Benih Cinta?

1.3K 120 29
                                    

"Pinjemin gue duit dong, mau beli seblak!"

"Seblak mulu lo, kagak ada yang lain?" tanya Mario yang sedari tadi hanya memainkan hpnya.

Adit memegang dahinya berpikir, "Kagak ada, gue cuma mau seblak itu aja!"

"Enakan nasgor." timpal Evan

Si wibu kulkas dua pintu memang sangat menyukai nasgor apalagi kalau itu buatan Mamanya.

"Itu kan menurut lo, kalau menurut gue seblak paling enak!" sahut Adit

"Enakan mainin hati cewek!" sahut Mario yang kembali memainkan hpnya

"Cewek kok dimainin? Disayang dong anjir!" bela Adit

"Ceweknya juga mau, udah tau gue buaya kelas ikan kakap tapi masih mau aja."

"Goblok namanya!" timpal Abi yang baru selesai mencuci wajahnya di kamar mandi, ia mengelapi sisa air yang masih melekat pada kulitnya dengan handuk. Arah pandangannya beralih ke Bara, yang sedang mengerjakan sesuatu. Abi pun mendekat dan duduk di sampingnya.

"Bar, lo buat apa?"

"Emang lo lupa yang tadi disuruh sama Bu Nana?"

Abi menoleh ke atas, dan memutar-mutar bola matanya. Ia berpikir apa yang disuruh oleh Bu Nana tadi pagi.

"Gue inget, kita disuruh buat puisi untuk ditempel di kelas."

"Nah, lo udah inget sekarang. Terus Udah buat?"

"Tentu aja... Belum!" sahut Abi sambil memegang kepalanya

Bara menggeleng heran, mengapa salah satu temannya yang menjabat menjadi Ketua MPK ini bisa lupa akan tugas.

"Van, lo udah buat?" tanya Bara kembali

"Hm."

Evan pasti sudah mengerjakannya, ia merupakan tipe cowok yang enggak suka menunda-nunda waktu.

"Si wibu lagi baca apa tuh?" timpal Adit yang melirik ke arah Evan, yang sedang rebahan sambil membaca novel kesukaannya. Namun anehnya di cover novel itu berisi huruf S, seperti inisial nama seseorang.

"Berisik lo, mau gue tendang anu lo?" ancam Evan. Kalau mau tau, tendangan tersebut merupakan jurus jitu baginya.

Adit yang mendengar hal itu, seketika meringis melihat burungnya.
"Ampun wibu, ampun!"

"Tau takut juga lo." ledek Mario

Bara hanya bisa terkekeh kecil melihat tingkah laku para sahabatnya, ia pun melanjutkan kembali aktivitasnya.

Ting, bunyi handphone dari saku celana Abi.

"Bar, gue dapet pesan dari ketua Alaska, katanya besok malem kita disuruh buat kumpul di jembatan kayak biasa."

Mereka berempat terkejut dengan apa yang barusan dikatakan oleh Abi.

***

Hujan yang semakin deras, memaksakan Abi serta motornya untuk berteduh di sebuah toko baju yang tidak begitu besar itu. Ia membuka helm, serta merapikan rambutnya yang agak basah terkena air hujan. Pandangannya sontak terpaku dengan hoodie kelinci berwarna pink, sejak kecil ia memang sangat menyukai kelinci. Apapun yang berbau kelinci pasti ia akan menyukainya. Bisa-bisanya wakil ketua geng motor menyukai kelinci.

Dengan cepat ia langsung masuk ke dalam toko tersebut, hoodie kelinci itu sangat menggemaskan. Wajah Abi yang terkesan imut sangat cocok untuk memakainya. Namun ternyata bukan hanya ia saja yang menginginkan hoodie tersebut, seorang cewek juga ingin memilikinya.

"Saya yang duluan liat ini!" ujar sang cewek, wajahnya yang tertutup masker membuat Abi tidak mengenalinya.

"Kamu jangan bohong, jelas-jelas saya yang duluan!" bela Abi, ia tidak menginginkan kalau hoodie tersebut jatuh di tangan orang lain.

Cewek tersebut juga tidak mengenalinya, karena wajah Abi yang basah terkena tetesan air dari rambutnya.

