00||00

40.3K 1.9K 167
                                    

Hai✋Udah, itu aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai✋
Udah, itu aja.




PROLOG

~Jangan sibuk menerka apa yang akan terjadi esok, karena rencana Tuhan tak pernah tebersit di hati manusia~
•••

  Arshan Gentala, remaja yang di kenal sebagai ketua geng Marvenus dengan sikap dinginnya terhadap orang sekitar, namun tidak dengan keenam sahabatnya. Saat ini, ia sedang menghajar habis-habisan anggota dan ketua geng Dexo yang selalu mencari gara-gara pada Marvenus.

  Untung saja sekolah sudah sepi, jadi mereka tidak perlu lagi masuk ruang BK seperti hari-hari biasanya karena laporan seseorang.

"HAJAR TERUS AR, KASIH MAMPUS SEKALIAN, BIAR KOIT."

"Lintang kampret! Lo ngapain teriak di kuping gue hah!"

  Lintang Arifin atau kerap di sapa Lintang, mengabaikan kalimat protes dari sahabatnya itu yang tak lain adalah Atirta Satmaka atau kerap disapa Tirta.

  Keduanya tak ada niat untuk membantu, melainkan menjadi penonton dan suporter disaat tawuran sedang berlangsung.

"HUUUU KABUR, DASAR BANCI." Lintang kembali bersorak saat anggota Dexo mulai pergi satu persatu dalam keadaan babak belur.

Pletak!

  Gajendra Perdana, cowok yang barus saja menyentil bibir Lintang. "Berisik Lo! Bukannya bantuin, dasar monyet."

  Lintang yang ingin protes, mulutnya lebih dulu di bekap oleh Argo, pemilik nama lengkap Geiyargo Naruna.

"Bener banget tuh, untung gue jago." Vernando Agrana menyahut, membuat yang lain memutar bola matanya malas.

"Jago apaan, orang dari tadi Lo cuma sembunyi di belakang Arshan," celetuk Fagantara Agasta atau dikenal sebagai Fagan.

  Arshan yang sudah terbiasa dengan tingkah sahabatnya, hanya menggeleng kecil dan naik ke atas motor. Tubuhnya sedikit lelah setelah menghajar lima belas orang, ditambah lagi Cleo, ketua Dexo yang menurutnya juga sangat jago dalam berkelahi.

"Mau pulang, Ar?" Tanya Tirta.

"Ke markas."

"Heh! Nggak usah, ini udah sore, langsung pulang aja, nanti Lo dipukul lagi sama bokap Lo. Gue nggak like ya," celoteh Lintang, dibenarkan oleh mereka berlima.

"Iyya, Ar. Pulang aja, lagian Lo aneh, ngehajar puluhan orang bisa, tapi satu orang nggak bisa," lanjut Tirta.

"Beda, itu kan bokap gue."

Arshan Gentala [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang