Clara yang tadinya masih berdiri dihadapan keduanya itu melotot. “Arlan, gak usah ngajarin yang gak berguna! Dan kamu Arvin, masuk kamar sekarang dan tidur.” Perintah Clara tanpa dibantah.

Mendengar itu membuat Arvin pun cemberut. Lantas ia menuruti kemauan tantenya. Ia sudah berkata bahwa ia tidak nakal dan membantah.

“Lo apa-apaan sih. Mau lo Arvin jadi banci?!” tanya Arlan dengan datar.

Menatap cowok itu dengan malas, Clara menaruh air hangat yang berada di mangkuk ia taruh diatas meja. “Gak gitu juga caranya Arlan. Kamu gak usah ngajarin Arvin ngikutin tingkah laku kamu yang hobinya berantem terus.”

Mendengar itu sontak saja membuat Arlan menggeram marah, kenapa harus bawa-bawa tingkah laku. “Berani lo?! Inget posisi lo disini. Gue bukan nganggep lo istri tapi gue nganggep lo seorang perebut perusak hubungan orang . Sadar posisi lo anjing.”

Degh

Setiap kata yang dikeluarkan oleh cowok itu membuat tubuh Clara mematung. Ia menatap dalam cowok itu saat Arlan mengatakan dirinya perebut. Kapan ia jadi perebut? Dengan mata berkaca-kaca Clara menatap mata tajam milik Arlan yang kini ikut menatapnya.
“Aku gak pernah ngerusak hubungan kamu.” Ucapan dari gadis itu terdengar membuat kekehan keluar dari bibir Arlan.

Cih, lo emang perusak hubungan orang. Lo sama aja kek jalang.”

Jalang? Perkataan Arlan sangat membuatnya terdiam, ia merasakan nyeri di ulu hatinya. “Sakit, Arlan.” Tangis Clara pecah. Baru kali ini ia dibilang jalang.

Arlan hanya menatap datar, tanpa menenangkan gadis itu ia berlalu meninggalkan Clara yang menunduk dengan bahu bergetar. Ia pergi ke lantai atas, memasuki kamar mandinya dan berdiri di bawah shower.

Menyalakan shower itu, air mengucur dari atas membasahi tubuhnya. Arlan memejamkan matanya. “Apa gue keterlaluan?” gumamnya dengan air yang kini telah membasahi seluruh tubuhnya.

“Tapi dia emang jalang. Gara-gara dia hubungan gue sama Anna hancur.”

“Andai lo gak nerima perjodohan ini, gue bakal bahagia sekarang sama Anna.”

Akh anjing!” Teriak Arlan memukul tembok di depannya, membuat tangan nya terluka.

🍀🍀🍀

Pagi ini Clara sedang memasak untuk sarapan pagi mereka dengan mata sembabnya gadis itu memotong sayuran.

Semalam ia menangis di kamar mandi. Ia benar-benar terluka karena perkataan Arlan.

Jalang?

“Tante kok ngelamun?”

Teguran dari Arvin terdengar dari meja makan, anak itu duduk dengan pakaian seragamnya. Iamenatap khawatir ke arah Clara yang melamun.

Anak sekecil itu saja tau kata khwatir, sementara Arlan? Bahkan tadi pagi cowok itu sudah pergi. Ia tidak berniat meminta maaf atau apalah kepada Clara.

Mendengar suara Arvin membuat Clara menoleh dan tersenyum. “Tante gak apa-apa. Susu kamu udah habis? ” tanya gadis itu berusaha tetap baik-baik saja didepan Arvin. Ia tidak mau anak itu khawatir.

Percayalah perkataan itu sangat menyakitkan.

“Udah kok tante,” jawab Arvin tersenyum merekah.

“Pinter, tunggu bentar ya. Lauknya udah mau mateng kok.”

Arvin hanya mengangguk, ia tersenyum ke arah Clara. Ia senang bisa bertemu dengan orang sebaik Clara. Tantenya itu seperti bidadari untuk diutus menjadi ibunya. “Telimakasih Tuhan, udah kilimin tante baik untuk Alvin.”Gumam anak itu seraya menatap punggung Clara.

ARCLA (arlan&clara)  [END] [PROSES REVISI]Where stories live. Discover now