Rumah

18 6 4
                                    

I thought you were my home.

Kayla melamun di dalam kamarnya. Dia teringat tentang kejadian beberapa hari yang lalu. Saat itu dia bertemu Arga di perpustakaan. Arga hanya melewati Kayla tanpa menyapa. Tatapannya sangat dingin seperti tidak pernah kenal. Mungkin Arga benar-benar telah melupakan Kayla. Namun, apakah mungkin secepat itu?

Kayla masih belum menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya. Dia termenung sambil menatap dedaunan dari balik jendela dan menikmati angin yang membelai rambutnya.

Kayla mengecek ponselnya. Tidak ada satupun notifikasi yang masuk. Dia melihat percakapannya dengan Arga satu bulan yang lalu. Terakhir kali Arga mengatakan "Aku mencintaimu" lewat pesan WhatsApp. Mungkin itu adalah salam perpisahan darinya.

Tak lama kemudian, Kayla mendapatkan sebuah pesan. Pesan itu membuatnya tersenyum bahagia. Pengirim pesan itu adalah Dirga. Laki-laki itu mengajak Kayla pergi ke sebuah kafe miliknya.

Lima belas menit kemudian, Dirga sampai di rumah Kayla. Dirga terlihat tampan dengan celana panjang abu-abu, kaos polos berwarna putih, dan dipadukan dengan outer kemeja warna hitam yang tidak dikancingkan.

Pakaian Dirga serasi dengan Kayla yang memakai baju warna hitam dengan setelan celana panjang berwarna putih. Rambut Kayla diikat model side bubble braid. Gadis itu terlihat sangat cantik hingga membuat Dirga tidak bisa berkedip.

"Yuk!" ajak Kayla.

"Ke mana? tanya Dirga.

"Ke mana aja asal sama Kak Dirga." Kayla berjalan mendahului Dirga.

"Tunggu, Kay." Kayla berhenti dan menengok ke belakang.

Dirga berjalan ke arah Kayla. Dia menggandeng tangan kiri gadis itu. Mereka berdua saling tatap. Kayla tidak bisa berhenti tersenyum. Dia sangat bahagia. Kayla dan Dirga berjalan seperti layaknya pasangan.

"Yuk!" ujar Dirga.

"Kak Dirga mau ngajak aku ke mana?" tanya Kayla.

"Ke suatu tempat yang spesial buat kamu," ucap Dirga.

"Tempat apa?" tanya Kayla.

"Nanti kamu bakal tau," jawab Dirga.

Dirga membukakan pintu mobil untuk Kayla. Mereka duduk berdampingan di dalam mobil. Selama perjalanan, Dirga sering melirik Kayla dengan tatapan hangat.

Kayla benar-benar penasaran. Ini bukan hari ulang tahunnya, tetapi mengapa Dirga menyiapkan see sesuatu yang spesial? Kayla terus bertanya-tanya di dalam hati.

Setelah lima belas menit, Kayla dan Dirga sampai di sebuah tempat. Kayla menengok dari dalam jendela mobil. Tempat itu tampak seperti sebuah taman yang dihiasi berbagai macam bunga.

Dirga meminta Kayla menutup mata. Gadis itu berjalan dengan dituntun Dirga. Mereka berjalan lurus kemudian belok kanan. Tinggal beberapa langkah lagi mereka akan sampai di tempat itu.

Dirga meminta Kayla membuka mata. Gadis itu membuka matanya perlahan. Dia melihat di sekelilingnya ada taburan bunga yang ditata berbentuk hati. Tak hanya itu, ada kursi dan meja makan. Di atas meja itu terdapat lilin dan beberapa makanan yang disajikan di atasnya.

"Bagus banget. Ini Kak Dirga sendiri yang bikin?"

"Iya, Kay. Itu khusus buat kamu," ucap Dirga.

"Dalam rangka apa?" tanya Kayla.

"Kay, sebenarnya aku mau tanya sesuatu sama kamu." Dirga memegang kedua tangan Kayla dan menatap kedua mata gadis itu.

