Resmi Jadian

1.1K 96 27
                                    

Araya masih berada di kamarnya, sambil termenung melihat ke arah luar jendela. Kejadian siang hari tadi, membuatnya berpikir siapakah Bara sebenarnya. Sesekali ia berpikir kalau cowok itu adalah orang jahat.

Tok, tok, tok.

"Non, makan malamnya sudah siap di bawah." ucap Bik Ani di balik pintu kamarnya

Araya pun menoleh ke arah pintu yang masih tertutup.
"Iya, Bik. Sebentar lagi Araya turun."

Ia segera menutup jendela, dan turun ke bawah untuk makan malam. Sepertinya malam hari ini, ia tidak bisa makan bersama dengan Alex. Karena kakaknya itu masih berada di luar kota, untuk mengikuti final lomba Kimia antar provinsi besok. Dan esok hari juga sekolahnya diliburkan satu hari.

"Ini, non. Susunya." ujar Bik Ani menyodorkan gelas berisi susu ke arahnya

Araya pun mengangguk dan mengambilnya. Baru saja ia ingin meminum susu putih tersebut, dari luar sudah terdengar bel yang membuatnya memberhentikan aktifitasnya.

"Biar bibik aja yang bukain pintunya ya." Bik Ani pun bergegas menuju pintu depan, namun tak ada orang sama sekali. Hal tersebut membuatnya ingin mengecek ke luar rumah. Tiba-tiba, ia merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang dan seketika

bruk

"Kok, bibik lama amat di luar." ucap Araya sesekali kedua bola matanya menoleh ke arah pintu. Karena merasa khawatir, ia lantas pergi ke luar untuk memastikan apakah Bik Ani ada disana.

"BIK!" teriak Araya, ia sudah mendapatinya tergeletak di lantai depan pintu. Namun sebelum ia mengecek keadaan Baik Ani, Araya sudah dipukul dari belakang menyebabkannya tumbang ke lantai. Pelipis serta bibirnya berdarah, terkena benturan keras dari lantai tersebut.

***

Terdengar kericuhan dari koridor rumah sakit, "Suster, suster tolong!" teriak Bara panik, disusul oleh keempat sahabatnya di belakang.

"Bara, kamu kenapa. Dan siapa gadis yang kamu bawa ini?" tanya Dimas - salah satu dokter di rumah sakit Kartika. Ayahnya yang mempunyai saham di tempat tersebut, membuat Bara banyak dikenal oleh para medis disana.

"Nanti saya kasih tau Om, tapi sebelumnya tanganin dia dulu" ucapnya sambil membaringkan tubuh Araya di ranjang rumah sakit.

"Baik, tapi kamu sama yang lain tunggu di luar ya." sahut dokter Dimas yang mendorong ranjang Araya masuk ke UGD.

Setelah gadis tersebut ditangani, Bara terlihat sangat khawatir. Ia berjalan mondar-mandir seperti orang gila, "Lo harus tenang Bar, kita doain biar dia baik-baik aja di dalem." rangkul Abi kepada sahabatnya yang sangat khawatir itu. Lantas menyuruhnya untuk duduk di kursi.

"Kita ga ngabarin ke Alex, kalau adiknya lagi di rumah sakit?" timpal Mario memberikan sarannya.

"Jangan, gue enggak mau buat Alex khawatir disana." ujar Bara termenung, ia berpikir sejenak apakah ia harus memberitahu Alex atau tidak. Pikirannya masih kacau balau.

Cekrek, suara pintu UGD terbuka membuat keempat cowok yang sedang duduk tersebut bangkit, dan segera menghampiri dokter Dimas.

"Gimana Om, keadaannya?" Bara bertanya mendahului dengan ekspresi penuh kekhwatiran.

"Gadis itu mengalami luka serius di kepalanya, karena pukulan benda tumpul. Untung saja ia bisa melewati masa kritisnya."

"Terimakasih, Dok. Apakah kami sudah bisa menjenguknya?" sahut Abi dan langsung bertanya kepada dokter Dimas

"Boleh, tapi hanya satu orang yang diperbolehkan untuk masuk." ucapnya. "Kalau begitu, saya permisi dulu ya." sambung dokter Dimas dan segera meninggalkan tempat itu.

Setelah perginya dokter tersebut, Abi menoleh ke arah Bara dan berkata,
"Bar, lo aja yang masuk kesana. Gue perhatiin dari tadi lo khawatir banget sama keadaan adiknya Alex."

Bara berjalan menuju kamar Araya, ia melihatnya masih berada di ranjang dengan kepala yang diperban serta luka di bibirnya yang masih merah itu.

"Maafin gue, gara-gara gue lo jadi begini." Bara menyesalinya, dengan kepala tertunduk ke bawah.

"Gue sebenernya, suka sama lo!" Dua puluh tiga huruf itu terlontar dari mulutnya dan membuat rangkaian kata yang penuh arti. Ia menyatakan cintanya kepada seseorang gadis yang baru beberapa hari ditemuinya, Bara merasa bahwa Araya adalah gadis yang cocok bersanding untuknya. Walaupun awalnya, gadis tersebut ngeselin tujuh turunan.

"Tapi sebelum itu, lo sebenarnya siapa?" sahut Araya yang tiba-tiba membuka matanya. Bara yang mendengarkan itu pun, langsung mengangkat kepalanya yang tadi hanya tertunduk.

"Lo udah bangun, jangan banyak gerak!"

"Jawab pertanyaan gue dulu!" titah Araya menatap kedua manik mata Bara.

"Gue sebenernya, ketua geng motor Blasters. Dan gara-gara gue juga, lo jadi kena musibah kayak gini." ucapnya penuh rasa bersalah

"Jadi lo ini, ketua dari geng motor yang terkenal itu. Gue salut, lo bisa buat geng motor yang mempunyai tujuan positif."

"Dan jangan salahhin diri lo, gue celaka kayak gini karena udah takdir yang di atas." Sambung Araya, tangannya mengambil tangan Bara dan mengucapkan tujuh belas kata yang membuat Bara terkejut bahagia.

"Gue juga suka sama lo." Kedua bola matanya berbinar-binar, sejak kejadian di UKS itu. Araya merasa kalau Bara itu hanya galak di luar, namun di dalam hatinya ia menyimpan jutaan sifat yang baik.

Prok, prok, prok

suara tepuk tangan tersebut berasal dari Abi, Mario, Adit, serta Evan. Mereka turut gembira, karena sahabatnya sudah bisa merasakan cinta dalam hidupnya.

"Cie, pak ketua udah ada buk ketua sekarang." cibir Adit disusul oleh Mario yang kembali menggoda Bara

"Kasih kita traktiran dong, kan sekarang pak ketua udah punya doi."

"Buset belum ada semenit jadian, lo udah minta traktiran aja ogeb!" sahut Abi yang menyenggol lengan kekar milik Mario.

"Ntar gue traktir seblak buat kalian semua." ujar Bara

"Yes!" Pekik Adit sambil mengepalkan tangannya ke atas.

"Kalau masalah seblak, lo pasti udah seneng. Kayak dapet janda anak sepuluh lo nyet." ledek Mario ke arah Adit

"Biarin, daripada lo buaya kelas ikan kakap. Kalau dapet cewe modelan sexy cetar membahana aja, burung lo udah tegang duluan!"

Ucapan Adit tersebut, membawa gelak tawa di antara mereka semua. Di sela-sela kebahagiaan, Bara berpikir sejenak.

"Apa gue salah sama perbuatan gue yang sekarang ini." gumamnya dalam hati, ia takut kalau musuhnya tau kalau Araya sekarang resmi menjadi pacarnya.









                           -VOMEN-

                   _TERIMAKASIH_

Bara Sebastian [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt