20. Usman atau Mumtaz?

692 38 4
                                    

"Menunggu hanyalah kegiatan tiada guna. Menanti adalah kebahagiaan yang tertunda. Jadi, bagiku, keduanya berbeda."

Angeline Queenza

"Gue laki-laki berlumur dosa, tetapi mendapat perempuan sempurna seperti dia. Tuhan sungguh baik."

Bintang Mumtaz Danurwendha

°

°

°

-27 Januari 2021-

05.30 WIB— 10.30 waktu London, Inggris.

"Bagaimana kondisimu, Sayang?"

"KAKAK UDAH SAMPAI DI LONDON?"

Mumtaz menjauhkan handphone-nya karena terkejut akan teriakan girang dari sang istri.

"Iya, Sayang."

"KAKAK UDAH DI HOTEL? APA KAKAK LANGSUNG KE KANTOR?"

"Tiga puluh menit yang lalu sampai di hotel."

"Udah mandi apa belum? Udah makan?"

"Sudah, Sayang."

"Nanti malam ceritain perjalanan Kakak sama kegiatan Kakak di sana ya! Angel mau persiapan sekolah, Kakak juga istirahat!"

Mumtaz tertawa kecil. "Di sini malam, Sayang. Mau aku ceritakan sekarang?"

Tidak ada sahutan dari seberang sana, "Sayang?" Panggil Mumtaz.

"Bentar, Angel lagi ngitung."

Mumtaz menarik kedua sudut bibirnya, merasa gemas dengan kepolosan istrinya. "Iya."

"Di London jam setengah sebelas malam sekarang. Berarti kalau nanti Jakarta jam tujuh malam, di sana... Jam dua belas siang."

"Ih, bedanya kebangetan!"

"Kan, ada istirahat makan siang. Kita bisa ngobrol."

"OH, IYA! HEHE. OKE DEH!"

"Ya udah, siap-siap ke sekolah, Sayang."

"Aku masih kangen... Kakak kangen aku nggak?"

"Angel susah tidur tadi malam, nggak ada yang peluk!"

"Enggak peluk Teddy?"

Teddy adalah boneka beruang kesayangan Angeline yang dibelikan oleh Mumtaz saat perjalanan pulang ke mansion kala itu.

"Pelukan Teddy nggak seenak pelukan Tuan Mumtaz."

Mumtaz melebarkan senyumnya. Sungguh, jika Angeline ada di hadapannya sekarang, ia akan menerkam perempuan itu.

"Udah jelas."

"Kakak, Angel matiin dulu ya. Udah jam enam kurang sepuluh menit. Angel mau mandi."

MUMTAZ DANURWENDHA | NEW VERSIONWhere stories live. Discover now