03 || Serbuk besi

Start from the beginning
                                    

"Kenapa lo senyum?" Tanya Aziel pada Jenandra, membuat Jenandra mengerutkan dahinya.

"Gue gak senyum," sahut Jenandra dengan raut wajah bingung.

Hening untuk beberapa detik, kemudian Echan tertawa canggung, "gak apa-apa, santai aja. Gue gak kenapa-kenapa."

"Hm, lo tenang aja. Tujuan kita kan emang buat nyegah hal ini terjadi lagi, jangan sampe ada target selanjutnya," balas Jenandra, dan mereka mengangguk setuju.

"Jangan pergi sendirian, Chan. Minta temenin siapapun," saran Varen.

"Kalau mandi juga minta temenin?" Tanya Echan.

Leon menepuk bahu Echan dan meremasnya, "jangan bikin gue kesel, atau gue serahin lo ke pembunuh itu," desisnya.

"Jahat banget," lirih Echan.

"Okay Okay santai, lo gak bakal kenapa-kenapa, Chan. Kita bakal lindungin lo," ujar Jarez, dan Echan hanya mengangguk kecil.

Aziel pun menghitung lembaran kertas yang sudah terpisah, "ada 10 anak asuh di sini, 5 cewek. 5 cowok. Apa yang mau kita lakuin sekarang?"

"Ada yang tau gak kronologi anak-anak yang ilang gimana?" Tanya Jenandra.

"Kita gak tau jelasnya gimana, yang pasti hilangnya setiap malam, pas temen sekamarnya udah bangun, murid itu udah gak ada," sahut Jarez.

"Sekolah semahal ini gak ada cctv, aneh banget," gumam Jenandra yang sudah mengecek hal itu sebelumnya.

"Iya sih, bahkan pihak sekolah kayaknya gak ada niatan buat pasang cctv," timpal Malvin.

"Atau mungkin ada cctv, cuma kita gak tau posisinya di mana aja, jaman sekarang alat-alat kayak gitu udah canggih, bahkan sampe ada yang gak keliatan fisiknya yang terlalu kecil," ucap Jarez.

Jenandra menghela nafasnya, "gue mau ngumpulin anak-anak ini, buat enggak keluar kamar dari batas jam 12 ke atas sampe jam 6 pagi, siapa pun yang nyuruh mereka, dan jangan sampe mereka pergi sendirian."

"Lo gak takut?" Tanya Aziel.

"Takut, tapi gimana lagi? Kita harus utamain kemanusiaan, kasian orang tua mereka yang nunggu di rumah dan menganggap anaknya lagi belajar, ternyata jadi inceran pembunuh," sahut Jenandra, mereka pun terdiam sambil saling melirik.

"Gue gak maksa kalian buat bantuin gue sampe sejauh itu, sampe sini juga gak apa-apa," gumam Jenandra yang mengerti kekhawatirin teman barunya.

"Kita bakal bantu, kita harus lindungin Echan juga," ujar Jarez, yang lain pun mengangguk setuju.

"Okay."

"Jadi, soal Kaivan gimana?" Tanya Echan.

"Kayaknya Kaivan cuma ngeBully Killian, tapi kita enggak tau juga kebenarannya gimana, dan Kaivan urusan gue sendiri," sahut Jenandra.

**

Jam makan malam pun tiba, Jenandra membawa tray makanannya menggampiri Ashila yang tengah duduk sendirian, kemudian ia duduk di hadapan Ashila.

"Nah kan, lo sendirian lagi," ucap Jenandra.

"Emang lagi pengen sendiri, lo pergi aja," gumam Ashila sersya melirik Jenandra sejenak, kemudian melajutkan kegiatannya.

Jenandra mengendikan bahunya dan memulai memakan makanannya.

Tidak ada percakapan untuk beberapa detik, Jenandra diam-diam memperhatikan Ashila, seketika ia ingat dengan ucapan Alexa yang memintanya untuk tidak terlalu dekat dengan Ashila, karena Ashila aneh.

KILL IT || Perfect Villain + Jeno ✔️Where stories live. Discover now