari apartemen.

"Berhenti. Masuk ke kamar dan istirahat, Angeline." Tajam Mumtaz saat ia tahu bahwa istri kecilnya itu mengikuti langkah kakinya.

"T-tapi kakak—"

"GUE BILANG MASUK, ANGELINE!" Mumtaz menatap tajam istrinya yang tengah menatapnya takut.

"KAKAK TADI BILANG KALAU ANGEL BISA NGELAKUIN APAPUN YANG AKU ANGGAP BENAR, KAN? DAN HAL YANG AKU LAKUIN SAAT INI BENAR, KAK!" Angel meninggikan nada bicaranya dan membuat sorot mata sang suami sedikit melunak. Air matanya terus mengalir seiring nafasnya berhembus, seiring matanya semakin dalam menatap laki-laki itu.

Mumtaz menghembuskan nafasnya kasar. Kakinya berjalan mendekati gadis itu, "Aku minta maaf."

Angeline langsung menubrukkan tubuhnya dengan dada bidang pria itu. "Angel yang salah. Angel nggak pernah nurutin perintah kakak, nggak pernah nurut—"

"Ssstt, sudah, Sweetie. Ini bukan salah siapa pun, hm?" Mumtaz mencium sekilas bibir mungil istrinya, menatap dalam manik mata cantik itu.

"Jangan pernah capek sama Angel. Jangan pernah ninggalin Angel ataupun berpikiran gitu! Angel—"

"Gue nggak akan ninggalin lo." Mumtaz kembali membawa gadis itu dalam pelukannya, mengusap lembut puncak kepala istrinya.

"Mencintaimu memang sebuah ketidaksengajaan, tetapi meninggalkanmu adalah sebuah petaka yang nyata."

****

"Sudah siap?" Tanya Mumtaz sembari memberikan iPhone dan dompet miliknya kepada Angeline. Pria itu menitipkan kedua barangnya ke dalam sling bag ber-merk milik istrinya.

"Sudah! Yeay, jalan-jalan." Angeline tersenyum senang dan secara tidak sengaja Mumtaz turut tersenyum tipis melihatnya.

Beberapa minggu, waktu yang dokter sarankan dalam pemulihan kondisi Angeline dan Mumtaz menyanggupinya. Pria itu menjaga serta meneliti hal-hal yang berkaitan dengan gadisnya.

MUMTAZ DANURWENDHA | NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang