06 | Segala penyebab

276 67 9
                                    

Seketika kaki Yuna melemas melihat sahabatnya benar-benar berlumuran darah tidak berdaya. Sementara itu di sebelah Yujin ada Seongmin kembarannya yang sama hancur tidak jauh berbeda dengan Yuna. Setelah semua kejanggalan yang terjadi pada mereka, kini salah satu dari mereka hampir kehilangan nyawanya. Dan mereka masih tidak tahu harus marah dengan siapa.

"Jin anjing jangan tidur di sini!" seru Yuna ditengah tangisnya.

Yuna menggoyangkan tubuh sahabatnya yang masih tertidur tenang di ranjang UKS. "Yujinnn!"

"Yun udah!" seru Dana mencoba membuat gadis itu lebih tenang.

Tidak lama kemudian Doyoung tiba dengan beberapa anak yang lain.

"Siapa yang bisa meriksa atau ngelakuin apapun itu buat Yujin?" tanya Doyoung yang cukup panik.

"Gue mungkin bisa, tapi gue butuh salah satu anak PMR buat bantu gue," kata Sungwon yang tiba bersama Doyoung.

"Oke, Dana siapa anak kelas yang anggota PMR?" tanya Doyoung beralih pada Dana.

"Ada Hina sama Kairi tapi mereka gak bisa, yang nanganin ini harus anak yang lebih ahli dan lo tau kan itu cuma Jiheon yang bahkan sampe dijulukin dokter sekolah," jawab Dana.

Doyoung diam sebentar, sebagaimana permusuhan dengan anak IPS akhirnya mereka juga membutuhkan bantuan dari anak IPS. "Sungwon lo coba hentiin pendarahannya, gue cari Jiheon," perintahnya.

Pemuda itu berhasil menemukan Jiheon dengan cepat tapi permasalahannya bukan itu. Sesuai dugaan Jiheon awalnya menolak membantu, entah kenapa tiba-tiba gadis itu bersedia.

"Tolong lo semua keluar!" seru Jiheon sebelum meriksa Yujin. Sebenarnya cukup sulit untuk menenangkan Yuna dan Seongmin, keduanya tidak ingin kehilangan Yujin.

Dua anak jenius itu lama berkutat pada tubuh lemah Yujin, tapi tidak banyak yang dapat mereka lakukan. Luka tusukan Yujin terlalu dalam diperkirakan gadis itu ditusuk sampai tiga kali, mengakibatkan dia kehilangan banyak darah. Mereka sampai mengambil alat praktek biologi karena peralatan di UKS tidak selengkap itu. Tapi sekeras apapun mereka mencoba menolong Yujin, ini bukan di rumah sakit dan Jiheon bukan seorang dokter sungguhan, apalagi Sungwon yang hanya memiliki pengetahuan saat mempelajarinya di laboratorium.

Dengan langkah yang berat keduanya keluar dari UKS meninggalkan Yujin. Doyoung yang menghampiri mereka pertama dan langsung menanyakan tentang Yujin. "Yujin gimana?"

Wajah Doyoung seperti mengharapkan sesuatu membuat keduanya semakin berat mengatakan yang sebenarnya.

Sungwon sebagai laki-laki berinisiatif menjawab Doyoung, sebelum itu dia menarik nafasnya agar lebih rileks. "Luka Yujin terlalu dalem, kira-kira dia ditusuk tiga kali. Ini bukan praktek di lab kaya biasanya dan kita bukan dokter, gue takut akhirnya gue malah ngebunuh Yujin," kata Sungwon yang tidak kuat sampai matanya menitikan buliran bening.

Tanpa menghiraukan Sungwon dan Jiheon, Seongmin langsung masuk ke ruang UKS. Sudah cukup sedari tadi pemuda itu menahan diri, kini dia tidak ingin meninggalkan Yujin lagi, tidak bodoh Seongmin tahu tidak lama lagi kembarannya yang akan benar-benar meninggalkan Seongmin.

"Jin, gue minta maaf. Gue minta maaf udah ngebiarin lo pergi gitu aja," ucap Seongmin sembari menggenggam erat tangan Yujin yang mulai dingin.

"Seharusnya gue ngebela lo waktu ribut sama Taesung, Jiheon, gue tau lo gak maksud gitu tapi gue cuma diem aja, gue emang pengecut," kata Seongmin lagi. Pemuda Ahn itu mendekatkan wajahnya pada kening Yujin, berniat memberi kembarannya kecupan di sana, tapi Seongmin merasa ada yang aneh dengan Yujin. Beralih pada hidung lalu dada kembarannya, Seongmin mencoba memeriksa nafas dan detak jantung gadis itu.

"Nggak..." ujar Seongmin. "Yujin, gue gak bisa nerima ini... ."

"Yujinnnn!" Seru pemuda itu histeris.

Doyoung dan yang lainnya termasuk Yuna datang dengan sigap menghampiri Seongmin setelah mendengar seruan histeris pemuda itu. Jiheon langsung memeriksa nafas, detak jantung sampai urat nadi Yujin. Setelah itu Jiheon hanya menggelengkan kepalanya berharap mereka mengerti maksud gadis itu, karena tidak mungkin ia sanggup menjelaskannya. Seketika itu juga Yuna ikut menangis dengan histeris, yang lain juga sama sedihnya walau pasti tidak lebih sedih dari Yuna sahabat dekat Yujin dan Seongmin kembaran gadis itu sendiri.

Yuna bangkit menuju pintu UKS sembari menghapus air mata yang membanjiri wajah dinginnya. Gadis itu berpikir, harus ada yang dapat disalahkan atas kematian Yujin. Dan hanya ada satu nama di benak Yuna.

"Seo Donghyun!" seru Yuna tidak sulit menemukan pemuda Seo itu yang sedang duduk melamun di aula. Seisi aula menatap ke sumber suara kecuali Donghyun sendiri.

Yuna dengan penuh tenaga mendorong Donghyun hingga terjatuh dan membuat kacamata yang biasa bertengger di hidung pemuda itu terlempar hingga lensanya retak.

"Setelah bikin kita berakhir kejebak di sini sekarang lo ngebunuh Yujin?" tanya gadis itu.

"Gue gak ngerti maksud lo," kata Donghyun yang masih biasa saja.

"Yujin meninggal dan gue percaya lo yang ngebunuhnya!" seru Yuna tanpa memperdulikan ada anak-anak yang lain yang mendengarnya.

"Lo emang segak waras itu Seo Donghyun, gue tau," lanjutnya.

Sementara itu Donghyun tidak berdaya membela dirinya sendiri. Pemuda itu meraih kacamatanya dan pergi berlari meninggalkan aula.

Donghyun memang aneh, bahkan dirinya sendiri tidak mengerti sebenarnya ia kenapa, tidak jarang pemuda itu merasa asing dengan dirinya sendiri. Donghyun bahkan membenci dirinya.

"Nggak, bukan gue yang ngebunuh Yujin! Brengsek, bukan gue!!!"

Andai ada dia di sini.

Second Home | 03line ✔Onde as histórias ganham vida. Descobre agora