Bala bantuan

409 38 111
                                    

              Jangan lupa vomennya

                               ****

Satu peluru menancap di dada bidang miliknya, rasa sakit mulai datang, darah juga ikut mengalir memberikan noda pada baju serta jaket kebanggaan dari Blasters.

Tubuhnya mulai tidak kuat untuk menopang, mata yang tadi terbuka sekarang sedikit terpejam menahan sakit yang begitu luar biasa. Keempat inti Blasters hanya diam, tatapannya kosong melihat salah satu sahabat tergeletak bersimbah darah.

Mario dengan sisa kekuatannya mendorong dua anggota Alaskar yang tadi memegangi kedua tangannya, ia langsung berlari menghampiri tubuh itu.

"WOY, BANGUN!" teriaknya sambil memukul kedua pipi Adit.

Bara merasakan tangannya yang gemetar ketika suara tembakan itu melesat di dada Adit bukan dirinya.

"Ayo bangun, nanti gua traktir seblak kesukaan lo!"

"Gua bakal nurutin semua kemauan lo, asal sekarang lo bangun!" ucap Mario kembali, matanya mulai berkaca-kaca.

Abi dan Evan memukul anggota Alaskar dengan brutal, ketika melihat Adit yang sudah tergeletak tidak sadarkan diri. Mereka memukul dengan sisa tenaga yang masih tersisa, walaupun kalah jumlah, kekuatan keduanya bisa menumbangkan beberapa musuh.

"Bar, bujuk dia biar bangun. Dia selalu nurutin perkataan lo," suruh Mario menarik tangan Bara.

Tangannya yang masih gemetar, ia paksa untuk menyentuh jemari cowok itu. "Dit, gua mohon bangun!"

Jemari itu mulai menampakkan pergerakan, matanya mulai terbuka perlahan, mulut yang tadi tertutup langsung terbuka.

"K-kok, kalian n-nangis?" ujarnya sangat pelan.

"Lo harus bertahan, demi kita semua!" ucap Mario menggosok kedua tangan Adit yang sudah dingin.

"Lo ngapain, biarin aja gua yang mati!" ucap Bara menyalahkan diri sendiri.

Perdebatan diantara keduanya mulai terjadi, sedangkan di ujung sana. Araya berusaha melepaskan ikatan talinya begitu juga Arga, sekian usaha yang mereka lakukan ternyata berbuah hasil. Keduanya dapat lepas dari kursi tersebut, lalu Araya mengambil ponselnya yang berada di atas meja sana. Ia dengan segera mengetikkan pesan untuk mengirimkan bala bantuan.

Eros yang bersembunyi di balik dinding, langsung merasa cemas karena anggotanya sudah mulai berjatuhan ke lantai. Ia berniat untuk kabur, namun dicegat oleh Evan dari belakang.

Evan mendorongnya masuk, Bara yang melihatnya langsung menyudahi perdebatan dengan Adit.

Tangannya mulai mengepal keras sekeras batu, "Gua udah bilang, lo ada masalah sama gua, bukan mereka!"

Bara menghantam pipi kanan Eros dengan kuat, lalu memukul perutnya sampai memuntahkan darah. Ia terus menerus melakukan hal tersebut, sampai Eros bermandikan darah.

Evan langsung menyetop kegiatan itu, "Stop Bar, sekarang yang terpenting Adit harus selamat."

Adit sangat berusaha untuk membuka matanya yang sudah berat, Mario terus saja menggosok tangannya dengan harapan itu akan bisa menyelamatkannya.

"Kalo gue gak ada, kalian semua harus selalu senyum!" ujar Adit melebarkan bibirnya.

"Sekali lagi ngomong gitu, gua gak mau ngomong sama lo lagi!" balas Mario meneteskan air mata.

"Bar, langgeng terus sama Araya sampai nikah!" ucapnya pada Bara yang mulai mendekat.

"Van, jangan cuek-cuek sama orang!"

Bara Sebastian [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin