18. Sebuah Pantas

1K 58 9
                                    

"Benci, dengki, dendam. Semua akan meredup hanya karena kebodohan cinta."

Usman Nur Zaman

"Jika menjadikannya milikku seutuhnya adalah jaminan, maka sangatlah mudah untuk dilakukan."

Bintang Mumtaz Danurwendha

°

°

°

Angel mengerutkan keningnya, jalan ini bukan arah menuju apartemen.

"Kak?" Panggil Angel dengan matanya yang masih setia menatap keluar jendela, memperhatikan sepanjang jalan yang dilewati.

"Hm?"

"Kita mau kemana?" Tanya Angel menatap suaminya penasaran.

"Suatu tempat."

Angel mendengus kesal. "Ih, Angel tanya beneran!"

"Lo pikir gue bercanda?" Balas Mumtaz datar.

"Ih, Kakak nggak boleh lo-gue lagi ke Angel. Harus aku-kamu!" Tuntut Angel serius.

Mumtaz mengulas senyum tipis. "Hmm."

"Lagi pula, besok lo libur, kan? Nggak masalah kalo gue ajak—"

"Aku-kamu!" Tekan Angel memotong perkataan suaminya.

"Iya, Sayang."

Kini, mobil jaguar milik Mumtaz memasuki area perumahan elite. Dan... Tempatnya sedikit terpencil, ah, bukan terpencil. Agak jauh dari pusat kota.

"Wah, langitnya bagus..." Kagum Angeline sembari tersenyum lebar. Langit senja, saat-saat dimana matahari akan segera tenggelam di ufuk barat. Ah, bukan matahari yang tenggelam di ufuk barat, melainkan efek dari rotasi bumi yang menyebabkan seolah-olah matahari tenggelam di ufuk barat.

"Kecantikan senja tidak pernah mengkhianati." Sahut Mumtaz tenang.

"Apalagi kecantikan Angel," Balas Angel percaya diri.

"Tumben. Tumben ngomongnya benar." Ujar Mumtaz sembari melirik sekilas gadisnya.

"IH, ANGEL MALU. JANGAN GITU!!" Angel menggigit bibir bawahnya malu, pipinya sudah memerah seperti kepiting rebus.

Dan, mobil Mumtaz masuk ke dalam halaman luas dengan taman-taman kecil di sekelilingnya. Para bodyguard berdiri dari duduknya, memberi hormat kepada sang Tuan yang baru saja memasuki area mansion. Gerbang tinggi itu kembali tertutup.

"K-kak..." Angel menatap bangunan megah itu dengan ragu. Bangunan apa ini? Cat dindingnya saja berwarna abu-abu, bahkan dominan hitam.

"Turun, Sayang." Mumtaz sudah turun dari mobil, pria itu membukakan pintu untuk istri kecilnya.

"Kakak... I-ini...?" Tanya Angeline dengan perasaan takut.

"Aku disini, tidak ada yang perlu kamu takutkan, Sweetie."

Mumtaz memeluk pinggang istrinya posesif. Membawanya masuk ke dalam mansion yang langsung disambut dengan hormat oleh para pelayan di sana.

Angel menatap para pelayan itu. Mereka menyunggingkan senyum ramah ke arahnya.

"Emh, Kak..." Lirihnya sembari memilin jari-jari kedua tangannya.

"Ssstt, mansion ini milikmu, Sweetie."

****

"Angeline dalam bahaya, Taz. Dia istri lo, istri dari seorang mafia besar dan berbahaya." Ujar Gentha kepada Mumtaz dengan serius.

MUMTAZ DANURWENDHA | NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang