21. BERTUMBUH UNTUK MATI BERSAMA

74.4K 6.8K 3.4K
                                    

VOTE DULUUUUU BORRR!!!

RAMAIKAN TIAP PARAGRAFNYAAAAA JUGAAA <3

Selamat membacaa semogaa sukaa, Aamin.

21. BERTUMBUH UNTUK MATI BERSAMA

Pertemuan adalah fenomena perpisahan yang menyamar. Sedangkan manusia adalah seorang tokoh yang sedang mengincar keabadian yang tidak ada.

***

Langit sedang memamerkan warna birunya, namun, cuaca sedang berusaha untuk tetap sejuk diantara awan mendung yang ada di langit sebelah selatan. Hari sabtu, dan hari terakhir UKK adalah hal menyenangkan bagi siswa-siswi SMANDA. Beberapa siswa, terlihat sudah keluar dari ruangannya. Tapi tidak dengan sekumpulan laki-laki yang berada di bangku paling belakang.

"Woi, nomor 17 dong," ujar Alaska. Meski semalam belajar, tetap saja, soal-soal yang naik saat UKK adalah soal-soal gila, soal yang lebih susah daripada yang ada di latihan dan buku PR.

"Bar, anjir, lo, jangan lupa dataran kalau lagi ujian," kata Bobby, meneriaki Bara yang sejak tadi fokus.

Angkasa menoleh menatap Bobby yang sepertinya sangat haus kunci jawaban karena ia tahu laki-laki itu tidak belajar. Tadi malam, saat Angkasa motoran sendirian, ia melihat Bobby dipangkalan kuli bangunan. Hampir sering, dan ia tahu, kalau Bobby bekerja diam-diam tanpa sepengetahuan teman-temannya.

"Nih, nggak usah ribut," Angkasa melempar gulungan kertas kecil. Entah contekan darimana, namun ketika menerimanya, Bobby sangat yakin kalau kunci jawaban ini sumbernya adalah terpercaya.

"Gue mah jawabanya pake ngitungin kancing baju aja," sahut Rama disebelah kiri Bobby.

"Ye, goblok!"

"Lebih mulia daripada melihat contekan," kata Rama, menghakimi tindakan Bobby.

"Diam aje," komentar Bobby.

Sementara itu, disebuah bangku dimana Bara duduk yang berjarak hanya satu jengkal dengan posisi Angkasa, laki-laki itu terlihat serius dengan apa yang sedang ia kerjakan. Benar-benar tidak ingin terganggu oleh apapun itu. Kemudian, saat ia baru selesai mengerjakan soal terakhir, suara Angkasa terdengar. "Tumben."

Bara menoleh, "Hidup itu harus ada perubahannya, Sa. Gue mau banget bahagaiin Mami."

"Masuk peringkat 20 besar, harus tercapai tahun ini," lanjut Bara dengan semangatnya. Kemarin, sejak UKK digelar, Bara hampir jarang untuk datang ke Markas. Tapi, jika ia datang, paling hanya meminta pada Sekala untuk mengajarinya matematika, itu saja, lalu pulang.

Mendengar ambisi Bara, Angkasa terdiam sebentar lalu bersuara pelan. "Good luck!" semua orang punya harapan yang perlu ia menangkan. Tapi, tidak semua orang bisa memenangkan harapannya. Begitu kesimpulan Angkasa.

"Lo mau liat nomor berapa?" tanya Bara, sebelum mengumpulkan ujiannya.

"Nggak, gue udah," balas Angkasa.

"Serius?"

"Iya, gue kan Angkasa," kata Angkasa sembari menatap Bara.

"Terus kenapa nggak lo kumpulin, bangsat?" tanya Bara.

"Nunggu lo, gue nggak biasa meninggalkan teman-teman gue," jawab Angkasa dingin. Kemudian segera beranjak. Mengumpulkan ulangannya, bersama yang lain juga yang ikut pada posisi Angkasa. Termasuk Bara.

Melihat Angkasa yang berjalan keluar kelas, Bara diam-diam mengamati punggung besar laki-laki itu. Terbayang sebuah pikiran konyol di kepala Bara. Pokoknya, mau bagaimanapun dunia, lo harus tetap ada, Sa.

DIA BARAWhere stories live. Discover now