epilogue

658 116 11
                                    

dua bulan telah berlalu semenjak kejadian di gedung bekas apartemen tua itu.

seorang pemuda berjalan di lorong rumah sakit yang gelap pada malam hari. hujan lebat menyebabkan guyuran air membasahi lantai koridor. membuat sepatunya basah dan rambutnya jadi lembek.

ia menyusuri setiap lorong dengan langkah yang ringan. ditangannya ada sebuket bunga tulip khas untuk orang meninggal. jika sedang berduka, mengapa laki-laki itu tampak tersenyum lebar?

lalu kakinya terhenti di salah satu kamar yang menjadi ruang inap temannya. sebelum meraih gagang pintu, ia menarik nafas sejenak.

setelah memastikan bahwa emosinya telah stabil, baru lah dia masuk ke dalam dengan hati-hati namun pasti.

"apa kabar, yos?" sapa pemuda itu sambil meletakkan hadiahnya ke atas ranjang.

yoshi, pasien yang tengah ia besuk kini bersandar dikusem jendela kamarnya. pakaian berwarna biru laut melekat ditubuhnya dengan kaki tanpa alas yang mencumbu lantai dingin rumah sakit.

"udah berapa kali kambuh, hm?" tanya teman yoshi sambil berderap menghampirinya.

yoshi tetap menghadap ke depan memperhatikan luar kamarnya yang berhadapan langsung dengan jalan raya. ia memandangi lalu lintas yang padat oleh puluhan bahkan ratusan kendaraan.

mendengar bunyi klakson mobil, tiba-tiba kepala yoshi dipaksa kembali berputar ke masa lalu.

SRAK!

JLEB!

"ARGHHHH!!!" ia mengerang seraya menjambaki rambutnya.

temannya yang melihat itu kemudian mendekat. "lo gak papa?"

yoshi bersimpuh dengan kepala tertunduk. kedua bahunya bergetar seperti orang sedang terisak. kondisi demikian sungguh memprihatinkan.

"jangan bunuh gue! jangan bunuh gue!! gue gak mau mati, argh!!!" teriak yoshi ketakutan, menatapkan punggungnya ke dekat tembok yang berada dipojok kamar inapnya.

"PERGI!! PERGI DARI SINI BONEKA JELEK, PERGI!!" dia menendang-nendang tanpa tahu kapan akan berhenti.

karena tingkahnya yang memberontak, kancing atas bajunya sampai terbuka. di sana, bisa temannya lihat, leher yoshi banjir keringat.

"LO  BUNUH TEMEN-TEMEN GUE!! LO JAHAT! LO PEMBOHONG!"

orang di depannya mendapat tudingan tangan dari yoshi. pemuda itu terus meracau dengan suara keras.

"PERGI!! TINGGALIN GUE SENDIRIAN,"

"ARGHHH!!!"

"hiks," isaknya kemudian.

yoshi berubah.

bergetarnya bibir pemuda itu membuat temannya bingung sekaligus heran dengan sikapnya. ia memundurkan langkahnya beberapa kali ketika yoshi mulai menangis.

"jaehyuk..."

"yedam..."

"kenapa kalian semua ninggalin gue secepat ini? gue gak punya temen sekarang," ucap yoshi sambil menatap dinding di depannya kosong.

"lo ngerenggut nyawa doyoung gue, boneka jelek! LO HARUS MATI SAMA SEPERTI MEREKA!!! LO HARUS MUSNAH!!!!"

yoshi memporak porandakan barang-barang yang ada di dalam kamarnya. vas bunga dibantingnya, begitu juga dengan pot kaktus kecil yang menghidupi suasana muram di tempat itu.

semuanya berserakan di lantai. obat-obatan yang setiap tiga jam sekali rutin yoshi minum terbuang dan menyebar ke sembarang arah karena gesekan kakinya dengan permukaan tanah.

ruangan yang sudah dua bulan menampung segala macam bentuk keadaannya kacau balau. yoshi melempar bantalnya dan mengobrak-abrik selimut.

"KEMBALIIN JUNGHWAN!!! GUE MAU KETEMU DIA!! GUE MAU NGOMONG SAMA ADIK GUE!!!"

"DASAR PENGKHIANAT!!" pekik yoshi seraya membalikkan tubuhnya menghadap seseorang yang kini tengah memperhatikannya dari depan pintu yang telah tertutup.

dia sengaja tak mengijinkan dokter atau perawat lain memasuki kamar yoshi. dia ingin menemui yoshi hanya berdua saja.

dan tengah malah mungkin pilihan yang bagus.

"kim junkyu..." pemuda bermarga kanemoto mengitari tubuh junkyu yang bergeming. giginya bergemeletuk karena geram melihat wajah pemuda itu.

"GUE GAK GILA! GUE MASIH WARAS!!"

"LO YANG SEHARUSNYA ADA DI SINI, JUNKYU!"

"LO YANG SAKIT, BUKAN GUE!!"

yoshi memukul dada junkyu berkali-kali menyalurkan kekesalannya. rasa sakit, marah, sedih, dan putus asa bercampur memenuhi rongga dadanya.

junkyu diam tak membalasnya. membiarkan yoshi leluasa menghancurkan tulang rusuknya sampai laki-laki itu dirasa sudah puas.

matanya memanas. dan mengalir air mata dari dalam sana.

junkyu menginginkan semua ini. tetapi mengapa saat impiannya tercapai, justru penyesalan yang lebih dulu menghampirinya?

sudah cukup.

junkyu benar-benar menyesal telah mengadakan permainan gila itu hanya untuk kepentingan pribadinya sendiri.

"maafin gue, yos. maaf...."

dan yoshi pun turut menangis tersedu-sedu.

dia juga bersalah sama seperti junkyu.

- end -

tak terasa sudah ending ges
ottoke? sungguh membagongkan bukan?
dari 11 juli saya tulis dan now selesai
meski gada yg ngebaca ni epep saya tetap senang kok.g.yy
besok minggu😇
ARTINYA TIDORRR!!!
babay~
salam hangat dari nana🌞

Killer Doll || Treasure ✓Where stories live. Discover now