Rahasia telah terbongkar

415 37 15
                                    

Jangan lupa vomennya

****

Sore itu Kinan pulang ke rumah dan mendapati rumahnya kosong, para pembantu dan tukang kebun sudah sebulan lebih cuti karena masih ada acara di kampungnya.

Kinan berpikir jika suaminya pasti sudah pergi bekerja, seperti kemarin saat anaknya masuk ke rumah sakit ada pesan masuk mengatakan kalau Arga sedang ada urusan di kantor jadi pria itu tidak bisa menjenguk Bara.

"Aku mau mandi dulu baru bersihin rumah," ucapnya pada dirinya sendiri.

Ia langsung menuju kamarnya dan segera mandi, setelah itu Kinan mulai membersihkan rumah yang sudah sangat kotor itu.

Tok, tok, tok, suara ketukan pintu membuatnya harus memberhentikan kegiatan bersih-bersihnya. Ia membuka pintu depan, melihat ke sekeliling tidak ada siapapun, baru saja ia ingin masuk. Ada sebuah surat yang memberhentikan langkahnya, Kinan langsung mengambilnya ia membuka secara perlahan dan membacanya.

Wajah yang tadi biasa saja, sekarang berubah menjadi takut dan sedih. Di dalam surat itu tertera bahwa suaminya telah diculik. Hatinya bagaikan tersayat belati, rasanya begitu sakit ketika mendapat kabar buruk itu.

Di sisi lain, Bara dan keempat inti Blasters sedang mengobrol mengenai ujian tadi. Abi memberitahu kalau soal ujian tadi begitu sulit, namun untung saja ia sudah belajar sebelumnya. Lain lagi dengan Adit dan Mario, walaupun mereka sudah belajar dengan giat tidak ada satupun yang bisa masuk ke otak kecil nan mungil tersebut.

"Tapi untung gua buat kertas contekan dari rumah, jadi amanlah!" ucap Mario memperlihatkan kertas contekan itu.

"Kalo kita gak bisa nempuh ujian bisa lulus kagak?" pertanyaan itu muncul dari pikiran Adit.

"Kagak, lah, bego!" balas Mario menampol kepala Adit

"Ujian sekolah menentukan lulus gaknya kita dari SMA," ujar Evan sambil membaca buku novelnya.

"Jadi gue gak bakal lulus?"

"Emang lo mau kemana?" tanya Abi kepada Adit yang bersikap aneh tidak seperti biasanya.

"Ke rumah Tuhan," balasnya sambil melihat ke atas.

"Bercanda lo gak lucu!" bentak Mario lalu bangkit dari sofa, matanya memerah dan kedua tangan mengepal. "Jangan pernah bercanda masalah begituan sama gua. Lo ada masalah, cerita sama kita!"

Adit hanya tertunduk, ia juga tidak tahu kenapa dirinya bisa seperti ini. Situasi yang menegangkan itu pudar, ketika ada suster yang membawakan sebuah surat.

"Ini ada surat untuk kamu," ucap suster itu memberikan surat tersebut.

"Dari siapa, sus?"

"Tidah tahu, lekaki itu cuma memberikan surat ini kepada saya untuk diberikan kepada kamu."

"Terimakasih, sus!" Suster tersebut mengangguk dan keluar dari kamar.

Bara membuka amplop yang di dalamnya berisi sebuah surat, namun suara isakan tangis dari luar pintu membuatnya berhenti melihat isi surat itu.

"Bara," ujar wanita paruh baya itu sambil menyerahkan sepucuk surat.

"Kenapa, Mama nangis?" Rasa khawatir mulai menyerbu dirinya

Kinan tidak bisa mengatakan apapun, ia hanya bisa memberikan surat itu pada anaknya. Bara membaca isi surat itu, lalu memeluk Mamanya.

"Mama gak usah nangis, Bara bakal kesana buat nyelametin Papa!" ucapnya berjanji. Surat yang diberikan oleh suster tadi, jatuh ke bawah ranjang dan terbuka. Disana berisi nama Araya yang telah diculik juga.

Bara Sebastian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang