Pemakaman dan Kenangan

477 34 6
                                    

             Jangan lupa vomennya

                              ****

Awan kelabu terlihat menghiasi langit, seakan ikut merasakan kehilangan seseorang yang selalu membuat kebabahagian bagi mereka yang ditinggalkan. Hari ini adalah hari pemakaman dua insan yang telah berpulang ke hadapannya, hati semua orang rapuh terutama Araya.

Hidupnya sekarang sudah hancur, ditinggalkan oleh kedua orang tua dan sekarang abangnya malah ikut menyusul. Jika bisa, ia ingin sekali merubah takdir. Takdir kehidupannya bisa dibilang sangat kacau dari sebelumnya.

"Ray ikhlasin ya, kalau lo gini terus, Bang Alex pasti gak tenang di sana." Felly memeluknya begitu juga dengan sahabat yang lain

Kedua jenazah itu berada di markas Blasters, walaupun Alex bukan bagian dari anggota. Tapi bagaimanapun dirinya telah mengorbankan nyawa demi Bara, lelaki bergelar ketua itu hanya ingin memberikan sebuah penghormatan terakhir.

Suara dua sirine mobil ambulans mengiringi kepergian mereka, Bara mulai menghidupkan motor dan mulai memimpin rombongan tersebut ke TPU. Tak jauh darinya, ketiga inti Blasters mengikuti dari belakang serta anggota lainnya. Posisi ambulans sekarang berada di tengah, diapit oleh deruman motor mereka.

Setelah beberapa menit melajukan kendaraan di jalan yang terbilang ramai, kini semua sudah sampai di tempat tujuan untuk mengantarkan keduanya menuju peristirahatan terakhir.

Berat sebenarnya, tapi jalan hidup memang seperti ini. Hidup untuk mati dan mati untuk hidup kembali. Kedua orang tua Adit menangis sejadi-jadinya, ketika melihat jasad anak pertamanya mulai tertutup oleh tanah berwarna cokelat.

Bisa dibilang ekonomi keluarga Adit masih jauh dari kata cukup, untuk makan saja ayahnya harus mencari pekerjaan kesana-kemari. Tetapi untung saja Adit memiliki sahabat sebaik Mario, segala sesuatu yang dibutuhkan oleh keluarga itu Mario selalu menanggungnya.

Pada waktu Adit akan menduduki bangku SMA, dan tidak mempunyai kendaraan untuk ke sekolah. Mario membelikannya sebuah moge berwarna merah sebagai kado ulang tahunnya ke 15 tahun.

Lantunan doa kini mulai memenuhi makam tersebut, Araya mengelus papan nisan yang berisi nama Alex Kusuma Negara. Genangan air di matanya mulai meluncur ke bawah membasahi pipi.

Bara yang melihatnya langsung terdiam, dalam hatinya ia ingin sekali menghampiri gadis yang sangat disayangi. Namun kakinya seperti mati rasa jika dilangkahkan mendekati Araya, Bara masih dihantui rasa bersalah sebabnya harus ada korban yang berjatuhan.

"Harusnya gue yang ada di balik tumpukan tanah ini, dan bukan kalian berdua!" gumamnya dalam hati, ia menahan air matanya agar tidak menetes.

                             ****

"Mar,"  panggil Adit sembari merebahkan tubuhnya di rerumputan hijau, lalu menatap langit yang penuh dengan bintang.

"Apaan?"

"Gue kan pernah bilang, kalau cita-cita gue jadi Ultraman terus-"

Mario memukul lutut sahabat jametnya tersebut, "Cita-cita itu jadi guru, jadi polisi atau gak jadi presiden. Ini lu kepengen jadi Ultraman, sinting!"

"Ya daripada lu mau nikah sama satu cewek, itu namanya bukan cita-cita tapi takdir semua orang. Kalo takdirnya lu nikah, ya pasti nikah dan gue percaya lu pasti bakal setia."

"Tau darimana lu, kalo gue bakalan setia?"

Adit tersenyum tipis, "Gue bakal iket lo sama janji dan tentunya lo gak boleh ingkarin walau gue mati sekalipun, kalo ingkar gue gentayangin lu tujuh hari tujuh malam!"

Bara Sebastian [END]Where stories live. Discover now