35 | Sepasang anak kembar

129 27 0
                                    

"Dari semua daftar orang-orang sekolah yang pernah ilang atau yang masih ilang sampe sekarang gak ada satupun yang cocok sama DNA itu," jelas Kangmin setelah beberapa hari terakhir sibuk membuat daftar sampai memberi tahu pihak kepolisian.

"Gak mungkin," ujar Seongmin masih tidak dapat menerima kenyataan bahwa mereka gagal lagi menemukan pembunuh saudara kembarannya.

Tiba-tiba Sungwon teringat sesuatu. "Gue balik duluan ya, nanti kalo ada info terbaru atau butuh batuan langsung kabarin gue aja," kata pemuda park itu pamit.

Sungwon mengambil benda pipih persegi panjang dari sakunya, lalu mengetik nama kembarannya pada fitur telepon. Pemuda itu teringat, setelah mereka berhasil keluar dari tempat itu Sohee menceritakan semuanya pada Sungwon, tentang dirinya yang menjadi korban bullying.

"Sohee, waktu itu lo bilang yang ngebully lo itu Yuna dan Yujin?" tanyanya pertama kali, kakinya masih melangkah melanjutkan perjalanannya.

"Selain lo, apa lo tau anak-anak lain yang juga jadi korban bully mereka?" tanya Sungwon lagi.

Setelah mendapatkan ojek, pemuda Park itu pergi menuju rumah Sohee. Sejauh ini orang-orang masih tidak tahu hubungan antara keduanya, mereka juga tidak tinggal serumah walaupun sang Ibu sudah menawarkan Sungwon untuk kembali. Sedangkan Donghyun dan Kangmin yang mengetahui hubungan keduanya masih setia menjaga rahasia Sohee.

"Kenapa sih Won?" tanya Sohee pertama kali saat pemuda itu tiba.

"Gue gak maksud nuduh tapi bisa aja kan pelakunya salah satu korban Yujin?" balas Sungwon.

"Kenapa lo mikir gitu?" tanya gadis itu lagi.

"Karena pasti ada motif pelakunya ngelakuin itu," jelasnya.

"Buat ngelawan mereka aja gak berani apalagi sampe ngilangin nyawa salah satu dari mereka? penjelasan lo gak masuk akal," kata Sohee tatapannya kini berubah tidak suka.

"Bahkan anak-anak yang gak jadi korban gak ada yang berani ngelaporin mereka, sama kaya lo yang diem aja nyaksiin itu semua," lanjut gadis itu.

"Tapi waktu itu gue nggak tau jelas apa yang terjadi sama lo," bela Sungwon.

"Lo bisa nanya langsung sama gue, tapi lo milih gak peduli. Sekarang kenapa lo gak kaya gitu lagi? kenapa lo peduli banget sama orang yang udah nyakitin saudara kembar lo sendiri?"

"Walaupun gue selalu berharap lo balik sama gue dan Bunda, tapi kadang gue benci fakta lo adalah kembaran gue."

Pemuda itu bergeming mendengar ucapan saudara kembarnya. Sungwon tidak tahu Sohee dapat membenci dirinya.

"Okay, anggap lo berubah karena kita pernah sama-sama kejebak di sana, lo peduli karena dia kehilangan nyawanya dan lo peduli sama Seongmin yang tiap hari makin menyedihkan. Tapi seandainya kita gak pernah kejebak, Yujin gak meninggal dibunuh dan lo gak berubah, apa lo akan lakuin yang sama untuk gue yang mungkin aja udah bunuh diri karena perbuatan mereka?" tanya Sohee masih menatap Sungwon yang bahkan tidak sanggup menegakkan kepalanya.

"Lo nggak bisa jawab, bahkan lo gak tau jawabannya," lanjutnya.

Kemudian hening sebentar. Gadis itu menenangkan dirinya sebelum kembali melanjutkan perbincangan dengan sang kembaran.

"Buat anak-anak lain, Yuna atau Yujin itu anak yang keren, gak ada alasan untuk ngebenci mereka. Buat anak-anak yang jadi korban, diam dan nerima semuanya adalah pilihan terbaik, makanya mereka jarang diketahui bermasalah atau punya musuh. Tapi waktu itu gue pernah liat ada satu kakak kelas yang berani ngelawan Yujin, keduanya ribut tapi gue gak ngerti apa yang mereka ributin. Yujin keliatan marah banget, begitu pula kakak kelas itu. Setelah keributan mereka gue nyari tau siapa kakak kelas itu dan waktu gue udah tau namanya, dia tiba-tiba pindah sebelum lulus," jelas Sohee panjang.

"Namanya Noh Lucy," lanjutnya.

"Gue harap ini gak ngebantu apa-apa dan makasih Sungwon, setelah pembicaraan ini gue jadi sadar seharusnya gue benci lo selamanya," kata gadis itu terakhir kali lalu menutup pintu rumahnya meninggalkan Sungwon yang masih terdiam.

Setelah beberapa menit sejak Sohee menutup pintu rumahnya Sungwon masih diam di tempatnya. Lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Sohee, karena pemuda itu tahu kembarannya tidak akan mau bertemu dengannya lagi.

Sungwon:
Kalo ngebantu mereka bikin lo sakit, gue gak akan lakuin itu

Sohee:
Untuk apa?
Sohee:
Ngurangin rasa benci gue ke lo?
Sohee:
Telat.
Sohee:
Lo selalu telat.

Sungwon tidak tahu harus melakukan apa. Pemuda yang selalu punya banyak ide itu kini seperti benar-benar sudah kehabisan akal.




























Pada akhirnya Sungwon memberi tahu informasi dari Sohee. Setidaknya ia ingin menyelesaikan ini agar dapat menyelesaikan masalah mengenai kembarannya.

"Katanya hasilnya akan keluar hari ini," jelas Taeyoung setelah kemarin Sungwon menjelaskan yang Sohee katakan padanya.

"Untung Om gue mau bantu ngelakuin apa aja yang kita minta," lanjut pemuda Kim itu.

"Iya emang harus besyukur banget punya kenalan polisi jadi kalo ada apa-apa gampang," sahut Dayeon.

"Tapi Sohee bisa dipercaya kan?" tanya Yuna tiba-tiba.

"Kenapa lo nanya gitu?" tanya Sungwon balik.

"Selama ini dia selalu diem aja, apa omongannya bisa dipercaya? bisa aja dia caper doang, gue jadi trust issue semenjak tuduhan Doah salah," jelas gadis Shin itu benar-benar membuat Sungwon hampir meledak tapi pemuda itu lebih memilih menahan dirinya dan membalas Yuna lagi.

"Emang orang pendiem gak boleh nyampein sesuatu yang dia tau?" tanya pemuda Park itu lagi.

"Maksud gue gak gitu apa sih Won!" seru sang gadis.

"Tapi biasanya orang pendiem itu yang diem-diem tau semuanya," kata Sunoo.

"Eh bener, hati-hati sama orang pendiem. Orang pendiem kalo udah marah juga serem woy," kali ini Dayeon yang menyambar.

"Menurut kesaksiannya keluarganya Lucy, dia juga udah pergi lama dari rumah, hampir setahun. Bisa aja dia juga sebenernya kejebak di sana," jelas Kangmin.

"Guys, hasilnya cocok!" seru Taeyoung setelah melihat pesan dari Omnya, itu berhasil membuat semua orang di sana mengalihkan perhatian padanya.

Second Home | 03line ✔Where stories live. Discover now