Cemas

25 8 1
                                    

Seandainya aku bisa terlahir kembali, aku ingin hidup normal seperti orang-orang pada umumnya.


Malam itu pada hari Sabtu, Kayla berdandan dengan mengenakan gaun berwarna merah muda tanpa lengan selutut. Ada sebuah pita yang melingkar di pinggangnya sebagai hiasan. Rambut Kayla dibiarkan terurai panjang sebahu. Wajah gadis itu terlihat sangat cantik dengan riasan di wajahnya.

Seorang laki-laki datang menjemput Kayla menggunakan mobil hitam dengan merek Toyota Alphard. Laki-laki itu datang dengan mengenakan kaos putih, jaket jeans berwarna hitam, celana jeans hitam panjang, dan sepatu sneakers berwarna putih.

"Silakan masuk Tuan Putri." Laki-laki tersebut membukakan pintu mobil di bagian depan untuk Kayla.

"Makasih, Kak Dirga," ucap Kayla.

Jantung Kayla berdebar kencang. Bukan karena cemas atau ketakutan, melainkan gadis itu sedang jatuh cinta. Kayla berusaha mengatur napasnya agar tidak gugup.

"Hari ini kita jadi nonton film horor, kan?" tanya Dirga.

"Iya, jadi." ucap Kayla.

"Emangnya kamu gak takut?"

"Enggak, kan ada Kak Dirga yang jagain aku hehehe ...."

"Hahaha ... kamu bisa aja." Dirga mengacak-acak rambut Kayla. Hal itu membuat pipi Kayla memerah.

Sesampainya di bioskop, Dirga mengajak Kayla membeli popcorn terlebih dahulu. Kayla tidak terlalu menyukai popcorn sehingga hanya Dirga yang membelinya. Setelah itu, Dirga menggandeng tangan Kayla untuk masuk ke bioskop. Kayla yang tiba-tiba tangannya digandeng oleh Dirga sontak kaget. Jantungnya kembali berdebar kencang.

"Kamu yakin gak takut? Kata temenku film ini banyak jump scare-nya." kata Dirga saat mereka sudah duduk di kursi masing-masing.

"Berani, dong," balasnya.

"Awas aja nanti kalau kamu takut," kata Dirga.

"Janji gak bakal takut."

Film horor itu berlangsung selama dua jam. Selama film itu berlangsung, Kayla terus menutup matanya dengan kedua tangan. Dirga yang berada di samping Kayla langsung merangkul pundak gadis itu.

Setelah menonton film horor itu, Dirga dan Kayla berencana pergi ke kafe. Mereka berjalan menuju tempat parkir. Akan tetapi, di tengah perjalanan, tiba-tiba tubuh Kayla lemas, kedua tangannya gemetar dan kembali sesak napas. Dirga berniat membawa Kayla pergi ke rumah sakit. Namun, mereka tanpa sengaja bertemu dengan Arga terlebih dulu. Dia pergi bersama Renata.

Melihat penyakit Kayla kambuh, Arga langsung membawa Kayla pulang. Wajah Kayla pucat pasi. Arga pergi bersama Kayla tanpa mempedulikan Renata yang tadi berangkat bersamanya.

"Kay, kamu udah minum obat atau belum?" tanya Arga sambil menyetir mobil.

"Udah, sih tapi gak tau kenapa pas selesai nonton film horor tiba-tiba kambuh," jawab Kayla.

"Ya udah, kalau gitu jangan nonton film horor lagi," ucapnya.

"Tapi tadi filmnya bagus." Film horor yang ditonton Kayla dan Dirga tadi memang sangat bagus. Film itu diangkat dari kisah nyata dan viral di media sosial.

"Hadeh, kamu kalau dibilangin ngeyel. Untung tadi ada aku."

"Ya udah gak nonton film horror lagi," balas Kayla dengan sedikit kecewa.

"Nah, kalau gitu, kan cantik," kata Arga sembari mengacak-acak rambut panjang Kayla.

"Jadi selama ini aku gak cantik?" Kayla memasang wajah cemberut.

"Ya cantik tapi kalau pergi sama aku jadi makin cantik, hehehe ...." jawab Arga sambil terkekeh.

"Pick up line-mu gak mempan sama aku."

"Emang love language-mu apa?" tanya Arga.

"Acts of service," jawabnya.

"Oh, kalau aku physical touch," ujar Arga.

"Aku paling alergi sama orang yang love language-nya physical touch, hahaha ...." ungkapnya bercanda.

"By the way, aku udah dimaafin, nih?" tanya Arga.

"Udah," jawabnya singkat sambil menengok ke jendela mobil sebelah kiri.

Perjalanan dari bioskop menuju ke rumah Kayla memakan waktu sebanyak dua puluh lima menit. Malam itu jalan sedikit macet. Namun, sebelum sampai dirumah Kayla, Arga mengajak gadis itu pergi ke suatu tempat. Dia memarkirkan mobil di dekat jembatan penyebrangan orang. Arga mengajak Kayla untuk menaiki jembatan tersebut.

"Kamu sering ke sini?" tanya Kayla.

"Iya. Ini adalah tempat buat healing kalau aku lagi sedih atau stres," tutur Arga.

"Tempatnya bagus. Di sini kita bisa melihat suasana kota dari atas," ucap Kayla.

"Aku senang karena bisa mengajakmu pergi ke sini."

"Terima kasih." Kayla menatap kedua mata Arga dan tersenyum simpul.

"Untuk apa?" tanya Arga kebingungan.

"Untuk semua hal baik yang kamu lakukan untukku."

Arga memeluk Kayla dari belakang. Untuk pertama kali Kayla tidak marah saat Arga menyentuhnya.

Kayla dapat merasakan embusan napas Arga dan detak jantung laki-laki itu. Kini Kayla sadar bahwa Arga benar-benar mencintainya. Di antara gadis-gadis cantik yang mengejar-ngejar Arga, dia tetap memilih Kayla untuk menjadi pasangan hidupnya.

Tiba-tiba ponsel Kayla berbunyi. Arga melepaskan pelukannya. Laki-laki yang menelpon Kayla adalah Dirga.

Kayla : "Halo, Kak Dirga."
Dirga : "Halo, Kay. Kamu gak papa, kan? Kamu di mana sekarang?"
Kayla : "Gak papa, Kak. Aku lagi sama Arga sekarang."
Dirga : "Syukur, deh kalau kamu baik-baik aja."
Kayla : "Iya kak. Maaf tadi aku langsung pulang sama Dirga."
Dirga : "Aku yang salah, Kay. Harusnya tadi aku gak ngajak kamu nonton film horor."

Kayla : Ya udah, Kak. Lupain kejadian tadi. Aku beneran gak papa, kok."

"Udah selesai telponnya?" tanya Arga.

"Udah," jawab Kayla.

"Pasti dari Dirga." Arga tampak cemburu.

"Iya. Tadi dia khawatir sama kondisiku." Arga hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kamu tunggu di sini dulu, ya. Cuma sebentar. Aku mau ngasih kamu sesuatu," kata Arga.

Tak lama kemudian, Arga datang sambil membawa dua es krim rasa vanila. Dia memberikan sebuah es krim itu kepada Kayla. Mereka makan bersama di atas jembatan penyebrangan orang. Dari atas tampak banyak motor dan mobil berlalu-lalang.

Renjana dan PusaraOnde histórias criam vida. Descubra agora