Ekstra Caput 2

312 39 4
                                    

Kita hanya perlu memulai kisah yang baru di mana saat kisahnya berakhir, kita harus mendapatkan mahkota kehidupan yang telah disiapkan di puncak kebahagiaan.

👑

"Gak apa-apa, kita pasti bisa ciptain kehangatan lagi, walaupun cuma berempat. Tanpa Aira," ujar Dizcha.

Kini keempat gadis itu tengah duduk di atas rerumputan hijau dengan beralaskan tikar. Dengan pohon rindang yang tumbuh di dekat mereka mampu membuat mereka merasakan keteduhan dari teriknya matahari di jam sepuluh pagi ini.

"Berat, Diz," timpal Aina pelan.

"Susah," timpal Liora juga.

Dizcha dan Gizca saling menatap. Jelang satu bulan setelah kepergian Aira, dari keempatnya belum ada yang pergi ke tempat dimana mereka akan melanjutkan pendidikan.

Untuk sekadar menengok ke satu arah saja mampu mengingatkan keempatnya pada sosok Aira yang pendiam dan cuek tapi mampu menciptakan rasa kehilangan yang teramat dalam. Terutama untuk Aina sang kembarannya dan Liora si sahabat terdekatnya.

"I know that, but I'm sure we all can. Kesedihan yang terlalu berlarut-larut itu gak baik, apalagi buat kesehatan. Gue tau kok dan gue sendiri emang ngerasain itu, pasti kalian gak nafsu makan, 'kan? Setelah gue ditinggal sama ibu kandung gue, gak lama dari itu sahabat gue nyusul. Sakit banget rasanya. Kadang gue ngerasa, If life is going to end here, it's only here. Tapi nyatanya enggak sampai di sini aja, kita masih harus terus jalan ke depan sampai kita bisa sampai di puncak kehidupan yang katanya paling membahagiakan," ucap Dizcha panjang.

Gizca berdeham tanda ia menyetujui ucapan kakaknya barusan. Mau bagaimanapun juga, ia harus bisa menerima kalau Dizcha ialah kakak kandungnya.

"Di puncak sana, bakalan ada mahkota yang akan dipasangkan di atas kepala sang pemenang. Kita bakalan menang di kisah kita sendiri, di mana kita yang jadi pemeran utamanya. Kalau kita kalau saat kita berperan dalam kisah orang lain, kita harus bisa menang di kisah kita sendiri. Apapun konfliknya, jalani sesuai alur dan skenario yang udah Tuhan buat untuk kita, dan yakin kalau kita akan menang dan raih mahkota itu di akhir kisah," lanjut Dizcha.

Dizcha diam sesaat. Dia sendiri tidak tahu mendapatkan kalimat motivasi itu darimana, tapi bibirnya seolah dengan sangat mudah berucap untuk mengucapkan hal tersebut. Mungkin tanpa sadar otaknya telah bekerja dengan sangat baik untuk menyusun kalimat-kalimat itu.

"Mungkin kisah kita cuma sampai di sini dan berakhir dengan yang namanya kehilangan. Tapi itu kisah kita berlima, kita masih punya kisah masing-masing di dalam kehidupan masing-masing. Kita masih bisa raih mahkota itu. Mungkin bakalan ada konflik lagi, tapi inget kata gue sebelumnya. Apa pun konfliknya, jalani sesuai alur dan skenario yang udah Tuhan buat untuk kita."

"Gue ... masih punya kisah sendiri? Siapa yang bakalan nemenin gue? Dari dalam kandungan, gue sama Aira memulai kisah sama-sama, tapi Aira mengakhiri kisahnya seorang diri. Gue masih harus lanjutin kisah gue sendirian. Gak adil, Diz," tutur Aina merasa sedikit tidak terima.

"Gak adil darimananya? Gue rasa itu udah yang paling adil seadil-adilnya," komentar Gizca.

"Which part do you say is fair? Gak ada, Giz. Kalau emang kisah ini adil buat gue, kenapa gue enggak ikut Aira aja? Gue sama dia akhirin kisah ini sama-sama. Buat apa gue ada di sini? Buat apa gue lanjutin kisah gue kalau sekarang aja gue udah gak punya lawan main?" tanya Aina.

'𝐒𝐆𝐆' 𝐀𝐦𝐛𝐢𝐭𝐢𝐨𝐮𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥𝐬 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now