"Apa, Kak?" Jantung Kayla berdebar kencang.

"Aku suka sama kamu, Kay. Maukah kamu jadi pacarku?" pinta Dirga.

Kayla terdiam sejenak. "Maaf, Kak. Aku bukannya menolak Kak Dirga, tapi aku butuh waktu untuk berpikir," jawabnya.

"Kenapa? Karena status kamu masih menjadi tunangan Arga? Tapi dia juga memilih jalannya sendiri, Kay. Dia pacaran dengan Renata. Kini saatnya kamu untuk memilih jalanmu sendiri," ujar Dirga.

"Aku tau, Kak. Meski begitu, aku butuh waktu untuk berpikir apakah Kak Dirga orang yang tepat untuk aku. Apakah aku mencintai Kak Dirga atau tidak," kata Kayla.

"Aku akan selalu menunggu kamu, Kay. Sampai kapanpun itu," ucap Dirga.

"Maaf, Kak."

"Gak papa, Kay. Mungkin ini juga salahku karena terlalu cepat untuk memintamu berpacaran." Dirga sedikit kecewa. Namun, dia juga tidak bisa memaksa Kayla untuk menjadi miliknya sekarang.

Kayla terdiam. Dia bahagia saat bersama Dirga. Akan tetapi, semenjak Arga jadian dengan Renata, Kayla merasa tidak ingin kehilangan Arga. Dia merindukan laki-laki itu. Kayla bingung siapa yang sebenarnya dia cintai.

Arga dan Renata berada di sebuah kafe. Mereka berdua saling terdiam. Wajah Renata tampak tegang sedangkan Arga sibuk memainkan ponselnya. Renata ingin memulai pembicaraan tetapi dia ragu-ragu.

"Ar," panggil Renata.

"Ar," panggilnya sekali lagi.

"Hem," jawab Arga singkat.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu," kata Renata.

"Ya, udah. Ngomong aja," balas Arga.

"Bisa nggak sebentar aja kamu fokus sama aku, bukan ponsel kamu."

Arga meletakkan ponselnya. Kedua matanya fokus menatap Renata. Tatapan itu membuat jantung Renata berdetak kencang.

"Aku mau kita putus." Gadis itu meneteskan air matanya.

"Oke." hanya itu yang terucap dari mulut Arga.

"Maaf, Ar. Sejujurnya hubungan kita itu menyakitkan. Aku mencintai kamu,kamu menyukai Kayla, dan Kayla menyukai Dirga."

"Satu bulan kita jadian tapi kamu seperti gak pernah menganggapku ada. Aku capek, Ar. Aku ga tau lagi gimana caranya biar kamu cinta sama aku," tutur Renata sambil menangis.

Arga terdiam. Dia sedikit merasa bersalah. Namun, dia juga tidak bisa membohongi perasaannya. Tak peduli sekuat apapun Arga mencoba mencintai yang lain, Kayla adalah rumah untuknya pulang. Hanya Kayla yang ada di dalam hatinya.

"Maaf." Itulah yang keluar dari mulutnya. Arga menunduk sebab merasa bersalah.

"Aku ingin meminta sesuatu darimu," kata Renata.

"Apa?"

"Tolong peluk aku untuk yang pertama dan terakhir."

Arga mendekatkan dirinya ke arah Renata. Kedua tangannya memeluk bahu gadis itu. Renata menangis di dalam pelukan Arga. Untuk pertama kalinya Arga tidak bersikap dingin kepada Renata.

"Makasih, Ar. Aku janji setelah ini aku gak akan ganggu kamu dan Kayla lagi. Aku pamit."

Arga tak mampu berkata apa-apa. Dia hanya melihat Renata pergi keluar dari kafe itu. Sekarang Arga telah terbebas dari hubungan yang menyakitkan. Dia menyeruput secangkir kopi pesanannya kemudian melangkah pulang.

Renjana dan PusaraWhere stories live. Discover now