07 | Dream World

235 57 7
                                    

Yang paling Seongmin benci dari perginya Yujin adalah, pemuda itu harus mengurusnya sendiri disaat ia tidak sanggup melihat tubuh Yujin yang terbujur kaku. Seongmin merasa amat sangat bersalah karena mengantarkan Yujin sendirian tanpa kedua orang tuanya, bahkan kembarannya tidak mendapatkan pelukan terakhir dari orang yang melahirkan dan membesarkannya.

"Lo tau kan lo orang yang paling gue sayang dan lo juga tau kan kalo gue orang yang paling sayang sama lo," kata Seongmin yang menahan tangisnya.

"Gue gak akan nangis lagi, karena gue tau lo akan selalu sama gue, di dalam diri gue gak akan ada yang bisa misahin kita," lanjut pemuda itu terakhir kali melepas genggamannya pada tangan dingin Yujin.

Taeyoung yang sudah sangat akrab dengan anak kembar itu sejak kanak-kanak, menghampiri Seongmin memeluk pemuda itu. "Lo kuat," ujarnya.

Tidak mau berlama-lama membiarkan Yujin begitu saja, Seongmin akhirnya selesai menguburkan kembarannya sendiri pagi ini. Sekarang bahkan pemuda itu tidak terlalu berharap kembali pulang, ia tidak tahu harus mengatakan apa pada orang tuanya.

"Seongmin ayo!" ajak Sunoo, juga Dayeon yang membantu temannya itu berdiri.

"Seongmin," panggil Doyoung yang menghentikan langkah ketiganya.

"Kita harus temuin pembunuhnya gak peduli itu temen satu angkatan kita sendiri," kata Doyoung tapi Seongmin hanya berlalu begitu saja, dia hanya lelah karena tidak mudah kehilangan saudara sendiri apalagi fakta bahwa keduanya adalah saudara kembar.

Sementara Yuna sahabat dekat Yujin masih setia memeluk nisan sahabatnya.

"Na, tolong lo temenin terus Yuna," pinta Doyoung pada Dana.

"Lo juga Hyunsoo, tolong jagain mereka berdua gue takut ada apa-apa kalo cuma Dana yang nemenin Yuna," tambahnya.

"Gue sendiri akan ngejelasin ke yang lain tentang Yujin dan akan berusaha sekeras mungkin buat nangkep pelakunya," jelas Doyoung sebelum benar-benar pergi meninggalkan ketiganya.

Sebenarnya keadaan sudah semakin kacau sejak Yujin meninggal. Gosip tentang Donghyun yang Yuna bicarakan di aula juga menyebar dengan cepat. Kini semuanya kompak ikut menyalahkan pemuda Seo itu atas apa yang terjadi pada mereka.

"Guys, makasih udah ngumpul di sini setelah semalem kalian semua ikut bantu nyari pembunuh Yujin," ucap Doyoung pertama kali setelah semuanya sudah berkumpul di aula.

"Bukan lo lagi nuduh semua orang bunuh Yujin?" sahut Sujin.

"Lagi pula menurut omongan Yuna, pelakunya anak kelas lo kan?" Keum menambahkan.

"Gak ada yang nuduh kalian, begitu juga kalian yang gak bisa nuduh Seo Donghyun tanpa bukti," balas Doyoung tenang.

Semuanya kemudian terdiam setelah mendengar Doyoung, lalu pemuda itu kembali melanjutkan omongannya. "Kita baru aja kehilangan satu temen kita di saat kita sendiri belum mengerti tentang keadaan kita. Sebelumnya kalian di bebasin untuk menyampaikan teori kalian, dan kalian bisa sampaikan itu sekarang," kata si mantan ketua OSIS.

"Bukan gue atau kita gak peduli sama Yujin, tapi kita harus secepatnya pulang, gue gak mau kehilangan salah satu dari kita lagi. Dan gue akan pastiin nemuin tersangka yang buat Yujin sekarat lalu kehilangan nyawanya," final Doyoung.

Kemudian Jiheon naik ke podium tanpa takut, lalu meraih mikrofon. "Gue yang pertama akan nyampein pendapat gue, mungkin juga sebenernya banyak yang berpendapat kaya gue."

"Menurut gue, kejadian yang kita alamin ini parallel universe. Kalian semua pasti pernah tau tentang tempat yang sama dengan orang-orang yang sama tapi berada di dunia yang lain, juga dengan nasib yang berbeda. Menurut gue itu tempat kita sekarang, paling masuk akal dan gak memojokkan satu pihak layaknya teori konspirasi," jelas gadis Baek.

Song Minjae mengacungkan tangan kanannya. "Menurut teori lo gimana kita bisa sampe berakhir di dunia yang bukan punya kita ini?" tanya pemuda itu.

"Pasti ada pintu or portal or what ever yang bikin kita gak sengaja masuk ke parallel universe," jawab Jiheon.

"Jadi apa pintu itu?" tanya Minjae lagi.

"Gue masih belum nemu jawabannya, tapi kalo kalian mulai percaya teori gue itu bagus, kalian bisa bantu gue buat nyari pintu itu," jelas Jiheon tanpa hambatan.

Diam-diam Donghyun mendekat pada Sohee yang selalu duduk menyandar di tembok. "'Dream World', itu lo yang nulis kan?" bisiknya yang dengan mudah mengalihkan perhatian Sohee pada pemuda itu.

"Nama pengguna gue 'Big Naughty' pasti lo udah gak asing dengan nama akun gue?" tanya Donghyun.

"Lo baca 'Dream World'?" tanya gadis itu yang kini tatapannya berubah takut.

"Gue fans tulisan lo," jawab Donghyun semakin membuat Sohee takut.

"Lo liat kan gimana orang-orang nuduh gue ngebunuh Yujin tanpa bukti dan ngebenci gue?"

"Gimana kalo meninggalnya Yujin karena tulisan lo?" lanjut Donghyun.

"Kita omongin nanti, di sini terlalu rame," kata Sohee masih sambil berbisik.

"Kenapa? Lo takut ketauan?" tanya Donghyun.

"Jadi lo tau dari awal kalo cerita-cerita yang di tulis di aplikasi itu bisa jadi kenyataan?" tanya pemuda itu entah untuk keberapa kalinya.

"Tapi gue gak percaya itu Hyun, sama sekali gak masuk akal," sanggah Sohee.

"Lo pikir kejadian yang kita alamin masuk akal? sekarang semua bisa terjadi di dunia ini," balas Donghyun.

"Korban pertamanya Yujin, dengan detail luka yang sama kaya yang lo tulis. Lo masih gak percaya kalo nulis di aplikasi itu bisa jadi kenyataan?" lanjut Donghyun yang sudah memojokan gadis Kim itu.

"Kalian berdua ngomongin apa sih bisik-bisik?" tanya Hina yang akhirnya sadar lalu menolehkan kepala pada keduanya.

Sohee maupun Donghyun kompak tidak menjawab Hina, yang membuat gadis itu bertanya lagi. "Sohee lo gapapa kan?" Jujur saja, Hina cukup takut pada Donghyun setelah mendengar rumor tentang pemuda itu.

"Sohee lo pindah sini duduk di sebelah gue!" ajak Hina lalu meminta Sora yang di sebelahnya untuk bergeser sedikit memberi Sohee ruang.

"Makasih Hina," ucap Sohee tanpa berani menatap Donghyun lagi.

Second Home | 03line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang