29 | Apa kesimpulannya

121 35 1
                                    

Dengan mobilnya, Sungwon yang mengantar mereka langsung ke sekolah bersama Kangmin, Yuna dan Dayeon, sementara itu akan ada beberapa anak yang menyusul.

"Pertama kita akan ninggalin kalian bertiga di aula sambil ngucapin kalimat yang menurut lo semacam mantranya dan kalo itu berhasil hal pertama yang kalian lakuin gali tanah yang nanti akan gue tunjukin sebelum kalian masuk aula, di sana gue akan naro kotak yang Kangmin udah siapin, isinya alat tulis karena kita gak bisa pake hp di dunia yang berbeda. Gue akan nunggu setengah jam-an buat meriksa kotak itu lagi, kalo kotak itu gak ada itu artinya kotaknya berhasil sampe juga di sana," jelas Sungwon sembari mengemudi, tujuannya agar tidak membuang waktu terlalu banyak.

"Okay paham," balas Jiheon yang diikuti dengan anggukan Woojin dan Seeun.

Tidak membutuhkan waktu yang banyak untuk sampai di sekolah dengan mobil. Yang pertama mereka lakukan adalah menunjukkan tempat mereka akan mengubur kotak itu dan menguburnya langsung di hadapan Jiheon, Seeun dan Woojin yang akan pergi ke dunia tempat sang mantan ketua OSIS terjebak.

"Inget ya sudut lapangan," kata si peringkat 1 mengingatkan mereka sekali lagi.

"Sekarang kalian siapin diri," kali ini Yuna yang bersuara.

"Kalo tiba-tiba kalian berubah pikiran, juga gak apa-apa kok," tambah gadis Shin itu.

"Doyoung bukan masalah besar dan soal kak Junhan, bahkan orang tuanya sendiri juga gak peduli," kata Yuna lagi.

"Maksud lo Yuna? Doyoung bukan masalah besar?" tanya Kangmin yang merasa tidak terima gadis itu menyepelekan temannya yang masih terjebak.

"Gue gak bermaksud nyepelein Doyoung, gue cuma tau perasaan mereka yang masih takut kaya gue," balas Yuna emosinya terpancing.

"Kalian berdua please jangan kaya gini!" kali ini Sungwon yang berseru menengahkan keduanya.

Kemudian sempat hening sejenak sampai Sungwon kembali bersuara bertanya pada ketiga temannya yang akan mengambil resiko.

"Jiheon, Seeun, Woojin kalian udah siap kan?"

"Udah siap dengan semua resiko yang mungkin terjadi?" tanya pemuda itu sekali lagi.

"Dari awal gue mutusin buat ngelakuin ini, itu artinya gue udah sangat siap," jawab Jiheon.

"Semua keputusan pasti ada resikonya dan gue udah siap untuk kemungkinan paling terburuk," kata Seeun menjawab pemuda Park itu.

"Gue juga udah siap dan gue akan ngejaga mereka," kali ini Woojin yang menjawab.

"Tapi kemungkinan itu gak akan terjadi, gue yakin, karena gue akan lakuin apa aja untuk bisa bikin kalian kembali," kata Sungwon.

"Please stay safe!" serunya lagi, lalu pemuda itu mendekat pada gadis dengan poni yang menutupi keningnya. "Jaga diri lo dan gue akan ngelakuin apapun untuk lo bisa kembali. Atau kalo semisalnya kemungkinan terburuk gue gagal, gue akan nyusul lo, gue akan sama lo," ujar Sungwon menepuk pundak Jiheon beberapa kali berharap dapat menyalurkan energinya pada gadis itu.

"Oke, persiapan udah semua Dayeon?" tanya Sungwon.

"Siap semua!"

"Kalo gitu sekarang kita bisa ngater lo bertiga," kata Yuna yang sudah merenungkan perkataannya dan lebih tenang.

Jiheon, Seeun dan Woojin mengambil tas masing-masing yang sudah diperiksa oleh Dayeon. Tas mereka berisikan makanan, baju dan peralatan yang mereka butuhkan.

Empat lainnya ikut mengantar sampai aula walaupun rasanya semakin menyakitkan untuk mereka terutama Yuna.

"Tolong jaga diri kalian baik-baik," pesan Sungwon terakhir kali sebelum mengucapkan kalimat yang diberi tahu Jiheon dan pergi meninggalkan mereka.

"Jangan keluar, sebelum kita kembali," ujar Sungwon yang tiba-tiba merasa sangat bodoh mengucapkan kalimat yang dianggap mantra itu. Lalu pemuda itu keluar menyusul Yuna, Kangmin, Dayeon dan menutup pintu aula. Keempatnya langsung terdiam dengan banyak pertanyaan di benak mereka, seperti apakah mereka sudah benar melakukannya? atau apa yang selanjutnya mereka lakukan?

Yang di dalam aula pun tidak jauh berbeda. Setelah Sungwon menutup pintu aula mereka terdiam beberapa saat tidak tahu harus melakukan apalagi.

"Sekarang harusnya kita keluar kan? kalo Sungwon dan yang lain masih ada di sana itu artinya kita gagal, tapi kalo Sungwon dan yang lainnya gak ada, kita berhasil masuk universe tempat Doyoung?" kata Woojin panjang.

Tanpa menjawab pemuda itu Jiheon langsung mengajak kedua keluar. "Ayo keluar."

Tidak berpikir panjang lagi, gadis Baek itu langsung memutar kenop pintu aula dan membukanya. Dan tidak ada apapun di sana, yang Jiheon sadari pertama adalah tidak ada garis polisi seperti yang dilihatnya pertama kali setelah berhasil kembali, tidak ada suara berisik kendaraan berlalu lalang, di sini sangat sunyi hanya ada suara daun yang bergesekan dengan tanah akibat angin.

"Kayanya kita berhasil," ujar Seeun pertama kali setelah mereka keluar aula. Tiba-tiba gadis itu jadi sedikit menyesal dengan pilihannya tapi buru-buru ia buang pikiran itu.

Jiheon menelan ludahnya kasar mendengar ujaran Seeun membuatnya benar-benar sadar mereka telah sampai di dunia yang berbeda.

"Kalo gitu sekarang kita gali tempat tanah di lapangan sebelah," kata Jiheon.

Melihat lapangan tempat mereka mengubur kotak itu membuat mereka teringat beberapa saat yang lalu, mereka masih berdiri di sini bersama-sama dan Yuna masih berdebat kecil dengan Kangmin. Benar-benar tempat yang sama dengan situasi yang berbeda.

Beberapa menit mereka menggali dan menemukan kotak itu di sana.

"Jadi Ji, lo bisa narik kesimpulan apa dari ini?" tanya Seeun yang masih menatap kotak itu tidak percaya.

Second Home | 03line ✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon