18 | Permainan Yuna

225 49 2
                                    

Bugh!

"YUNA!" seru Dajeong terkejut melihat apa yang baru saja teman sekelasnya lakukan.

"Lo mau kita ketangkep terus kalah lagi?" tanyanya kembali.

"Tapi emang harus banget mukulin anak IPS sampe pingsan biar gak ketangkep?" Kali ini Dajeong balik bertanya.

"Terserah lo mau mikir gimana, tapi kalo lo sampe ketangkep dan kita kalah, lo harus terima konsekuensinya!" peringat Yuna sebelum pergi meninggalkan Dajeong dan Sua yang sudah tergeletak tidak sadarkan diri di lantai koridor setelah Yuna memukulnya tepat dibagian kepala gadis itu.

Sementara itu di perjalanan kembali ke ruang guru, Hyunsoo dan Dana tidak sengaja tertabrak oleh Hina yang berlari panik tergesa-gesa.

"S-sorry," ucapnya kemudian berniat langsung meninggalkan keduanya tetapi ditahan oleh Hyunsoo.

"Na, kenapa lari-lari? tadi gue juga liat anak-anak yang lain pada lari," kata pemuda itu.

"Njir ini gak beneran ada zombie kan?" ujar Dana.

"Nggak, kita lagi main polisi maling makanya gue harus cepet-cepet sembunyi lagi sebelum ditangkep," jawab Hina masih dalam keadaan panik.

"Bentar-bentar, ini Yuna yang ngajakin?" tanya Hyunsoo lagi.

"Permainan selesai!" seru seseorang dengan pengeras suara yang entah dari mana asal suara itu dan akhirnya Hina bisa bernafas lebih lega.

"Gue duluan ya, abis permainan selesai harus ngumpul buat liat siapa yang menang," kata Hina lalu pergi begitu saja.

Sesampainya Hina di titik seperti diawal permainan, anak-anak yang lain juga sudah berkumpul. Totalnya ada 10 anak dari IPS 3 yang bermain sebagai polisi dan 10 anak 10 dari MIPA 1 yang berperan sebagai maling.

Yuna maju dengan tangan yang disilangkan di bawah dada. "Jadi lo berhasil nangkep berapa anak MIPA 1?" tanyanya.

Sementara itu Intak masih menghitung. "Tunggu dulu anak kelas gue gak lengkap," kata pemuda Hwang itu.

"Yang penting anak kelas gue lengkap karena ini tentang kalah atau menangnya kelas gue," balas Yuna masih menekan untuk segera diumumkan.

"Oke," ujar Intak sebagai laki-laki memilih mengalah. "Kelas MIPA 1 menang karena kelas IPS 3 cuma berhasil nangkep Donghyun dan Sohee," ungkap Intak akhirnya.

"Thats good!" ucap Yuna dengan wajah yang tersenyum senang.

"Kalo gitu thanks juga udah main sama-sama, next kita bisa main permainan yang lebih seru lagi," ucap gadis Shin.

"Lo kenapa bisa ketangkep lagi?" bisik Donghyun pada Sohee yang di sebelahnya.

"Seharusnya lo gak perlu nolongin gue, buat apa gantiin gue yang sebelumnya udah ketangkep? lo ngerasa bersalah tentang Sungwon?" kata Sohee panjang.

"Gue ngerasa bersalah untuk itu? gue cuma nemuin barang bukti," balas Donghyun. Entahlah pemuda itu hanya merasa harus melindungi Sohee.

Kemudian Hina tiba-tiba mendekat pada Sohee. "Sohee, maaf lo jadi ketangkep karena nolongin gue," ucap Hina merasa bersalah karena menolongnya temannya itu harus tertangkap.

"Gue bener-bener takut banget pas mereka ngejar gue," kata Hina hampir menangis.

"Sekarang permainan udah selesai lo jangan nangis lagi," ujar Sohee mengelus lembut Hina.

"Kalo gitu gue cabut, tapi sebelum cabut gue mau ngomong sesuatu sama Sohee dan Donghyun," kata Yuna sebelum pergi. Kemudian dua namanya yang disebutkan Yuna berdiri mengikuti gadis itu.

Dari kejauhan Jiheon bersandar pada tembok dengan tangan yang disilangkan di bawah dada, menonton mereka.

"Jiheon!" seru Woojin yang akhirnya menemukan gadis itu.

"Tolong gue!" Mendengar Woojin tanpa berbicara sepatah katapun gadis itu langsung mengikuti Woojin.

"Gue gak sengaja ketemu Seeun sama Sua gak sadarkan diri," jelas Woojin dalam perjalanan mereka.

"Sekarang Seeun, Sua dimana?" tanya Jiheon.

"Gue udah bawa ke UKS," jawabnya.

...

"Jadi kalian berdua ketangkep dan hampir bikin kelas kita kalah lagi," ujar Yuna.

"Mau lo apasih Yun?" tanya Donghyun yang lelah berurusan dengan gadis Shin itu.

"Mau gue? mau gue mgehukum lo berdua," jawabnya tanpa merasa salah.

Lalu yang selanjutnya terjadi Yuna menampar Sohee yang tidak melawan sekalipun.

"SHIN YUNA!" seru Donghyun kemudian sudah didorong terlebih dahulu oleh Yuna menggunakan kakinya, sebelum pemuda itu menolong Sohee.

"Jangan pikir karena sekarang gue sendiri, gue akan diem aja sama lo, Kim Sohee di dunia baru kita gue masih bisa nyiksa lo," kata Yuna.

"Sekarang iketin tali sepatu gue!" perintah Yuna, namun saat Sohee ingin mengikatnya Yuna malah menendang gadis itu.

Setelah itu Yuna mendekat pada Sohee. "Kaya biasanya, gak boleh ada yang tau rahasia tentang kita," lanjutnya.

"Yun, jadi selama ini yang lo lakuin lebih dari sepengamatan gue?" tanya Donghyun kesal melihat apa yang dilakukan Yuna.

"Itu artinya Sohee anak yang penurut karena selalu ngikutin perintah gue," balas gadis itu.

"Kalo kita ada di dunia yang sebenernya mungkin gue udah nuker lembar jawaban lagi kaya biasanya. Mungkin juga seharusnya Yujin di sini sama gue gunting rambut yang selalu jadi favorit lo."

"Tapi tanpa Yujin gue juga bisa lakuin itu," lanjut Yuna.

Gadis itu mengeluarkan sebuah gunting kecil dari sakunya, kemudian melemparnya pada Donghyun. "Anggep aja Donghyun hairstylist pribadi gue," katanya.

"Lo pikir gue akan ngelakuin itu?" ujar Donghyun. "Lo kaya gini cuma karena permainan, lo sadar gak lo itu kaya bocah," lanjut pemuda Seo itu.

"Sohee, ayo berdiri lo gak seharusnya selalu nurutin perintah gila Yuna!" seru Donghyun tapi Sohee masih diam menunduk, sampai tiba-tiba Donghyun mengulurkan tangannya.

"Ayo!" serunya lagi tetapi kali ini lebih lembut.

Second Home | 03line ✔जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें