7. Berangkat Pagi Bersama

1.4K 48 4
                                    

"Entah kenapa, kehadirannya terasa berbeda."

Bintang Mumtaz Danurwendha

°

°

°

"Nggak mau gue, Ma!" Entah sudah ke berapa kalinya Mumtaz menjawab pertanyaan sang mama dengan jawaban yang sama.

"Ih, Sayang. Sekali saja, kamu jemput Angel dan ajak dia berangkat bareng." Pinta Liana kepada putranya yang sangat gengsian.

"Ma, Mumtaz berangkat." Mumtaz memilih berangkat pagi untuk ke kantor dari pada sang mama terus memaksanya.

"Kalau kamu nggak turutin permintaan mama, mama nggak mau ngomong sama kamu!"

Glek. Mumtaz susah menelan ludahnya sendiri. Nafasnya tercekat begitu saja. Kakinya bahkan berhenti untuk melangkah menuju pintu rumahnya.

"Ma..." Rengek Mumtaz mendekati mamanya yang menampilkan wajah datar.

"Iya iya. Mumtaz jemput Angel." Pasrah Mumtaz, dari pada mamanya itu marah.

"Beneran?" Tanya Liana menahan tawanya.

Mumtaz mengangguk. "Iya, Ma. Ya udah, Mumtaz berangkat."

"Hati-hati, Sayang!"

****

"Angel berangkat. Assalamualaikum." Angel menyalimi tangan bundanya.

"Waalaikumsalam. Hati-hati, anak bunda. Yang pintar ya, Nak." Jawab Mutia. Suami dan putranya sudah pergi selepas sholat subuh pagi tadi.

Angel mengangguk. "Iya, Bun."

Tin! Tin!

"Ada apa, Pak?" Tanya Angel pada satpam rumahnya yang tengah berjalan untuk membuka gerbang agar lebih lebar.

"Ada tamu sepertinya, Non." Jawab Pak Tejo.

Angel mengerutkan keningnya. "Ya udah, suruh masuk aja, Pak. Lagian di dalam ada Bunda."

"Angel mau berangkat sama Pak Adi. Assalamualaikum." Kata Angel menyalimi tangan Pak Tejo, tetapi pria paruh baya itu segera menarik tangannya.

"Maaf, Non. Jangan." Ujar Pak Tejo.

"Nggak apa-apa, Pak." Sahut Angel tersenyum.

Angel berjalan keluar gerbang rumahnya, menganggukkan kepalanya kepada para bodyguard rumahnya yang memberikan senyum pada dirinya.

Disaat Angel akan membuka pintu mobil, tangannya ditahan oleh sebuah tangan besar. "Berangkat sama gue."

Angel menatap manik mata coklat gelap itu. Pria berkulit putih itu menatapnya dalam.

"Ih, eng-nggak!" Angel menarik tangannya, namun nihil. Mumtaz malah menarik tubuh kecilnya untuk lebih dekat dengan pria itu.

"Lepasin!"

"Gue udah izin sama bokap lo."

"Tapi-"

"Pak, Angel berangkat sama saya." Kata Mumtaz kepada Pak Adi, sopir pribadi yang dikhususkan untuk mengantar Angel ketika bepergian.

MUMTAZ DANURWENDHA | NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang