21

365 113 8
                                    

"brankas apaan tuh, to?" tanya mashiho. baru tiba di pintu masuk basecamp, mereka sudah disambut oleh peti kayu yang dilapisi cat plitur berwarna cokelat.

haruto mengangkat bahunya. "coba buka. bisa aja isinya duit, bang."

"oke."

mashiho berderap pelan mendekati brankas itu. takut-takut kalau setelah ia buka, yang muncul bukannya uang miliaran dolar tapi mumi firaun.

eh, jangan-jangan!

haruto bisa pingsan nanti. mashiho tentu tidak sudi mengangkat badan haruto yang sebesar gaban. titan kok, dilawan!

"gimana bang? aman?" berondong haruto bersembunyi di belakang.

"dikunci, to. gue gak tau password nya." terang mashiho. dia tak jadi membuka benda berbentuk balok itu, mundur teratur.

"halah! tinggal pencet 1,2,3,4,5,6 juga pasti kebuka,"

ting!

kedua mata haruto melebar. ia hanya menuruti  tangannya yang sibuk menekan-nekan angka dengan santai. namun, siapa sangka jika brankas benar-benar terbuka.

"wih, pinter juga lo!" puji mashiho menatap haruto dengan mata berbinar.

haruto langsung besar kepala. "lo gak tau? gue keturunannya pak soekarno generasi ke 105." katanya.

"serius??"

"ya, kagak lah!" haruto ngakak. "ngarep!"

"yeuuu ... bocak prik!" maki mashiho seraya memukul kepala haruto. enak aja dikibuli sama yang lebih muda. mashiho kan, gak bloon-bloon amat!

"hehehe!!!"

"udah lah, cepetan buka brankasnya!" ia kembali mengingatkan tujuan awal haruto mengetikkan 6 digit kata sandi.

setelah mengangguk, mashiho mempersilahkan haruto untuk menggantikan posisinya yang berdiri di depan brankas.

"BANG JAEHYUK!!!???"

haruto menegang.

dilihatnya jaket couple milik mereka berdua dengan bordiran nama yoon jaehyuk di dalam peti itu. tak lupa juga terdapat genangan cairan merah kental yang membanjiri isinya.

"bang jae ... udah terbunuh?" lirih haruto dengan suara parau. dia merasa sangat bersalah telah menuduh jaehyuk yang bukan-bukan karena sempat mengatakannya mangsa sara.

"ikhlasin jaehyuk, to." mashiho menepuk pundak pemuda itu menyuruhnya tegar.

haruto bangkit berdiri, brankasnya ditutup.

"lo yang bunuh bang jaehyuk kan?! ngaku lo, bang mashi!!!" serunya sambil beracung jari serta sorot mata yang berubah nyalang.

"kok gue?? buat apa lo nuduh gue sementara disaat jaehyuk mati aja, gue lagi sama lo." kilah mashiho marah. tidak, berusaha marah.

"TAPI LO MENCURIGAKAN SEJAK AWAL, BANG!! KATA BANG JAEHYUK, LO PUNYA TEMEN DARI ALAM YANG BERBEDA KAN?! PASTI LO NYURUH MEREKA BUAT BUNUH DIA!!" tuding haruto mendorong dada mashiho dengan keras. mashiho terhuyung ke belakang hingga menabrak pegangan tangga.

"LO DALANGNYA! LO YANG BERENCANA BUAT NYINGKIRIN KITA DARI DUNIA INI KAN??? LO MAU GUE DAN YANG LAIN MATI?!"

amarah mashiho bergejolak. dia membalas haruto dengan menendang perut anak itu sampai tersungkur ke lantai.

"akting lo hebat juga, ya, to. dasar tukang drama!" desisnya sambil menginjak betis haruto.

mashiho geram melihat tingkahnya yang selalu berkamuflase. haruto kerap menampilkan senyum tipis setiap teman-temannya saling mencurigai satu dengan lainnya. mashiho melihat itu.

haruto meringis. tulang keringnya ngilu. "gue gak salah! bahkan gue gak tau apa-apa!!!"

"bohong!" tolak mashiho semakin menguatkan injakannya. "justru lo yang patut gue curigai, to. disaat jaehyuk ngungkapin kalau 'H' adalah korban selanjutnya. disisi lain, jaehyuk juga kelihatan menegaskan bisa jadi 'H' adalah pelaku yang udah ngebuat kita mati konyol di gedung ini."

"lo ngomong gini bukan karena mau ngelak dari tuduhan gue kan, bang?" tanya haruto smirk.

mashiho mendecih sarkas. "lo gak bodoh, haruto."

setelahnya, keduanya saling menjauh.

menjauhi bekas tempat terbunuhnya jaehyuk yang mayatnya hilang menyisakan sehelai jaket bersimpah darah.

***

Killer Doll || Treasure ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang