03

698 170 15
                                    

jihoon menendang drum minyak goreng dengan kasar hingga menimbulkan bunyi nyaring. benda menyebalkan ini membuatnya dan junghwan terjebak dalam lorong buntu.

ia menilik anak laki-laki lima tahun lebih muda darinya itu dengan tatapan sendu. kasihan sekali junghwan sampai bermandikan keringat. pasti gara-gara mereka terus-terusan berlari menghindari sara.

jihoon menepuk bahu junghwan menyadarkan anak itu. "tenang aja, hwan. kita bakal selamat," katanya.

junghwan hanya termenung.

jihoon menghela nafasnya. "ayo pergi! jalan ini mungkin bisa ngebuat kita nemuin anak-anak yang lain,"

"kak ji," cegah junghwan. diraihnya lengan jihoon dari belakang sampai laki-laki itu berbalik.

"kenapa? lo takut mati ya?" tebak jihoon seraya terkekeh melihat mimik ketakutan dari wajahnya.

junghwan tersentak oleh kalimat yang terlontar. mengapa jihoon terlihat meremehkannya?

"kak ... lo kok ngomong gitu sih?"

"iya gimana lagi?" jeda jihoon berkacak pinggang. "kenyataannya lo emang takut dibunuh sama bonekanya junkyu kan?"

"tapi gak usah nambah rasa khawatir gue juga kali," sahut junghwan membuang muka ke arah lain.

sial, mengapa di sekitarnya hanya terpajang sudut-sudut dinding yang kusam dengan gambar mural menjijikkan seperti itu?

junghwan bukan anak laki-laki mesum yang menyukai hal-hal berbau seks seperti yang terlintas disetiap eksistensinya lihat.

"jangan takut, hwan. lo gak akan mati dalam waktu dekat," ungkap jihoon seolah menyadari apa yang junghwan pikirkan.

junghwan melipat bibirnya ke bawah. jihoon suka sekali mengejeknya sebagai pecundang. andaikan jihoon tahu seberapa sayangnya yoshi kepadanya, pasti jihoon tidak akan berani menghinanya lagi.

"tau apa lo soal kematian gue kak?" tantang junghwan sinis.

jihoon tertawa mengejek. "loh? kalau tadi gue gak nolong lo dari kejaran sara, lo udah habis duluan hwan." katanya mengingatkan.

"sekarang gue gak jadi takut sama boneka itu deh, kak. gue lebih takut sama lo,"

jihoon tiba-tiba melempar potongan pipa yang ada di atas drum minyak ke tembok. lemparannya menyebabkan pipa itu langsung pecah berkeping-keping.

"coba bilang selali lagi hwan?" suruh jihoon mendekatkan wajahnya tepat di samping telinga junghwan.

junghwan lantas kikuk tak bersuara.

"nurut sama gue! kalau gak, gue ajak sara ke sini buat bunuh lo." sambung lelaki itu.

"jangan-jangan lo---"

"lo langsung kehasut sama ucapan gue?" tanya jihoon sambil menggembungkan pipinya menabung tawa yang hampir meledak.

junghwan cengo.

"BWAHAHAHAHA!!!" jihoon tergelak saat junghwan memasang wajah paling idiot yang pernah ia lihat. mudah sekali bagi jihoon mempermainkan kepercayaan junghwan yang masih labil.

"gak lucu kak ji!" ketus junghwan setelah tersadar bahwa jihoon baru saja membohonginya.

disaat kejar-kejaran dengan boneka killer seperti sara, laki-laki itu malah asik bercanda?

junghwan siap untuk menampar mulut jihoon yang kurang pendidikan itu.

"lagian muka lo tegang amat! santai aja kali," ucap jihoon berdeham mengendalikan tawanya.

junghwan menatapnya tanpa ekspresi. kembali ke dalam situasi saat ini, junghwan mengedarkan pandangannya ke sembarang arah. ia mencari-cari tempat yang cocok untuk bersembunyi dari intaian sara.

kemudian atensinya jatuh kepada tumpukan kursi-kursi besi yang sepertinya adalah bekas cafetaria. lanyas junghwan menyadarkan jihoon yang masih tertawa-tawa kecil untuk mengikutinya ke sana.

"di situ kayaknya aman deh, kak." ujar junghwan menunjuk ke arah selatan.

"benaran gak lo? entar kalau sara lihat gimana?" jihoon bertanya amatir.

junghwan diam sebentar kemudian mengangguk mantap. "gak mungkin. kursinya ada banyak, pas dibuat sembunyi." jelasnya.

"oke deh," balas jihoon acuh seraya mengekori langkah laki-laki yang jauh lebih muda darinya itu.

lagi pula jihoon tidak perlu merasa cemas berlebih selama junghwan memiliki kemampuan baik dalam hal mengecoh lawan. benar kan?

atau mungkin saja junghwan sengaja membuat jihoon menurut supaya lebih cepat terbunuh?

***

Killer Doll || Treasure ✓Where stories live. Discover now