21. Dia?

558 31 2
                                    

"Membenci masa lalu takkan pernah bisa menghilangkannya dari bagian hidup."

Bintang Mumtaz Danurwendha

°

°

°

-2 Februari 2021-

"Yeay, akhirnya Kakak pulang!" Angel mencium kedua pipi suaminya secara bergantian saat pria itu sampai di ambang pintu utama mansion. Matanya memancarkan kebahagiaan yang besar di sana.

"Aku merindukanmu." Mumtaz mencium kening istrinya hangat.

Angeline tersenyum lebar. "Angel juga kangen!"

"Kakak pasti capek. Angel udah isi bath tub dengan air hangat, Kakak langsung mandi ya? Terus istirahat. Biar Angel yang rapikan barang-barang Kakak." Kata Angel sembari menggandeng tangan suaminya menuju kamar.

Mumtaz tersenyum tipis. Ketulusan benar-benar terasa disaat dirinya berada di sisi perempuan itu.

Akankah perempuan itu bersikap sama ketika mengetahui semuanya? Entahlah, Mumtaz sendiri tidak akan pernah siap untuk itu.

"Terima kasih, Sayang."

****

"Aku tidak ingin mengulur waktu lagi. Aku menginginkan jawabanmu sekarang."

Mumtaz berdecih. "Jawaban untuk pertanyaan bodohmu?"

"JAWAB ATAU KAU AKAN MATI SEKARANG." Usman mengepalkan buku-buku jari kedua tangannya, dadanya berdebum keras seiring emosinya memuncak.

"Jadi, apa motifmu membunuh Kakekku, bajingan?" Tanya Usman dengan menahan letupan emosi di dadanya. Matanya memerah seiring ia mengatur nafasnya yang tersengal karena emosi.

"Karena aku mencintai cucu perempuannya."

Mumtaz dapat menangkap raut terkejut dan tidak percaya dari wajah kakak iparnya itu.

"Jawabanku terdengar bodoh, bukan? Tetapi itu kenyataannya."

Bugh.

"BAJINGAN. JANGAN BERMAIN-MAIN DENGANKU, JAWAB DENGAN BENAR!" Usman menatap Mumtaz yang tengah mengusap satu sudut bibirnya.

Mumtaz terkekeh, "Gue nggak butuh lo percaya."

Sial. Usman dapat menangkap keseriusan dari sorot mata Mumtaz.

"Fuck."

"Kamu mengetahuinya secara pasti, Mahendra Zayn hanya memiliki satu cucu perempuan, yaitu—"

"Jangan pernah menyebut nama kakekku dengan mulut sampahmu itu." Usman menatap tajam kedua pupil mata milik Mumtaz.

Mumtaz berdecih. "Apa kamu ingat tentang seorang remaja yang pernah menolong Angeline ketika kakinya terluka di taman? Sekitar sembilan tahun yang lalu,"

"Sejak saat itu, remaja laki-laki yang pernah kamu katai orang asing, sekarang menjadi suami dari adikmu."

Usman mencerna baik-baik setiap kalimat yang Mumtaz lontarkan padanya. Semuanya seperti tiba-tiba dan tidak pernah terduga olehnya.

"Aku mencintai gadis kecil itu, aku mencintai cucu perempuan Mahendra Zayn. Apapun aku lakukan untuk mendapatkannya. Dan secara tidak sengaja pula, orang tuaku menjodohkannya denganku. Isn't God already in control of everything? Tuhan memudahkan jalanku untuk memiliki Angeline seutuhnya."

MUMTAZ DANURWENDHA | NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang