21 | Lies

158 41 0
                                    

Setelah diskusi di aula selesai dan mereka dibubarkan, Donghyun langsung menarik Junhan membawanya ke tempat yang lebih jauh dari jangkauan orang lain.

"Selama ini lo disini," kata pemuda Seo itu pertama kali.

"Jujur sama gue, lo gak pergi karena gue kan?" Kali ini Donghyun bertanya pada pemuda yang satu tahun lebih tua darinya.

"Maaf, karena ninggalin lo," ucap Junhan yang akhirnya buka suara. "Gue pergi bukan karena lo," katanya dengan senyum manis yang mengembang.

"Lo tau kan, dari semua orang cuma lo yang peduli sama gue. Cuma lo yang gak pernah nyalahin gue. Bagi gue lo itu sosok kakak, tapi kenapa lo pergi?" tanya Donghyun lagi, kali ini ia hampir menangis.

"Terakhir yang paling buruk, hampir semua orang nuduh gue sebagai pembunuh dan nyalahin gue untuk semua yang terjadi, tapi lo gak ada saat itu."

"Okay, gue terima keputusan lo untuk pergi, tapi gimana bisa lo berakhir di sini dan baik-baik aja? harusnya lo pergi yang jauh dan jangan sampe ketemu gue lagi," kata Donghyun.

"Semua orang bener, seharusnya anak baik kaya lo gak temenan sama anak aneh kaya gue," lanjut Donghyun yang sudah membicarakan jauh kemana-mana.

"Gue suka temenan sama lo, kalo aneh lo tau sendiri gue lebih aneh," ujar Junhan.

"Jadi gimana lo bisa ada di sini?" tanya Donghyun sekali lagi tapi Junhan hanya menggelengkan kepalanya.

Hari ini Junhan lebih sibuk dari biasanya. Setelah bercerita panjang dengan Donghyun, kini Jiheon dan Doyoung tengah menanyai beberapa hal padanya.

"Jadi kenapa lo bisa sesantai ini?" tanya Jiheon terang-terangan yang sempat membuat Doyoung terkejut.

"Gue juga gak sesantai itu awalnya. Pertama kali gue sadar gue cuma sendirian disini pas gue abis berensin ruang band, gue gak ngerasa aneh karena itu udah malem banget, gue baru sadar pas gue liat hutan di gerbang utama. Singkatnya gue juga sempet kejebak di sekolah selama beberapa hari sebelum gue beraniin diri lewatin hutan. Selama kejebak di sini gue bahkan gak mau makan apapun, yang gue pikirin cuma pulang. Setelah lewatin hutan seharian, gue cuma dibuat kecewa karena kaya di sekolah, di sana gak ada apapun."

"Gue pulang ke rumah dan istirahat berharap semua ini cuma mimpi panjang gue atau gue harap kamar gue adalah portalnya untuk kembali. Tapi paginya masih sama, besoknya lagi pun gue masih sendiri dan seterusnya sendirian, sebelum akhirnya gue ketemu woojin dan rombongannya," final Junhan dengan ceritanya.

"Kita harus berhasil nemuin portalnya dan keluar dari sini," kata Doyoung.

"Penganiayaan, pembunuhan. Selanjutnya apa lagi?" monolog pemuda Kim itu.

"Tunggu, tadi lo bilang pembunuh?" tanya Junhan sementara itu Doyoung hanya menganggukkan kepalanya.

"Salah satu temen kita ada yang dibunuh sebelum lo muncul," jelas Jiheon singkat.

"Sebenernya kita juga udah nangkep orang yang kedapatan nyembunyiin barang bukti yang dipake untuk ngebunuh korban, tapi jujur aja gue masih belum yakin," ujar Doyoung.

"Siapa pelakunya?" tanya Junhan dengan pandangan yang tidak lepas dari Doyoung.

...

Sohee dengan ragu mengunjungi kembarannya lagi. Tentu saja Huijun dan Prince yang mendapat bagian menjaga Sungwon mengizinkan Sohee karena gadis itu menggunakan alasan ingin mengembalikan jaket Sungwon.

"Sungwon, gue boleh pinjem jaket lo lagi gak?" tanya Sohee tidak sesuai dengan yang ia bicarakan pada Huijun dan Prince.

"Lo bisa bawa itu," kata Sungwon tanpa menatap lawan bicaranya.

"Thanks," ucap gadis itu, kemudian hening sejenak diantara keduanya.

"Sohee," panggil Sungwon tidak terduga.

"Gue mau minta maaf sama lo, andai gue tau akhirnya gue cuma punya lo," ucap pemuda itu tiba-tiba.

"Jadi, wajar aja kalo lo percaya gue pembunuh Yujin. Tapi lo perlu tau kalo hati kecil gue masih sayang sama lo, dan sebagai saudara kembaran gue gak mungkin ngelakuin hal seburuk itu, karena gue perlu ngelindungin lo."

"Lo mau nerima gue lagi kan Sohee?" kata Sungwon lagi.

Gadis itu tidak tahu lagi harus bagaimana, dia percaya pada kembarannya tapi dilain sisi Sohee tidak bisa melupakan fakta tentang tulisannya yang berpotensi menjadi kenyataan seperti yang orang lain alami.

Sebelum buliran bening itu jatuh membasahi pipinya, Sohee buru-buru pergi tanpa menjawab Sungwon. Lalu diam-diam gadis itu menangis sembari memeluk jaket kembarannya.

"Sohee?!"

"Sohee, maaf tapi lo kenapa?" tanya Kangmin yang tidak sengaja memergoki gadis itu menangis.

"Jangan nangis di sini ya, ayo ikut gue," ujar Kangmin kemudian membantu Sohee berdiri.

Pemuda Yoo itu membawa Sohee ke ruang kepala sekolah yang selalu hanya ada dirinya.

"Di sini lo bisa nangis sepuasnya," kata Kangmin yang berjongkok agar dapat menatap Sohee yang masih menutupi wajahnya dengan telapak tangan.

"Kangmin, lo mau ngabulin satu permintaan gue gak?" tanya gadis Kim itu dengan suara yang serak akibat menangis.

"Apa yang bisa gue bantu?" tanya Kangmin balik.

Kemudian Sohee buru-buru menghapus air matanya dan menatap kearah lawan bicaranya.

"Ini jaket Sungwon, dia minjemin gue waktu seluruh baju dan tubuh gue basah kuyup. Waktu gue mau balikin dia bilang gue bisa ambil ini," jelas Sohee sembari menunjukkan jaket milik Sungwon.

"Dan gue mau minta izin meriksa CCTV satu kali aja, gue tau ini gak boleh tapi gue mohon," kata Sohee bersungguh-sungguh.

Kangmin sempat bimbang, tapi karena pemuda itu tidak mau Sohee menangis lagi jadi ia memilih menurutinya.

"Okay, tapi apa hubungannya CCTV, jaket, Sungwon dan lo yang tadi nangis?"

Second Home | 03line ✔Where stories live. Discover now