"Cowok itu harus ngalah sama cewek!" sahut Felly yang langsung membuka maskernya. Hal itu membuat Abi yang berada di depannya terkejut, ternyata dia adalah cewek yang ditolongnya untuk membawa buku pelajaran ke kelasnya.

"Kamu yang tadi saya bantu bawa buku kan?"

"Nama kamu Fel... Felly kan?" sambung Abi mengingat

Felly yang mendengar ucapan Abi pun membuatnya teringat akan kejadian tadi pagi di sekolah.
"Ehh, kak Abi ya?"

"Iya, kamu ngapain malam-malam gini keluar sendirian?" tanya Abi

"Tadi habis dari rumah temen, terus liat ada baju yang bagus jadi aku kesini."

"Kakak juga ngapain di sini?" sambung Felly yang balik bertanya

Abi merasa malu, memberitahukan bahwasanya ia ke toko baju itu untuk membeli hoodie kelinci kesukaannya. Namun Abi yang diajarkan oleh orang tua nya untuk tidak berbohong kepada siapapun, membuatnya berani untuk berkata kalau ia kesini karena ingin membeli hoodie kelinci tersebut.

"Kakak kesini karena mau beli hoodie ini." ucap Abi menunjuk hoodie itu

"Emang kakak suka kelinci ya?" balas Felly menebak

"I-iya."

"Aku juga suka sama kelinci, kelinci itu imut banget. Apalagi pas makannya itu bikin gemes!" ujar Felly tertawa kecil

Abi merasa bahwa ada orang yang sama seperti dirinya, sama-sama menyukai kelinci.

***

Setelah sahabat-sahabatnya
sudah pulang, kini Araya hanya diam memandangi foto kedua orang tuanya yang sudah meninggal. Ia tersenyum kecil mengingat kenangan bersama mereka.

"Kalau aja Mama sama Papa, masih disini pasti Araya seneng banget." ujar nya sambil mengusap halus foto orang tuanya.

Tiba-tiba saja ia meneteskan sedikit air mata, lalu mengusapnya dengan tangan. Cekrek

"Lo kenapa nangis?" tanya Alex yang membuka pintu secara perlahan, dan sontak membuat Araya menoleh ke arah pintu.

"Enggak kenapa-kenapa bang, biasa ini mata gue kelilipan." sahutnya sambil menyembunyikan foto orang tuanya di balik bantal.

"Jangan bohong sama gue!" balas Alex yang langsung mendekat ke arah Araya, ia melihat ada sesuatu di balik bantal dan segera mengambilnya. Alex pun duduk di dekat Araya, sambil mengelus rambutnya.

"Gue yakin Mama sama Papa pasti udah bahagia disana," ujar Alex yang langsung memeluk Araya ke pelukannya.

"Tapi sebelum Araya tau siapa dalang dibalik kecelakaan itu, Araya enggak bakal tenang bang!" gumamnya dalam hati

***

Suasana begitu dingin, karena hujan deras yang mengguyur sedari tadi. Bukannya menutup jendela kamarnya, tapi Bara justru membuka jendela tersebut. Dan membuat angin dingin masuk ke dalam kamarnya yang cukup luas, ia pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju jendela sambil membawa handphone di tangannya.

"Lo itu cantik, tapi ngeselin!" ujarnya sambil melihat foto dari layar ponselnya. Sepertinya ia mulai merasakan cinta kepada seseorang gadis. Entah darimana ia mendapat foto gadis tersebut.

Tok tok tok
Suara ketukan pintu itu membuat khayalan Bara langsung pudar, ia segera meletakkan ponselnya di meja dan membukakkan pintu. Ternyata itu adalah Kinan.

"Kenapa Ma, malam-malam gini ke kamar Bara?"

"Mama cuma ngecek keadaan kamu aja, jangan lupa kalau mau tidur tutup jendelanya dulu!"

"Iya, siap bunda ratu!"

Kinan pun tersenyum, dan langsung pergi dari kamar anaknya itu. Jikalau mau tau dimana Arga? Ia masih ada di luar kota mengurus pekerjaannya disana. Kalau Arga berada di rumah, pasti Bara akan kena marah karena pulang larut malam.








                          -VOMEN-

                  _TERIMAKASIH_

Bara Sebastian [END]Where stories live. Discover now